Part 3 - Start

5 1 0
                                        

"AAAAAA!!!!"

What the heck is that? Aku segera keluar tenda berbarengan dengan Jordan. Terdapat Meghan yang tergeletak di tanah dan Pine yang sedang berdiri di sampingnya.

"She slipped, lmao" Pine tertawa terbahak - bahak. Aku segera menghampiri Meghan dan membantunya berdiri. "Are you okay?" Dia mengangguk.

"Are you crazy, Bell? Dia jatuh bukannya kamu tolong malah kamu tertawakan"

"Gadis lugu ini tiba - tiba jatuh, bagaimana kau tak tertawa?" Balasan aneh, Pine.

Aku menuntun Meghan memasuki tenda dengan tujuan ingin membersihkan lukanya. Untung aku bawa sebotol alkohol dan kapas.

"Meghan, kumohon, mengertilah dengan keadaan Pine. Dia memang tak bisa merubah sikapnya" Aku berkata saat sedang membersihkan luka di kaki Meghan. Dia meringis.

"Ya, aku bisa mengerti" Kami bertatapan lalu tersenyum.

---

Setelah makan pagi–roti bakar api unggun, kami membereskan tenda serta barang - barang kami. Hari ini kita akan memulai perjalanan ini.

"Let's go, guys" Foxx yang memimpin. Doakan kami ya para readers, agar selama petualangan ini kami baik - baik saja.

---

Kami sudah mendaki cukup lama, mungkin sekitar lima jam. Ini sudah tengah hari, maka kita beristirahat dengan memasang karpet. Kami makan kentang tumbuk lada hitam dan sup jagung. Tadi pagi setelah tenda selesai dibereskan, seorang pengurus penginapan membawa makanan tersebut untuk kami. Mereka baik sekali.

"Sup ini enak sekali" Meghan bersuara kecil, berharap hanya bergumam, namun aku dapat mendengarnya walau ditengah keberisikan dari ocehan Jordan. "Ya, aku setuju"

"By the way, Alice. Are you from British?"

"Yeah, why?" Aku menoleh dan menghentikan makanku sebentar.

"Aku pernah kesana dan aku jatuh cinta pada pandangan pertama" Aku terkekeh pelan. Ia melanjutkan. "Seusai perjalanan ini, maukah kamu menemaniku kesana? Walau aku pernah disana selama seminggu, kuyakin kamu lebih tahu karena itu negara kelahiranmu."

"Tentu, Meghan. Aku janji. Lagipula aku juga sudah lama tak pulang"

Aku terhenti. "Bagaimana kau tahu aku orang Inggris?"

Ia tersenyum. "Accent mu kental sekali, bahkan saat bicara bahasa Indonesia."

"Kental? Maksudmu harus banyak minum air?" Kami tertawa bersama.

"Terus saja tertawa tidak jelas, gadis - gadis lugu" Kami menoleh pada Pine yang barusan mengatakan hal yang tak mengenakkan. Ingin rasanya kutampar pipinya.

"Berhenti memanggil kami gadis lugu" Meghan mulai berani. Pine hanya memalingkan muka. Dia selalu saja membuat kami gusar.

---

Sudah lima jam kami melanjutkan perjalanan dan sekarang sudah jam enam sore. Matahari mulai kembali menuju tempat peristirahatan, digantikan oleh bulan yang memantulkan cahayanya.

"Ah, Basecamp" Meghan di sampingku bergumam pelan. Aku menoleh ke arahnya lalu menoleh ke arah yang dilihatnya.

Disana telah berdiri penginapan yang lumayan besar dan untungnya tidak terlalu ramai membuat kita agak leluasa.

Foxx menuju resepsionis. Mungkin dia sedang mengurus administrasi basecamp.

Tak lama, ia berjalan ke arah kami. Membawa tiga buah kunci.

An Unexpected JourneyWhere stories live. Discover now