5. Taeyong's Side

2.2K 447 65
                                    

Kehilangan kedua orangtua saat usia remaja adalah hal yang sangat menyakitkan. Untuk beberapa anak, kehilangan kedua orang tua membuat mereka depresi, seperti Taeyong.
Terlebih lelaki bermarga Lee itu mengalami pembullyan saat Sekolah Menegah Pertama untuk sebuah kesalahan yang tak pernah dia lakukan.

Saat itu, Taeyong berpikir hidup tak ada gunannya. Untuk apa hidup jika tak ada seorang pun berada di sisinya?

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Taeyong mencoba menyentuh pisau dan mengiris nadinya sendiri. Namun lelaki itu berhasil di selamatkan oleh kedua sepupunya, Seulgi dan Jaehyun. Fisik Taeyong memang berhasil di selamatkan. Namun jiwanya telah berkeliaran ke sana-kemari.

Hingga saat masuk Perguruan Tinggi, Taeyong menemukan sosok gadis yang selalu tersenyum dan tertawa bersama teman-temannya. Bagi Taeyong, tawa gadis itu terlihat sangat indah. Taeyong merasakan sebuah getaran di dadanya. Jiwanya seakan-akan kembali. Namun Taeyong tak punya sebuah keberanian untuk mendekati gadis yang memiliki senyum indah itu.

Taeyong terlalu takut. Pikirannya mengatakan jika Taeyong sudah tak pantas bahagia. Jadi Taeyong hanya tetap diam dan sesekali menatap gadis itu dari jauh.

Hingga suatu saat, gadis itu datang dan mengulurkan tangannya pada Taeyong, mengajaknya untuk berteman. Meski Taeyong menolak pada awalnya, gadis itu tak menyerah dan tetap mendekati Taeyong.

"Namaku Jisoo, Kim Jisoo. Kau?"

Dan seperti itulah pertemua mereka. Dengan debaran jantung yang tak normal, Taeyong menggapai uluran tangan Jisoo. Ketika Taeyong menyentuh tangan gadis itu, kegelapan seolah-olah sirna secara perlahan. Taeyong dapat merasakan kehangatan hanya dengan melihat senyum gadis itu.

"Taeyong, aku menyukaimu."

Sudah lama Taeyong tak pernah merasa sebahagia itu. Kata 'suka' terasa asing bagi lelaki bermarga Lee itu mengingat apa yang sudah di alaminya dulu. Jadi bisa kalian bayangkan betapa bahagianya Taeyong?

"Taeyong, kau lihat ekspresi kakak tadi? Lucu sekali, hahaha."
Hq
Sedikit demi sedikit, senyum dan tawa Jisoo mampu membuat awan hitam yang mengelilingi Taeyong menghilang. Taeyong dapat merasakan sinar matahari dalam hidupnya. Taeyong merasa nyaman.

"Taeyong kenapa kau seperti itu?"

"Aku tak suka! Aku benci!"

"Lee Taeyong!"

Pada awalnya Taeyong masih dapat menangani sikap Jisoo yang pecemburu. Awalnya Taeyong senang, itu tandanya Jisoo menyayanginya bukan?

Namun suatu hari, lelaki itu bermimpi, tentang orangtuanya, pembullyan, dan Jisoo. Ketiga hal itu membuat Taeyong banyak berpikir.

Otaknya kembali mengatakan bahwa dirinya tak pantas bahagia, sedangkan hatinya mengatakan bahwa dirinya sudah lelah.

Taeyong mulai tak mensyukuri segala hal. Sifatnya itu kembali muncul lagi. Taeyong mulai berandai-andai.

Andai Seulgi dan Jaehyun tak menyelamatkannya, mungkin dirinya takkan bertemu gadis yang menyinari hidupnya saat ini.

Andai saat itu...

Taeyong kembali merasakan perasaan sedih berkepanjangan. Taeyong tetap berusaha keluar dari perasaan itu tapi, saat Taeyong berada dititik terbawahnya, Jisoo menyalahkannya atas segala hal dan Taeyong frustasi akan hal itu.

Harapannya hilang. Awan-awan gelap kembali menutupinya, mentari seolah hilang lagi dari hidupnya. Segala hal menjadi datar bagi Taeyong.

"Taeyong?"

Taeyong menoleh. "Ibu?"

Taeyong berdiri dari duduknya. Namun lelaki itu tak bisa bergerak. Wanita yang di panggil ibu oleh Taeyong itu berjalan mendekat dan memeluk Taeyong.

"Ibu merindukanmu, apa kau ingin pulang?"

Tanpa ragu Taeyong mengangguk. "Aku tak punya siapa pun lagi. Aku tak punya harapan lagi."

Wanita itu tersenyum dan menyentuh pipi Taeyong. "Bagaimana dengan Seulgi, Jaehyun dan gadis itu?"

"Mereka akan lebih bahagia tanpaku. Aku tak dapat memikirkan hal lain selain pergi dari dunia ini."

Taeyong terbangun dari tidurnya dan tersenyum kecil.

Mimpi itu lagi.

Taeyong rindu orangtuanya.

"Taeyong!"

Taeyong menatap pintu kamarnya yang di buka.

"Jisoo?"

"Orangtuaku akan pulang, mereka bilang mereka akan rujuk. Aku senang sekali."

Taeyong menatap Jisoo yang tersenyum lebar. Perlahan sebuah senyum terlukis.

"Benarkah? Aku turut senang."

Sebuah senyum penuh kepalsuan.

***

Taeyong meringkuk dalam tidurnya. Selimut tebal menutupi hampir seluruh tubuhnya. Taeyong menatap buku bersampul kuning dengan gambar pikachu kesukaan Jisoo yang tertulis 'Dear Jisoo' dengan tinta biru.

Lelaki itu menghela napas dan tersenyum tulus.

"Maafkan aku, Jisoo. Kau benar-benar akan bahagia tanpa aku."

Taeyong sudah membulatkan tekadnya. Tak ada yang dapat menghalanginya sekalipun itu Jisoo. Karena Taeyong sudah bertekad untuk pergi.

Taeyong menatap tulisan tangannya dan tersenyum lagi.

Dia adalah Jisoo, Kim Jisoo. Gadis dengan senyum sehangat mentari yang membuatku dapat merasakan sebuah perasaan hangat yang lama tak kurasakan.

Dia Jisoo, Gadis yang aku cintai. Aku tak pernah merasakan perasaan ini, jadi untuk pertama kalinya aku sangat bahagia.

Dia Jisoo, gadis yang membuat hidupku menjadi cerah dan mengajariku bagaimana caranya tersenyum begitu tulus setelah sekian lama aku selalu tersenyum palsu.

Jisoo, terima kasih.

Mungkin satu kata terima kasih takkan cukup untuk menggambarkan betapa berterima kasihnya aku pada gadis yang mencintaiku dengan tulus.

Tapi aku ingin mengatakan bahwa aku adalah lelaki paling beruntung bisa memilikimu, seorang gadis dengan senyum sehangat mentari pagi yang membawa perubahan untukku.

ᴛᴏ ʙᴇ ᴄᴏɴᴛɪᴜɴᴇᴅ
27 Januari 2018.
sᴏ, ʜᴀᴘᴘʏ ᴏʀ sᴀᴅ ᴇɴᴅɪɴɢ?

Dear, Jisoo | 𝘓𝘦𝘦 𝘛𝘢𝘦𝘺𝘰𝘯𝘨 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang