Part 2

362 153 351
                                    

"Sudah kubilang Bryan mampu mengalihkan semua rasa sakit yang aku alami."  - Shevira.

🖤🖤🖤

Bugh!

Bola besar itu akhirnya menyentuh tanah setelah hampir tujuh puluh menit berpindah dari pemain ke pemain. Tak hanya sekali bola itu dilakukan berbagai passing, jump service hingga smash dan blocking. Senyuman lebar dan wajah yang tampak kelelahan tercetak di wajah para pemain bola voli di taman kota siang itu.

Priiiiiiitttttt!!!

"Kumpul sebentar! Hari ini permainan kalian sudah lebih baik. Tapi ingat, itu bukan yang terbaik! Saya tidak mau tahu, minggu depan permainan kalian harus jauh lebih baik lagi." kata pelatih voli.

"TURNAMEN SUDAH DEKAT! Untuk Dimas, kau seorang spiker, permainanmu kacau hari ini. Minggu depan saya akan mengambil waktu tambahan untuk mengasah permainanmu. Kalian boleh istirahat, jaga stamina. Priiitt!"

Seluruh anggota pemain bersorak dan menepukkan tangan sebagai perayaan berakhirnya waktu latihan selama lima jam penuh. Keringat bercucuran sudah menjadi aktivitas mereka tiap hari minggu sekaligus makanan batin bagi kaum hawa yang hanya dapat melihat aksi pemain voli. Dengan suguhan pakaian yang menampilkan otot-otot para cowok yang terlihat seksi bagi penonton perempuan yang haus asupan orang-orang tampan.

"WOY DIMAS! LO DICARIIN CEWEK LO TUH!" ucap salah satu pemain yang berdiri di ujung lapangan sembari menunjuk cewek fanatik tak jauh dari pandangan.

Sementara sang pemilik nama berdecak kesal. "Ck. Pacar gue udah dateng, gue harus buru balik, nih! Nyesel dulu gue nembak dia."

"Hahaha, lo samperin sana!"

"Gue balik duluan ya, Bry!"

"Santai aja, gue juga mau langsung balik." Kemudian Dimas menepuk pundak temannya dan berlalu.

Ia menatap Dimas yang kian menjauh sembari memasukkan beberapa lembar uang rupiah yang berserakan dan menatanya rapi ke dalam dompet lalu menutup resleting tasnya. Disampirkannya tas itu ke pundak dan bersiap pulang lebih awal mengingat esok ia harus masuk sekolah karena hari Senin.

"Guys, gue balik ya!"

"Yow, Bryan. Take care!"  jawab mereka serentak.

Cowok bernama Bryan itu pun langsung melangkahkan kakinya cepat ke luar lapangan dan menuju ke tempat di mana motornya parkir. Dan tak jarang ia menutup kedua pasang telinga dari cewek-cewek yang mencoba untuk menggodanya. Yang selalu ia lakukan hanyalah berjalan acuh seakan panggilan cewek-cewek kurang belaian itu bagaikan angin lalu.

Ia lebih memilih mendengar suara anak-anak yang berteriak gembira dan bermain di taman ataupun mendengar suara gesekan rumput yang sengaja ia pijak daripada suara-suara jahanam cewek-cewek fanatik di belakangnya.

Mata Bryan menatap malas seluruh isi taman kota dan mengedarkan pandangan ke sosok cewek seumuran dia tengah berlarian dan tertawa cekikikan. Aneh, batinnya.

Bryan menghentikan langkah kakinya selepas merogoh saku celana yang ia kenakan. Sesuatu seakan mengganggu fokusnya saat ia teringat akan, karcis parkir? Ah bukan. Tunggu! Sesuatu yang penting!

Bruuaaakkk!!

"Aww!" rintihnya. Bryan menyentuh rahangnya yang terbentur benda tumpul yang disebut kepala.

Ia membuang nafas kesal karena ia baru saja ditabrak cewek aneh yang ia maki beberapa detik yang lalu. Jika saja ia tak memikirkan hal penting apa yang ia lupakan, mungkin ia tidak akan ditabrak cewek yang kini sedang mengumpat pada Bryan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kuper & RAHASIA (HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang