"Ugly"

"Ahahahaha!!!!" Benar kan kataku? Sampai - sampai Jordan tak kuat berdiri. Ia jatuh terduduk di tanah. "Jordan kau berlebihan!!"

---

Tak terasa sudah jam satu siang, saatnya makan siang. Kita sudah 4 km lebih jauh dari basecamp.

"Ayo gelar karpetnya disini" Seru Foxx yang menunjuk posisi di bawah pohon ek. Teduh sekali rasanya disini walau matahari bersinar terik.

"Apa menu kali ini, guys?" Foxx bertanya sebelum ia membuka rantang.

"Chicken soup"

"Cream soup"

"Roasted chicken"

"Garlic bread"

"Seafood porridge"

Dan hasilnya, makanan kali ini adalah....

"Spicy Chicken soup"

"Yeay! Aku benar!" Jordan bersorak kegirangan.

"Hey, kau hanya berkata Chicken Soup! Ini kan Spicy Chicken Soup!" Timpal Foxx yang sekejap membuat Jordan cemberut.

---

Ini sudah jam empat sore, sebentar lagi kami akan berada di basecamp selanjutnya.

BRUK!!

Aku dengan cekatan, berlari ke arah Jordan dan Foxx yang terjatuh dengan posisi Jordan di atas Foxx. Bayangkan Foxx yang kecil ditimpa Jordan yang tinggi.

"Hey, dudes! What's happen now!" Aku sempat berkata setelah membantu Jordan berdiri sedangkan Foxx dibantu Meghan. Pine? Dia mengurus ransel Foxx.

"Dia tiba - tiba berhenti!" Jordan menyalahkan Foxx, lantas kita semua menoleh pada Foxx, dan Foxx menoleh pada kami.

"Maaf, Joe!"

"Memang ada apa sih, hingga bisa berhenti?" Pine bertanya.

"Bukan ada apa - apa, tapi kurasa, kita harus lewat sini" Foxx menunjuk arah hutan.

What the foxx say? /dingdingding/

"Foxx! Lebih baik kita mengikuti jalan setapak ini! Kuyakin kita lebih aman!" Aku menyangkalnya. Memang benar, ini jalan untuk adventurer seperti kita.

Malah harusnya kita bersama - sama dengan penunjuk arah–aku lupa disebutnya apa.

"Percayalah, guys. Ini–" Dia berhenti sejenak, mencari kata yang menurutnya pas.

"–shortcut"

"Percuma saja shortcut kalau tidak meyakinkan, Foxx!" Meghan berpendapat. "Aku setuju dengan Meghan" Pine ikut bersuara.

Tapi Foxx berkata, "Ini adalah perjalananku. Aku yang membayar semuanya. Aku yang mencetuskan ide ini. Apa salahnya kalian menuruti perintahku, setidaknya kali ini saja!!"

Pertama kalinya kulihat Foxx semarah dan sedingin ini. Foxx yang biasa kulihat adalah Fox yang ceria, tersenyum setiap saat, humoris dan rendah hati. Dirasuki apa dia sekarang ini?

Kami semua terdiam dan menunduk. Entah kita harus merasa bersalah atau tetap berjuang dengan pendapat masing - masing.

"Ya sudah, aku ikut" Jordan sependapat dengan Foxx. Kami agak terkejut–namun tidak berlebihan.

Kuberpikir, jika Foxx dan Jordan lewat sana, hanya tinggal tiga cewek dan tidak mungkin cewek bertahan tanpa cowok–dalam keadaan bahaya.

"Oke, aku dengan Foxx" Meghan dan Pine terbelalak.

"Ya sudah aku juga"

"Ya, aku juga"

---

Perjalanan semenjak kami melewati jalur terlarang, suasananya jauh–bahkan sangat–berbeda dengan yang tadi.

Yang tadi dengan penuh rasa ceria, humor dan tertawaan.

Yang sekarang dengan rasa dingin, marah dan kecewa.

"By the way, Alice. Mengapa kamu jadi ikut Foxx? Kan kamu sempat membela diri tadi" Pine memecah keheningan diantara kami bertiga–aku, Meghan dan Pine.

"Kurasa, jika suatu bahaya terjadi, kita takkan selamat tanpa para cowok. Biarkan ini adalah jalur yang bahaya, tapi setidaknya para cowok bersama kita"

Mereka berdua hanya manggut - manggut mengerti.

---

"Kita berkemah disini, okay?" Foxx memberikan kami pertanyaan yang seperti perintah. Maka kami tak perlu membalasnya.

Sebenarnya aku cukup sebal dengan Foxx sejak pemaksaan yang dia lakukan beberapa jam yang lalu.

---

"Alice! Alice! Ayo bangun!"

Perlahan aku membuka kelopak mataku, menyesuaikan dengan terang matahari. Setelah terbuka sekian derajat, aku menoleh pada sumber suara yang tadi membangunkanku.

"Morning, Pine"

"Morning! Ayo bangun! Kami telah menyiapkan coklat panas"

---

"Mana Foxx?" Aku bertanya berharap ada yang menjawab.

"Dia masih di tenda, katanya sebentar lagi dia akan kesini" jawab Jordan setengah berbisik.

Benar kata Jordan, Foxx keluar dengan jaket biru melingkar di lehernya. Ia masih terlihat mengantuk.

"Morning!" Kami–aku, Jordan, Meghan dan Pine–menyapa Foxx serentak. Kami tertawa setelahnya.

Foxx menyunggingkan senyum lebarnya hingga terlihat satu gigi taring yang menyembul di antara bibirnya yang mungil.

Foxx duduk di antara aku dan Jordan dia menghela nafas dan berkata dengan lemahnya, "Maafkan aku, ya, kemarin"

"That was okay, Foxx."

"Don't worry, buddy"

---

"Hei, ini sudah ketinggian berapa?" tanya Jordan. Ya, kami telah melanjutkan perjalanan setelah menghabiskan coklat panas dan mengemas tenda.

"Entahlah, Joe. Tapi ini sudah lumayan tinggi" sahut Pine yang berjalan di belakangnya.

Aku ngeri melihat Jordan yang berjalan terlalu pinggir. Sudah berkali - kali kuingatkan, "Joe, jangan terlalu ke pinggir" namun ia tidak melaksanakannya.

"Woaaa!!" jeritan Jordan membuat kami berlari ke arahnya. Pine yang berada di posisi paling dekat dengan Jordan, dengan sigap ia menarik ransel Jordan dan ia selamat.

Namun, Pine kehilangan keseimbangan dan–

"AAAAA!"

###

Part 4 is finished
Hope u like it

Sorry for typos
Sorry for that boring story

Bye and thanks

-RogueOne934

An Unexpected JourneyWhere stories live. Discover now