4. Maaf, sayang

13.7K 1.1K 30
                                    

Iqbaal dan (Namakamu) sampai dirumah pada pukul setengah tujuh malam. Macet benar-benar menyita banyak waktu. (Namakamu) sudsh keluar dari mobil jika Iqbaal tidak mengunci pintu mobilnya.

''Buka.''

''Maafin aku. Aku kan cuma--''

''Buka. Nanti nggak keburu Maghriban. Belum masak.''

Karena alasan yang (Namakamu) punya begitu kuat, Iqbaal mengalah dan membiarkan istrinya masuk rumah terlebih dahulu.

''Udah sholat, (Nam)?''

''Udah. Kamu sholat sana. Abis itu kita makan,'' ujar (Namakamu) dingin. Ia masih sibuk menata makanan yang tadi dimasak setelah mandi.

''Iya aku sholat dulu.''

Beberapa saat kemudian Iqbaal keluar dari kamar dan mendapati (Namakamu) duduk di sofa sambil mengetik sesuatu di notebook. Di meja depan sofa ruang TV sudah ada dua porsi nasi beserta lauk dan minumnya.

''Kok kamu nggak makan, (Nam)?'' tanya Iqbaal khawatir.

''Nunggu kamu.''

Dua kata itu cukup membuat hati Iqbaal sedikit lega. ''Kenapa makanan dipindah kesini?''

''Bukannya mau makan sambil nonton TV?''

Iqbaal terkekeh kecil. Ia duduk disebelah (Namakamu) yang masih sibuk. Sebetulnya, ia ingin, makan sambil nonton TV. Tapi jika ia melakukannya, ia akan kehilangan sesuatu. Quality time untuk mengobrol dengan istrinya.

''TV nya nyalain. Biar kamu bisa mulai makan.'' (Namakamu) menunjuk remot dengan dagunya.

''Nggak usah pake TV. Aku makannya nunggu kamu selesai tugasnya.''

(Namakamu) menghela napas panjang lalu menutup notebooknya dan meletakkan benda itu di coffe table sebelah sofa.

''(Nam), aaa.'' Iqbaal mengisyaratkan (Namakamu) untuk membuka mulutnya.

''Aku bisa sendiri, Baal,'' tolak (Namakamu).

''Ish. Aaa sayang ...'' kini Iqbaal malah sengaja menabrak-tabrakan ujung sendok yang penuh itu ke bibir (Namakamu).

Karena melihat wajah Iqbaal yang sangat bertekad itu, (Namakamu) tidak tega. Jadi ia mulai membuka mulut. Dan saat (Namakamu) mengunyah, Iqbaal tersenyum lebar yang menunjukkan betapa bahagianya lelaki itu kini.

Maaf, tujuanmu hanya ingin menunjukkan rasa sayangmu. Caramu menyampaikannya, berbeda dengan caraku menerimanya. Maaf, sayang.

***

Sampai jam 9, (Namakamu) menemani Iqbaal menonton TV sementara ia menyelesaikan tugas artikel itu. Tinggal seperempat lagi.

''Istirahat dulu, kamu, (Nam). Tidur sebentar. Aku bangunin deh.''

(Namakamu) menggeleng. Seharusnya Iqbaal tahu kalau ia tidak suka meninggalkan pekerjaan ditengah jalan.

''Bebal ya kamu,'' keluh Iqbaal mendekatkan posisi duduknya dengan (Namakamu). Ia meraih notebook wanita itu di meja lalu berdiri. ''Aku ke kamar sebentar. Notebook, jangan disentuh.''

[2] Daddy Ale × IDR ✔Where stories live. Discover now