Dengan perasaan berat, kumasukkan ke dalam koper besar beberapa kebutuhanku selama disana.

Aku telah berdiskusi dengan ketiga orang tadi bahwa kami sepakat untuk menyimpan barangku sementara pada gudang rumah ini.

Aku mencoba menghubungi oppaku, untuk memberinya kabar bahwa aku akan menyusulnya kesana.

Tetapi sedaritadi aku menghubunginya, dia tak menjawab telepon dariku.

Perasaanku mulai gelisah, tapi aku tetap berfikir positif pada kakakku.





.Thailand.










Aku sekarang telah sampai di negara ini.

Tapi kuputuskan untuk menginap di hotel saja hari ini. Aku belum cukup sanggup untuk mencari alamat oppaku.

Aku menaiki taksi dan menuju hotel terdekat dari bandara ini.

Pikiran ku kemana-mana, memikirkan sesuatu yang diluar dugaanku.

Tapi aku segera menggelengkan kepalaku. Membuang semua fikiran tidak-tidak ini.

Kini mobil taksiku terhenti saat lampu lalu lintas menyala merah, aku mengambil handphoneku untuk kembali memghubungi oppaku.

Kulihat sekilas lingkungan disekitarku melalui jendela taksi, lalu berfokus kembali pada handphoneku.

Bukkkk

Aku terkejut saat ada yang memasuki taksi yang kutumpangi.

"Excuse me, you do not see any passengers in this taxi?"

"Sorry but I want to ask for your help, my fans are chasing me"

Fans?! Orang ini seorang artis?!~

Kulihat orang ini membuka sedikit maskernya dan menyentuh bibirnya dengan jari telunjuknya. Mengisyaratkanku agar tetap diam.

Masker dan topi yang ia kenakan secara perlahan ia lepas. Dannnn....

"Min yoongi?"

Orang itu adalah Min Yoongi, artis penyanyi yang sedang naik daun.

"Kau juga berasal dari Korea?"

Aku hanya mengangguk.

"Saat aku menulis buku ku, aku sering mendengarkan lagumu Min Yoongi-ssi"

"Benarkah?"
"Kau baru datang dari Korea?"

"Ya, aku ingin mencari oppa ku disini."

Kulihat Yoongi hanya mengangguk.

Aku tidak terlalu suka dengan artis, tapi tidak dengan lagunya.

Tidak seperti anak-anak sekolah lainnya, jika bertemu idolnya akan berteriak histeris.

Mengingat umurku, aku pasti malu jika melakukan hal itu. Aku sudah berkepala dua, aku bukan lagi gadis sekolahan.

"Tujuanmu akan kemana?"

"Aku ingin mencari hotel."

"Ohhh. Aku akan turun sebentar lagi, maaf merepotkanmu."

"Tak apa Yoongi-ssi."
"Kau sedang liburan disini?"

"Ya, aku tak ingin di awal oleh pengawal atau asistenku. Itu mengganggu liburanku."

"Ohhh" aku hanya ber OH ria.

"Stop."
"Aku turun disini saja, dan ini ongkos taksinya. Aku pergi! Gomawo"

"Kau tak perlu memba-- yakkk ambil saja uangmu"

Yoongi hanya melambaikan tangannya, aku menghela nafas berat.

Taksi kembali berjalan. Ku raih uang itu lalu meminta berhenti pada salah satu minimarket. Sejak tadi aku belum mengisi perutku.

.

Aku menyusuri jalanan yang ramai, tak lupa dengan maps yang tertera pada layar handphoneku.

Aku kembali mencari hotel disekitar wilayah ini. Dan yah sekitar sini sudah ada hotel yang terlihat.

.
.
.

Aku membaringkan tubuhku sejenak sebelum beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan badanku yang super lengket.

.

Setelah mandi aku mengecek ponselku, menunggu panggilan balik dari oppaku.

Tetapi saat ini belum ada tanda-tanda oppa menghubungiku.

Aku mendesah pelan, memijit pelipisku. Sebaiknya aku memilih untuk beristirahat saja. Karena esok aku akan mencari alamat oppaku.


.


Hari ini aku siap mencari alamat kakak ku, dengan berpakaian santai.

.

Aku hanya berbekal maps pada ponselku saja, kelihatannya alamat itu tidak terlalu jauh dari hotel ku.

Hanya perlu memakai bus beberapa menit untuk sampai kesana.

Aku menunggu bus dihalte, saat ini banyak orang yang juga sedang menunggu bus.

.

Setelah sampai aku langsung berjalan mengikuti maps yang akan membawaku ke alamat itu.

Aku memasuki semacam perumahan, kulihat ada satpam yang menjaga.

Kuhampiri satpam itu lalu bertanya, alamat yang ku tuju ternyata benar.

Beberapa rumah telah kulewati dan berhenti pada rumah yang bernomor sama dengan alamat itu.

Rumah mewah berwarna putih abu-abu terpampang didepanku.

Aku menekan bel beberapa kali, tapi sepertinya rumah ini kosong.

Aku meraih poselku dan mencoba menghubungi oppaku. Tetapi nomernya tidak dapat dihubungi.

Rasanya aku ingin menangis sekarang juga, tapi aku harus menahannya.

Satpam yang tadi kutemui lewat di dekatku menggunakan sepeda motor.

Segera ku panggil satpam itu, dan dia  membalikkan motornya melaju ke arahku.

Aku bertunduk sopan lalu bertanya pada satpam itu.

"Tapi nona, pemilik rumah ini telah pindah beberapa hari yang lalu."

Damn.


Dadaku sesak. Pindah?! Oppaku pindah? Jadi dia membohongiku?! Astaga.

Aku meninggalkan tempat itu bersama dengan air mataku yang turun deras.

.

.

.

.

.

















^MYG^ Full House ^17+^Where stories live. Discover now