02. Bahagia

34 0 0
                                    

Kampret: Selamat pagi mbah

Mangun: Apa lagi? Mau ngerjain orang tua lagi?

Kampret: Ha ha ha........ Tidak mbah,... saya ini lagi bahagia mbah

Mangun: Ah.. Bahagia kok ngomong-ngomong, orang goblog juga tahu kamu sedang bahagia atau tidak.

Kampret: Masak sih mbah, orang goblog tahu tentang kebahagiaan seseorang?

Mangun: Kamu bisa membedakan orang Tersenyum atau Cemberut kan?

Kampret: Ya elah,.. Simbah ini, ya bisa lah mbah.

Mangun: Terus kamu tahu kenapa orang bisa tersenyum atau cemberut?

Kampret: emmm tahu mbah!

Mangun: Nah... dan kamu juga pasti tahu, kalau kamu itu Goblog!

Kampret: He he he..... Tapi saya sekolah tinggi lo mbah,....

Mangun: Apa gunanya sekolah tinggi-tinggi tapi masih saja bingung, bukankah kamu tidak bisa menggunakan ilmu itu dengan benar? Kamu tahu si Bodong yang ndak makan sekolahan itu kan?... Nah, dia itu tidak tahu rumus kecepatan sama dengan Jarak per waktu. Buktinya dia tidak pernah terlambat datang di pasar atau nguli di sawah desa sebelah atau desa yang jauh. Karena matematika itu sudah ada sebelum sekolahan didirikan.

Kampret: Tapi mbah,.. Banyak loh orang yang selalu bilang kalau dirinya itu 'Bahagia'

Mangun: Berarti dia lebih goblog dari orang goblog!

Kampret: Berarti banyak dong mbah orang goblog?

Mangun: Makanya tidak ada sekolahan yang bangkrut,... malah nambah terus.

Kampret: Sekarang saya mau tanya mbah...

Mangun: Tanya apa lagi,.. Sekali-kali mbok kamu yang jawab!

Kampret: Lah simbah tidak pernah bertanya. Begini mbah, kalau kita tidak melihat orang itu tersenyum atau cemberut?

Mangun: Berarti, dia tidak punya masalah!

Kampret: Kalau mukaknya berubah-ubah kadang tersenyum dan kadang cemberut dalam satu hari, sedangkan dia tidak gila, gimana mbah?

Mangun: Umumnya semua orang kan begitu, sebentar tersenyum, sebentar cemberut... waktu dia pas seneng, ngaku-ngaku hidupnya bahagia kayak kamu itu.

Kampret: Terus, bagaimana orang bisa dikatakan bahagia hidupnya atau tidak mbah?

Mangun: Ya gampang! Tinggal dihitung saja, lebih banyak cemberutnya apa tersenyumnya! Kalau kamu anak sekolahan yang belajar matematika, kan tahu prosentase?

Kampret: Ya mbah saya tahu. Ternyata bahagia dan tidak itu, tidak bener-bener permanen ya mbah? Kenapa bisa begitu?

Mangun: Gampang!... Kamu tahu 'Panca Indra'?

Kampret: Ya mbah, lima indra!

Mangun: Nah, kelima indra itu setiap kali akan kontak dengan obyek. Telinga dengan suara, mata dengan bentuk, lidah dengan rasa, dan seterusnya. Kalau kontak itu sesuai dengan seleramu, kamu akan setuju dan tersenyum. Sebaliknya, kalau tidak cocok dengan seleramu, kamu tidak setuju dan cemberut.

Kampret: Kalau ciri-ciri yang paling gampang, untuk tahu hidup orang itu bahagia atau tidak, gimana mbah.

Mangun: Orang bahagia, selalu melihat dunia itu benar. Sebaliknya, yang tidak itu selalu melihat dunia keliru.

Kampret: Saya kurang ngerti mbah.

Mangun: Orang yang kurang bahagia, selalu komentar udara terlalu dingin atau panas, angin terlalu kencang atau pelan, teman yang tidak sesuai, lingkungan yang tidak sesuai, gunung yang meletus, bumi yang gempa. Biasanya dia punya banyak masalah tentang banyak hal. Dari dulu gunung ya meletus. Yang namanya gempa ya di Bumi, masak di langit ada gempa.

Kampret: Jadi jangan tinggal di tempat yang beresiko ya mbah?

Mangun: Semua punya resiko, di Kota juga banyak resiko,... masalahnya beda-beda. Di Kota banyak orang mati tertabrak Bis atau Truk. Di Hutan, orang paling matinya tersambar petir atau kecemplung jurang. Jadi sama saja.

Kampret: Weh... kok gampang sekali semua pertanyaan dijawab mbah?

Mangun: Ya gampang, orang saya jawabnya ngawur! Kalau saya mikir dulu, baru lama dan bertele-tele.

Kampret: Berarti, semua tadi benar atau tidak mbah?

Mangun: Loh, saya tidak tahu! Kamu pikir saya ini orang pinter?

Kampret: Kenapa kalau tidak tahu yang sebenarnya, pertanyaan saya dijawab?

Mangun: Saya menjawab bukan karena saya tahu kebenarannya! Tapi karena ditanya saja, saya menjawab. Bukankah pertanyaan itu wajib dijawab!

Kampret: Bisa jadi, semua yang kita bahas ini ndak benar mbah?

Mangun: Bisa jadi!

Kampret: Wah rugi saya lama-lama duduk di sini,

Mangun: Siapa suruh datang ke sini!

Kampret: Ya wes, pulang dulu mbah,...

Mangun: Ehhh... Pret, sini tinggal rokoknya! Katanya kamu lagi beruntung hari ini.

Kampret: he he he... iya mbah, rokok Jarum simbah mau?

Mangun: Ahhh,....... Apa saja yang penting keluar asapnya.

Serial KampretWhere stories live. Discover now