1

9.6K 789 3
                                    

Seorang pendeta memegang sebuah buku di tangannya. "Apakah saudara Park Chanyeol mengakui bahwa saudara bersedia dan mau menerima saudari Bae Irene istri saudara satu-satunya dan hidup bersamanya dalam pernikahan suci seumur hidup saudara?"

Pria di hadapan pendeta itu tersenyum. "Ya, saya bersedia."

Pendeta itu memalingkan wajahnya kearah seorang wanita cantik di sebelah pengantin pria. "Apakah saudari Bae Irene mengakui bahwa saudara bersedia dan mau menerima saudara Park Chanyeol suami saudari satu-satunya dan hidup bersamanya dalam pernikahan suci seumur hidup saudari?"

Wanita ini— Irene menatap Chanyeol tersenyum. "Ya saya bersedia."

"Baiklah, sekarang pasangkan cincin pada pasangan anda."

Chanyeol mengambil sebuah cincin berlapis emas dan meraih tangan Irene serta memasangkan cincin itu di jari manis Irene.

Irene mengambil cincin yang lebih besar dan meraih tangan Chanyeol. Ia memasangkan cincin itu di jari manis Chanyeol dan tersenyum menatap Chanyeol.

"Silahkan, mempelai pria untuk mencium mempelai wanita."

Chanyeol meraih dagu Irene lembut. Bibirnya menghampiri bibir pink Irene dan mengecupnya lembut. Mendiamkannya agak lama sehingga terdengar suara tepuk tangan yang begitu meriah diantara mereka.

***

"Aku- sangat tidak percaya. Akhirnya kita menikah, Chanyeol-ah." Irene menatap jarinya yang terbalut cincin emas itu.

"Kau memandangi cincin itu seakan Ia akan pergi meninggalkanmu." Chanyeol mengecup pipi Irene. "Ah~ aku cemburu dengan cincin itu. Apa aku harus seperti cincin itu?" Chanyeol mengerutkan dahinya.

"Untuk apa kau cemburu? Cincin ini ibarat dirimu. Aku tidak akan menghilangkannya. Karena, jika aku kehilangan cincin ini, itu tandanya aku akan kehilanganmu juga." Irene mencubit pipi Chanyeol pelan.

"Irene~ apa kau mau?" Chanyeol mengendus lekukan leher Irene dalam-dalam. "Ini- malam pertama kita, bukan?"

"Lakukan, Chanyeol... Malam ini aku milikmu."

***

Baekhyun terduduk di depan meja kerjanya. Ia meregangkan otot tubuhnya. "Ah~ sepertinya aku harus meminta izin cuti apa Park sajangnim." Ia mendesah. "Pekerjaanku sangat banyak sekali."

Matanya menatap sebuah figura kecil yang terletak di atas meja kerjanya. Chanyeollie & Baekkie.

"Kalau saja kau mengingatku, Park sajangnim."

***

2 tahun kemudian...

"Chanyeol-ah~ Eomma ingin berkunjung besok. Apa yang harus kita persiapkan?" Irene menghampiri Chanyeol yang sedang berkutat dengan pekerjaannya.

"Tidak ada. Biarkan aku menyelesaikan semua pekerjaanku dulu, Irene." Chanyeol membetulkan letak kacamatanya.

"Kau bisa menyuruh sekretarismu untuk membantumu, Channie~"

Chanyeol masih berkutat dengan pekerjaannya. "Aku bisa melakukannya sendiri."

"Itulah sebabnya kau memiliki sekretaris di kantor, Chanyeol.." Irene menatap Chanyeol.

"Aku sudah terlalu banyak merelotkannya. Apalagi dia belum mengambil cuti selama 2 tahun ini, Irene.."

Tok tok tok

"Sepertinya ada tamu, aku harus keluar sebentar. Kau lanjutkan saja pekerjaanmu." Irene mengusak rmabut Chanyeol.

***

"Eoh- Eomma? Aku kira, Eomma akan datang besok." Irene mengambil koper yang dibawa nyonya Park. "Biar aku yang bawa."

"Sepertinya, ada perubahan jadwal. Aku ingin lebih lama disini. Lusa aku sudah harus kembali ke Jepang." Nyonya Park melangkah menuju kamar Irene dan Chanyeol.

"Apa kau ingin minum sesuatu, Eomma?"

