MFB 9 [REVISI]

1.2K 81 7
                                    

[🎶 Rumah — Fiersa Besari]

•••

2 weeks later . . .

Tibalah hari dimana Saghara berangkat menuju Jakarta, menjalani seleksi tahap akhir untuk menentukan siapa saja yang pantas dipertahankan supaya bisa menjalani serentetan agenda bersama Timnas U-19.

Bandara Juanda menjadi saksi bisu perasaan kebahagiaan dan kesedihan yang bercampur menjadi satu. Hari ini menjadi hari yang berat untuk dilalui oleh Saghara, meninggalkan keluarga dan orang-orang terkasih untuk membela negara.

Lelaki bertubuh jakung itu menangis sembari memeluk wanita tangguh yang sangat dia cintai, wanita yang telah melahirkan dan merawat dia dengan penuh kasih sayang selama delapan belas tahun.

Wanita itu mengusap punggung putra tercintanya.

“Selamat berjuang dengan keluarga barumu disana Ga, Ibu selalu mendoakan kamu dari sini.” Ucapnya lalu melepaskan pelukan tersebut.

Saghara mengangguk dengan air mata yang masih terurai dipipinya. “Iya Bu, terima kasih untuk doa dan restunya”

Wanita itu tersenyum lalu menghapus air mata yang mengalir dipipi putranya.
“Jangan menangis, impian kamu kan sudah didepan mata, ini semua sudah menjadi resiko yang harus kamu hadapi.”

“Ibu titip beberapa hal sama kamu, boleh?”

“Apa bu?” Tanya Sagara.

“Jangan pernah tinggalkan sholat sesibuk apapun kamu, selalu gunakan ilmu padi—semakin berisi semakin merunduk— tetap membumi meskipun nanti posisi kamu sedang diatas!” ucap Ibunya.

Saghara mengangguk patuh. “Gara akan selalu ingat pesan Ibu”

Saghara kemudian beralih untuk memeluk ayahnya, pria yang sangat berjasa pada karirnya dalam dunia sepak bola.

“Terima kasih Yah, berkat Ayah, Saghara bisa sampai dititik ini.” Ucapnya.

Pria paruh baya itu mengusap punggung putra tunggalnya, lalu melepas pelukan tersebut. “Tidak perlu berterima kasih, ini sudah menjadi tugas Ayah untuk mengantarkan dan mendampingi kamu untuk meraih mimpi kamu, Ingat, ini semua juga berkat doa dan restu dari ibumu dan juga kerja keras dari kamu sendiri”

Saghara tersenyum lalu mengangguk.

“Selalu ingat pesan Ibumu Ga,”

“Ayah menambahkan sedikit, boleh?”

“Apa Yah?"

“Yang tawadu' —taat— sama coach dengerin semua kata-katanya seperti kamu mendengarkan kata-kata Ayah, ingat Ga, kalau beliau ridho dengan kamu, inshaa Allah ilmu dan kemampuan yang kamu dapat akan berkah, jangan pernah malu untuk berbagi dan diskusi dengan teman-teman kamu, jangan pernah pelit untuk berbagi bola kalau sudah dilapangan, karna sepak bola itu permainan tim bukan individu»

Jalin hubungan dan silaturahmi yang baik dilingkungan kamu yang baru, kalau ada masalah dibicarakan baik-baik dan dengan kepala dingin, jaga selalu kerjasama dan kekompakan tim karna kunci keberhasilan suatu tim ada pada kerjasama dan kekompakannya!” Ucap Ayahnya.

Saghara mengangguk paham, “Siap yah, semua pesan Ayah dan Ibu sudah Gara simpan baik-baik.”

Ayahnya tersenyum lalu menepuk pelan bahu putranya. “Yasudah, sana samperin Mauren, yakinkan dia kalau kalian bisa saling menjaga meskipun jarak akan memisahkan kalian.”

Saghara mengangguk lalu beranjak menghampiri kekasihnya yang sedang duduk dikursi tunggu sembari memainkan jemarinya dan menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangisannya.

