18

2.2K 330 93
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

Delapan Belas

Sulli tak menatap Yoon Je sama sekali, walaupun mereka berada dalam ruangan yang sama. Dia hanya diam dengan mulut yang terkatup sangat rapat. Ia hanya sedang merasa sangat marah pada pria itu, berfikir bahwa seharusnya sang pria mati saja dan menjadi debu. Tapi nyatanya sang pria masih hidup dan terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya ―fisiknya, pekerjaannya― membuat Sulli merasa muak sendiri. Yang terluka semakin terluka tapi yang membuat luka seakan tak sadar dengan apa yang telah mereka lakukan.

Dunia yang sangat indah untuk ditinggali.

"Kau tak ingin mengatakan sesuatu padaku?" pria itu bicara, merapikan rambutnya yang berantakan karena kebrutalan seorang pria asing pada dirinya.

"Bajingan. Brengsek. Bedebah."

Yoon Je tertawa kecil mendengar kata umpatan yang Sulli luncurkan dari kedua bibirnya dengan nada suara yang terdengar sangat marah. "Kau tak semanis dulu lagi." Balasnya tenang, tidak tersulut sama sekali dan itu membuat Sulli semakin marah. Walaupun begitu, sang wanita tak membuka kembali mulutnya. Dia tidak ingin mengatakan apapun karena dia pikir tidak ada gunanya bicara serius dengan seseorang seperti Yoon Je yang punya kepribadian sangat menyebalkan.

"Aku ingat dulu kau ingin punya bisnis yang bisa kau kelola sendiri. Dan sekarang kau sudah memilikinya." Yoon Je mendekati Sulli membuat sang wanita takut dan refleks menghindar, tapi nyatanya sang pria ingin mengambil tisu yang berada di atas meja. Dia mengambil beberapa helai dan mulai mengusap wajahnya sendiri kemudian berhati-hati mengusap sudut bibirnya yang tadinya berdarah, dan sekarang sudah mengeras.

"Dan kau sudah menjadi dokter seperti yang kau impikan." Yoon Je tersenyum kecil, membuang bekas tisunya ke dalam tong sampah. "Apa pasien tidak merasa takut padamu? Atau― apakah sudah jatuh korban di sana akibat kebusukanmu?" ucap sang wanita sarkasme.

"Seseorang yang berfikiran maju tidak akan melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Lagi pula, orang jahat tidak akan selamanya jahat." Sulli berdecih, membuat gerakan seakan dia sedang meludahi sesuatu.

"Sekali iblis tetaplah iblis, karena dia memang terlahir sebagai seorang iblis." Tekannya kuat, mengertakkan gigi dengan sorot mata yang nyalang. Yoon Je balas menatapnya, menyimpan senyuman yang selalu menghiasi wajahnya sedari tadi dan mengunci mulut. Sulli tidak merasa takut, karena apa yang dia katakan adalah benar.

Mereka terdiam, cukup lama dan hanya saling pandang sampai akhirnya Yoon Je membuang muka dan berucap, "pria tadi, apakah dia Lee Soo Hyuk?" Sulli mengernyitkan keningnya tanpa ia minta. "Sebelum aku datang, aku sudah mencari tahu. Walaupun sulit, setidaknya ada beberapa informasi yang aku simpan dalam kepalaku." Sambung sang pria, menjawab pertanyaan yang bahkan tak Sulli ucapkan secara langsung.

"Ah, aku lupa. Suzy memanggilnya dengan nama yang lain tadi. Siapa― Myungsoo? Em, nama yang bagus."

"Jangan katakan bahwa kau mengincar pria sekarang." Sulli berjalan menuju sofa, menarik sebatang rokok dari kotaknya yang berada di atas meja dan menyalakannya menggunakan korek. Yoon Je memperhatikan wanita itu, melihat perubahan yang telah terjadi akibat perputaran waktu yang terasa cepat. Anak yang dulu manis, kini tak terlihat seperti dulu lagi. Dia tahu, karena dia juga seperti itu.

"Aku tidak ingin bertanya kenapa kau datang, karena kau selalu datang tanpa diundang dan melakukan hal yang tak terbayangkan. Sama seperti saat kau datang dan menghancurkan hidup seorang gadis muda di masa lalu." Sulli menyesap rokoknya, membuang asap yang berada di dalam mulut dengan wajah santai. "Aku juga tidak ingin bertanya kapan kau menghilang, karena kau akan pergi dengan sendirinya dengan tanpa rasa malu dan tanggung jawab." Ia kembali meletakkan rokok diantara bibirnya dan melakukan hal serupa dengan apa yang ia lakukan beberapa detik yang lalu.

Love and Money [END]Where stories live. Discover now