"Tidak. Bawa saja koperku ke kamarku. Kau sudah menyiapkannya, bukan?" Nyonya Park memberi isyarat menggunakan tangannya. "Aku ingin menemui putraku."

"Baik, Eomma." Irene menggeret koper nyonya Park dengan susah payah. Sepertinya isinya sangat banyak.

***

"Chanyeol-ah, boleh Eomma masuk?" Nyonya Park melongokkan kepalanya.

"Ah, eomma~ Irene bilang padaku, Eomma akan datang besok." Chanyeol bangkit dan memeluk nyonya Park. "Aku sungguh merindukanmu."

"Aku sudah harus kembali lagi ke Jepang lusa. Kau tau? Kakakmu kewalahan saat aku pergi. Cabang di Jepang sedang tidak stabil. Dan ayahmu masih harus menyelesaikan tugasnya di Taipei." Nyonya Park melepaskan pelukan anaknya.

"Oh ya? Mungkin aku bisa membantu."

"Apa dia sudah mengandung?"

Chanyeol menaikkan sebelah alisnya."Apa?"

"Irene. Dia—

"Aku masih berusaha, Eomma. Lagipula, dokter bilang, spermaku sehat. Sangat sehat." Chanyeol meyakinkan nyonya Park. "Jadi—

"Aku tidak mempermasalahkan bibitmu. Rahimnya! Mungkin saja dia mandul! Kau terlalu takut, Chanyeol. Sehingga kau tidak pernah memeriksakannya." Nyonya Park menunjuk dada Chanyeol.

"Aku yakin rahimnya sehat—

"Kalau rahimnya sehat, kau seharusnya sudah memiliki anak!"

***

Irene telah selesai merapihkan kamar yang akan ditempati oleh nyonya Park. Ia mengelap keringat di dahinya. Menghela nafasnya.

Sebuah rasa takut muncul kembali setelah 1 tahun lamanya. Ingatan buruknya tentang nyonya Park, yang membuatnya sedikit trauma.

"Kapan kalian akan memiliki anak?" Nyonya Park membuka suara.

"Tuhan belum mengizinkan kami untuk—

"Aku tidak butuh jawabanmu, Chanyeol. Aku bertanya pada Irene."

"Mungkin tahun depan— aku tidak yakin. Mungkin ada yang salah dengan Chanyeol atau aku—

"Putraku sehat! Sangat sehat. Spermanya bisa menghamili wanita bahkan laki-laki yang mempunyai kelebihan. Kau sudah tau itu bukan? Apa kau ingat perkataan dokter, Irene?" Nyonya Park mengepalkan sebelah tangannya.

"Y-ya, aku ingat—

"Aku pikir, sepertinya yang salah itu tubuhmu— rahimmu. Kau memiliki paras cantik dan tubuh ideal, Irene-ah." Nyonya Park menghampiri Irene. "Tapi sayang... Sepertinya kau-" nyonya Park menggantungkan kalimatnya. "Mandul."

Irene terdiam.Bibirnya jelas terbuka ingin membalas perkataan nyonya Park. Tapi bagaimana jika...

"Ah aku lelah. Aku harus pulang sekarang. Yoora tidak akan suka aku berlama-lama disini." Nyonya Park pergi meninggalkan Chanyeol dan Irene berdua di dalam rumah itu.

Tring

'Ini sudah 1 tahun pernikahan kalian, apa kalian tidak ingin punya anak? Kalian mengecewakan Eomma, Appa, dan aku. -Yoora'

Chanyeol menggertakan giginya. "Kita harus berusaha lebih giat lagi, Irene."

Irene menatap Chanyeol takut. "Aku takut, Chanyeol.. bagaimana jika aku benar-benar— mandul..."

"Kita akan berusaha bersama-sama." Chanyeol meyakinkan Irene. "Kalau kau bersamaku, semuanya akan lancar." Setelah itu Chanyeol mempertemukan bibir mereka. Menghisapnya dalam-dalam.

Irene berjalan menuju ke kamar mereka. Ia sedikit bersenandung kecil. Mengingat Minggu Minggu ini adalah masa suburnya.

Irene membuka pintu kamarnya. "Chanyeol-ah~ apa Eomma bersamamu?"

"Ada apa memangnya jika aku sedang bersama putraku sendiri?" Nyonya Park melipat tangannya di dada. "Kau tidak menyukaiku?"

Love to Return [CHANBAEK] - ENDWhere stories live. Discover now