Dumb!

25 4 6
                                    

     Rei memakan roti yang dibawakan Vico. Ia tidak lupa membaginya dengan kelna yang masih bersamanya sejak tadi. Kelna hanya terdiam melihat senyuman yang berkembang di wajah Rei.

     Apa mungkin Rei masih menyukai Vico? Bagaimana tidak, Vico sangat perhatian padanya. Kenapa pria itu mudah sekali merebut hati gadis ini?

     Tidak ada lagi yang harus dibicarakan, semuanya sudah jelas. Rei masih suka pada Vico, walaupun pria itu sudah menyakiti hatinya dua tahun yang lalu. Mungkin Rei sudah melupakannya begitu saja. Tapi, bukannya ia sudah berjanji tidak akan melupakan kejadian itu.

     Rei memasuki kamarnya. Sangat aneh, tidak ada tanda jika pria itu ada dirumah. Apakah Vico sedang keluar?. Rei sangat kesal, Vico tidak menunggunya. Kenapa ia harus merasa kesal dengan itu semua?seharusnya perasaan itu sudah hilang pada dirinya!

"Rei..," suara lemah itu memanggilnya. Rei mencari asal suara yang memanggilnya. Ia memasuki kamar Vico.

     Apa yang terjadi dengan pria ini? Vico terbaring diatas ranjang dengan selimut yang menutupi seluruh badannya. Apakah ia sakit? Rei menghampiri vico yang masih berlindung pada selimutnya. Ia membukanya dengan perlahan. Wajah Vico sangat pucat.

"Vic..,lu kenapa bisa kayak gini?"

"....." Vico tidak menjawabnya. Matanya tertutup dengan sempurna, tidak ada tanda kalau dia sedang mengerjainya.

     Rei menyentuh kepala Vico, sangat panas. Pria ini demam, sejak kapan? Tadi pagi Vico sehat dan ganteng seperti biasanya. Apa dia belum sarapan? Kenapa pria ini sangatlah bodoh.

     Rei kembali, ia membawakan air hangat dan handuk. Entah, ia hanya melakukannya pada pria yang satu ini. Seseorang yang pernah ada untuknya dimasa lalu, dan Vico adalah masa depannya. Ia meremas handuk yang sudah dibasahi dengan air panas, walaupun tangannya terasa panas. Tapi rasa panas itu hilang begitu saja saat melihat wajah Vico yang sangat pucat, ternyata ia lebih ganteng kalau dilihat dari dekat.

"Lu lagi ngapain?" Suara itu membuat Rei kaget. Vico menyadarinya. Ia menjauhkan mukanya, yang sangat dekat dengan pria dihadapannya.

     Rei sangat malu. Kenapa Vico bangun disaat yang tidak tepat?ia baru saja menikmati pemandangan wajah Vico yang sangat indah. Kakinya dengan cepat melangkah menjauhi Vico yang masih heran dengan kelakuannya. Vico pasti menganggap Rei masih punya rasa terhadapnya, kenapa ia begitu ceroboh.

     Vico hanya tersenyum melihat Rei yang memandanginya   sangat dalam, seolah mengatakan padanya bahwa Vico adalah pria terkeren dan terganteng sedunia. Ia sudah menduganya sejak lama, Rei masih menyukainya. Ia harus mengucapkan terimakasih pada Racila yang telah merencanakan ini semua dengan baik walaupun kedua abang Rei tidak setuju dengan rencana ini.

"Aduh gimana sih lu Rei, bisa seceroboh ini! Gimana kalau Vico tau lu masih suka sama dia. Rei bodoh!bodoh!" Gumamnya pelan agar Vico tidak mendengarnya. Rei terus merutuki dirinya sendiri. Kenapa ia harus melakukan hal sebodoh ini.

     Vico yang mendengarnya merasa bahwa memang Rei sangat pantas untuk dirinya, begitupun sebaliknya Vico sangat pantas untuk Rei. Itu yang ia inginkan sejak dulu, keyakinan dan jawaban. Dan ia sudah menemukan keyakinan dan jawaban itu dari mulutnya, walaupun harus menguping gadis ini.

"Owh jadi lu masih suka sama gua!" Suara itu membuatnya kaget untuk yang kedua kalinya. Sekarang ia tidak tahu harus lari kemana sedangkan Vico memeluknya erat.

     Rei hanya bisa menundukkan kepalanya. Vico semakin tersenyum melihat Rei yang menundukkan kepalanya malu. Kenapa gadis ini sangat lucu dan cantik? Ia bahkan tidak bisa berhenti memikirkan Rei setiap harinya.

     Rei kelu dihadapannya, apa yang harus dilakukannya? Ia tidak bisa bergerak. Detak jantung yang cepat membuat Rei diam dan menurut pada pria ini. Bahkan ia tidak bisa marah disaat seperti ini.

"Apaan sih lu?gak lucu tau!jangan kepedean, mana mungkin gua masih suka sama lu" rasanya begiu gugup.

"Terserah Rei.., yang penting gua tau lu masih suka sama gua. "

"Terserah deh. Mendingan lu balik kekamar, tidur sana biar cepet sembuh, ntar lu ngerepotin gua lagi." Rei mendorong vico dengan sekuat tenaga yang ia punya, vico terus menahan dorongan dari tubuh Rei yang sangat kecil jika dibandingkan dengan tubuhnya.

     Ia melangkahkan kakinya dengan secepat mungkin. Rei mengurungkan niatnya untuk kembali kekamar Vico. Kenapa dirinya begitu bodoh!

***

Sorry updatenya lama, jangan kapok nungguinnya ya. Sesudah baca jangan lupa vote and coment!






     

Stop For LoveWhere stories live. Discover now