Prolog

1.1K 218 748
                                    

Seorang gadis tengah sibuk menatap dari balik jendela kamarnya. Sebelah tangannya meraih sebuah pena sembari menggerutu geram. Mencoba memikirkan sesuatu untuk diukirkan rangkaian kata di atas secarik kertas. Menuliskan cuplikan kecil curahan tentang perasaan yang selama ini dipendam.

Aku menyukainya. Dia begitu menjebak fokusku!

Ia memutuskan untuk menghempaskan tubuh mungilnya di ranjang dan menelungkupkan wajahnya pada bantal. Perasaan minder menyelimuti dirinya acapkali membahas cowok yang akhir-akhir ini selalu ada di pikiran gadis itu. Berbanding terbalik dengan Shevira, seorang gadis culun yang saat ini duduk di bangku kelas 2 SMA, sama sekali tidak supel, berbicara pun seperti kereta yang tersendat-sendat.

Sedangkan cowok itu? Dia begitu indah. Akan sangat tidak cocok jika dipasangkan dengan Shevira, pikir gadis itu tiada henti. Sudah lama ia menyukainya, memendam perasaan yang kian menderu pada tiap detiknya.

Satu sahabatnya pernah berkata bahwa suatu saat waktu akan merubah segalanya. Shevira semakin frustasi. Tapi, dia malah semakin berkecamuk di pikiranku!

"Oh Bryan tak bisakah kau berhenti membuatku gelisah karenamu?" gerutunya.

Sudah cukup kesekian lamanya kau hinggap di otakku selama hampir 5 tahun!

***

"Gue tau lo suka sama dia, udah kelihatan jelas dari raut wajah lo yang selalu merah waktu ngelihat Bryan. " ucap Marina.

"Arsel juga sudah pernah nyinggung lo di kelas, kan? Waktu pelajaran olahraga kelas 7A, itu bareng sama jadwal kelas kita Seni Budaya. Jadi nggak heran kalau kita sering mergokin lo lagi lihatin si Bryan main voli." sambungnya.

"Sok tau! Siapa sangka kalo aku ngelihatin Pak Sanusi, tukang kebon sekolah kita. Kalian aja yang terlalu cepet nyimpulin! Lagian anak kelas 7A kan banyak." elak Shevira tak mau kalah.

"Pake ngeles lagi. Terus apa-apaan pas Si Bryan ngelemparin bola voli ke jidat lo waktu itu?"

"Ya kan Bryan nggak sengaja, Mai! Lagian dia juga udah minta maaf kan?"

"Jujur nih, ya! Kasian gue sama jidat lo, udah jenong ketimpuk pake bola voli lagi." celoteh Marina.

"Terus, emangnya normal ya kalo lo senyum-senyum sendiri gitu kaya anak yang baru jatuh cinta? Padahal dia cuma mau ngambil bolanya dari tangan lo."

"Senyum kan ibadah!"

"Masa lo nggak sadar sih, ekspresi mukanya itu kaya ga suka pas dia nyamperin lo?"

"Bukan ga suka, dia sungkan kali."

"Belain terus! Jangan-jangan nanti kalau makin suka sama dia, lo dibikin bucin lagi. Pokoknya awas lo kalau sampai dibikin nangis bombay sama anak sok kecakepan itu."

Sementara Shevira hanya cengengesan menanggapi Marina yang mengoceh karena peduli padanya.

Marina menyimpulkan anggapan bahwa Shevira benar-benar memiliki sebuah rasa kepada Bryan. "Dari situ gue udah ngerasa heran sama lo. Tumben sih kemaren nggak marah-marah pas ditimpuk pake bola sama si kunyuk itu? Pasti ada sesuatu."

Shevira berhenti menyeruput es dan menaruhnya di bangku taman yang mereka duduki.

"Udah deh, berhenti lah ngejulitin Bryan, dia kan nggak salah apa-apa sama kamu, Mai!"

"Iya, yang salah itu lo! Karena lo suka sama si kunyuk sok keren itu. Makanya ga brutal sama dia."

"Kunyuk-kunyuk! Dia punya nama kali!" gerutu Shevira sembari mencebikkan bibir.

Kuper & RAHASIA (HOLD)Where stories live. Discover now