Penawar Racun

880 61 28
                                    

Disebuah negeri kecil yang terus diselimuti salju abadi, hiduplah seorang puteri yang buruk rupa bernama Levyanna Charlotte Madison atau biasa yang dipanggil Levy. Ia hidup bersama pelayan pribadinya, Devana Julia Sheehan atau biasa yang dipanggil Eva. Mereka berdua harus diasingkan kesebuah negeri terpencil karena kutukan sang puteri. Wajah puteri Levy dikutuk oleh seorang penyihir jahat yang membenci kecantikan sang puteri dulu. Karena malu, sang raja harus mengasingkan satu-satu anak kesayangannya itu dengan harapan kutukan itu segera menghilang.

Sudah lima tahun sejak Levy tinggal di istana sepi itu, istana itu memang besar dan luas. Tapi hanya Levy dan Eva yang tinggal disana. Membuat istana itu tidak terurus dan tentunya menyeramkan.

"Puteri.. aku membawakan bubur kesukaanmu.." Eva masuk membawakan makanan yang ia maksudkan tadi, berjalan pelan kearah Levy yang sedang duduk membaca komik kesukaannya.

"sudah kubilang berkali-kali padamu, panggil saja aku Levy. Jangan kasih embel-embel puteri lagi" ujar Levy yang masih fokus membaca komiknya.

"Oh maaf aku lupa, pu—Levy maksudnya" Eva segera meletakkan bubur yang tadi ia bawa ke sebuah meja berukuran sedang yang berada didekat kursi yang diduduki Levy.

Levy terkejut saat tiba-tiba komik yang ia baca ditarik paksa, ternyata Eva sudah merebut komik miliknya. Levy menggeram marah karena aktivitasnya diganggu, "jangan ganggu aku Eva!" teriak Levy kesal.

"berhentilah membaca buku maksiat ini! Kau bisa ketularan tidak normal!" balas Eva, ia memang pelayan. Tapi karena mereka sudah bersama sejak kecil, mereka menjadi sahabat yang saling mendukung. Setidaknya begitu.

"Oh ayolah Eva, kau akan ketagihan jika membacanya juga. kau tinggal memilih mau baca yang mana, aku punya tiga kardus komik."ajak Levy, tapi Eva tidak terpengaruh sama sekali. Eva segera membuka lembaran demi lembaran komik itu dengan cepat.

"lihatah! Kau bilang ini tidak maksiat?!" Eva menunjukkan lembar komik yang bergambar dua lelaki yang sedang ciuman. Mata Levy melebar.

"itu bagian yang paling bikin deg-deg!! Apa kau tidak merasakan getaran dijantungmu saat melihat adegan itu?!" ucap Levy histeris.

"kau benar-benar sudah tidak waras" gumam Eva.

"kau ingin menyita komikku lagi? Kau tidak kasihan dengan sahabatmu ini Eva? Aku menderita racun racun yang nampak seperti bisul yang tak kunjung sembuh, dan membuat orang-orang itu mengatakan aku buruk rupa! Siapa yang tidak kesal!" teriak Levy kesal. Ia tak habis fikir bagaimana bisa orang-orang istana bahkan seorang tabib mengatakan bahwa ia terkena kutukan. Padahal ia hanya keracunan buah yang berada dihutan dekat taman di istana dulu. Buah yang mengandung racun, yang seketika memunculkan bentolan-bentolan mirip bisul. Bisul yang sampai sekarang tidak kunjung sembuh. Sebenarnya ada cara agar racun itu menghilang dari tubuhnya, yaitu dengan memakan buah sama yang berada di istana kegelapan. Istana yang berada di Utara, istana yang konon dihuni pangeran misterius yang kejam dan jahat. Setidaknya itulah informasi yang diberikan Eva. Eva memang sangat pandai, ia menghabiskan waktu dua hari dua malam untuk membaca semua buku perpustakaan yang ada di istana itu hanya untuk mengetahui bagaimana Levy bisa sembuh.

"hahh... kalau kau sudah tidak betah dengan bisul-bisul itu, sebaiknya kita segera pergi mencari penawarnya. Kau tau, aku juga sudah bosan disini." Lima tahun bukan waktu yang singkat untuk Eva. Dia benar-benar bosan disini.

"kau benar Eva! Baiklah, sudah kuputuskan, besok kita akan berangkat ke istana entah branta itu!"

***

"tempat apa ini??!" kedua wanita itu berteriak dengan kencangnya, sudah seharian meraka berjalan untuk keluar dari hutan berduri tapi masih tak kunjung bisa. Mereka hanya berputar-putar melewati jalan yang sama.

Story Of W.A.PWhere stories live. Discover now