Saghara mengusap bahu kiri Mauren lalu ikut duduk disampingnya. “Jangan digigitin bibirnya nanti berdarah!”

Mauren tetap tak bergeming.

Saghara tersenyum getir lalu membawa tubuh mungil itu dalam pelukannya.

Mauren yang sedari tadi menahan air matanya akhirnya menyerah, tak kuasa lagi menahan air matanya lebih lama, ia meloloskan tangisannya dalam pelukan Saghara.

Saghara mengusap punggung Mauren yang bergetar untuk menyalurkan ketenangan.

“Maaf, aku cengeng!” Ucap Mauren disela-sela tangisannya.

Saghara menggeleng. “Big No! Kamu nggak cengeng Rin!”

“Tapi gini aja aku nangis Ga!”

Saghara melepas pelukannya lalu menghapus air mata yang mengalir dari mata kekasihnya itu.

“Jangan sedih, nanti aku jadi kepikiran kamu terus, kamu mau aku dipulangin sama coach karena nggak fokus latihannya?” Tanya Saghara.

Mauren hanya menggeleng pelan sebagai jawaban. Sungguh, ia masih belum siap untuk menjalin hubungan jarak jauh dengan Saghara.

“Rin dengerin aku, aku akan terus mencintai dan menjaga hati untuk kamu. Percayalah, aku disana bukan untuk senang-senang, aku disana untuk Indonesia, untuk orang tua, untuk keluarga, dan pastinya untuk kamu!” Ucap Saghara meyakinkan Mauren.

Mauren menghela napas pelan, bagaimanapun juga ini adalah impian Saghara, dia tidak mungkin menghalangi kekasihnya untuk meraih mimpinya yang sudah ada didepan mata.

“Pergilah Ga, disini tugasku juga sama, mencintai dan menjaga hati, kalau memang kamu ditakdirkan untuk aku, pasti akan selalu ada jalan pulang setelah kamu pergi, karna hati akan kembali kepada sang pemilik sejati!” Ucap Mauren.

Saghara tersenyum. “Ingat Rin, jarak itu bukan pemisah, ia hadir agar kita bisa lebih menghargai waktu dalam sebuah pertemuan, kamu juga harus berterima kasih sama Jarak, karena dia, kita bisa merasakan rindu yang menggebu disetiap waktu.”

Setelah mengatakan itu, Saghara kembali merengkuh tubuh mungil itu kedalam pelukannya.

“Bagaimana pun, obat terbaik rindu adalah temu, so wait for me come home Rin!” Bisik Saghara disela-sela pelukannya.

Mauren mengangguk dalam pelukan Saghara yang sungguh menenangkan. “I'll wait for u Ga!”

“Saghara, sepuluh menit lagi!” Suara wanita paruh baya itu mengakhiri aksi pelukan dari dua insan tersebut.

Saghara menoleh lalu mengangguk, “Sebentar Bu!”

Ibunya hanya menggeleng pelan melihat kelakuan dari putra kesayangannya itu.

Saghara kembali menatap Mauren. “Jaga diri baik-baik Rin!”

Mauren mengangguk. “You too Ga, stay healthy, sukses ya disana!”

Saghara mengangguk.

“Aku berangkat ya!” Ucapnya lalu mengusap puncak kepala Mauren.

Safe flight and take care!”

Saghara mengangguk lalu terseyum. Ia beranjak menuju orang tuanya kemudian menyaliminya secara bergantian.

“Yah, Bu, Gara berangkat ya!”

“Hati-hati Ga!” Ucap kedua orang tuanya secara bersamaan.

Saghara melambaikan tangannya kearah kedua orang tuanya dan kekasihnya, sebelum benar-benar pergi memasuki pesawat.

•My Famous Boyfriend•

Jangan lupa Vote dan Komen!

Pendapat buat part ini dongggg!

With love,
Citra, Istri SAH Sutan Zico🖤

My Famous Boyfriend [Hanis Saghara]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang