9. Eiffel Im in Love

11.6K 943 9
                                    

Setelah lebih dari tiga jam didalam kamar mandi, akhirnya (Namakamu) keluar dengan keadaan kacau. Tadi ia tidak sengaja tertidur. Saat pintu terbuka, Iqbaal sedang duduk didepan pintu. Namun tidak menyadari keberadaan (Namakamu) karena cowok itu sibuk memainkan ponsel. Ketika Iqbaal bangkit, mata keduanya bertemu. Dan (Namakamu) lah yang pertama memutus kontak tersebut.

''Sore nanti jangan tidur. Kita ke Eiffel,'' kata (Namakamu) setelah rapih-rapih dan kini tengah memasak.

Iqbaal sontak menoleh kearah (Namakamu). Matanya berbinar ceria. ''Serius kamu?''

Namun hanya hening yang menanggapi pertanyaan Iqbaal.

***

Seusai sholat Maghrib, (Namakamu) langsung masuk ke kamar dan mengganti pakaian. Sementara Iqbaal masih asyik menonton TV. Namun saat menyadari (Namakamu) tidak lagi disebelahnya, Iqbaal langsung mencarinya ke kamar.

''IQBAAAL!!!''

Saat Iqbaal masuk, (Namakamu) baru saja menanggalkan baju rumahnya. Ia pun langsung menutupi tubuhnya sebisa mungkin.

''IQBAAL!''

Pekikan kedua (Namakamu) menyadarkan Iqbaal dan ia pun berjalan kearah bibir kasur dan duduk menghadap (Namakamu).

''AKU TABOK YA BAAL!''

Iqbaal terkekeh dan malah menaikkan satu alisnya. Tentu saja sebagai lelaki Iqbaal punya pemikirannya mengenai hal ini.

''BAAL!''

''Yaudah ganti baju aja. Aku nggak ganggu.''

Setelah melempar pelototan (Namakamu) memunggungi Iqbaal dan memakai bajunya dengan tergesa-gesa.

''Udah? Gantian aku mau ganti baju.''

(Namakamu) melempar bajunya asal kearah keranjang, ia memicingkan mata kearah Iqbaal. ''Aku keluar dulu.''

''Nggak mau liat?'' goda Iqbaal yang sudah shirtless.

Seiring dengan dengusannya, pintu tertutup dengan keras karena (Namakamu) gelisah. Ia selalu risih dengan suasana seperti itu.

''(Nam), ayo.''

Dikarenakan apartemen mereka masih di kawasan Eiffel, Iqbaal dan (Namakamu) berjalan kaki menuju ikon kota Paris tersebut. Tanpa ragu, sejak keluar kamar Iqbaal menggenggam erat tangan (Namakamu).

''Ngapain?'' keluh (Namakamu) dingin.

Iqbaal terkekeh pelan lalu mengeluarkan senyum yang bisa membuat banyak perempuan meleleh. ''Ih nggak apa, dong.''

''Apaan sih?''

''Aku pengin semua orang di Eiffel tau kalo kamu punya aku. Jadi nggak ada yang berani ngambil kamu.''

Mata (Namakamu) yang tadinya lurus ke jalanan kini mengeryit kearah Iqbaal.

''Nggak apa, kan?''

Sepertinya Iqbaal dan (Namakamu) kurang beruntung. Malam itu mereka tidak bisa naik ke puncak Eiffel karena angin yang berhembus lebih kencang dari batas normal. Jadi mereka hanya mengagumi bangunan itu dari bawah.

Iqbaal yang duduk disebelah (Namakamu) mendecak. ''Sayang ya, kita nggak bisa keatas. Oh ya, (Nam).''

''Hmm.''

''Kenapa kamu tiba-tiba ngajak aku kemari?'' tanya Iqbaal dengan nada cheerful.

''Aku nggak enak sama Bunda, Mama, Ayah, Papa juga. Emangnya kamu nggak?''

Sesuatu seperti menusuk dada Iqbaal sampai menembus kursi yang didudukinya. ''Nggak enak gimana maksud kamu?''

(Namakamu) diam dan menggeleng.

[2] Daddy Ale × IDR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang