Pembuka

51 9 11
                                    

Perempuan berambut hitam sebahu, dan berparas jelita itu memainkan gitar akustiknya dengan luwes di kamarnya, tanpa bernyanyi. Suaranya gak bagus-bagus banget, makanya dari dulu, lima tahun yang lalu, dia les gitar. Biar gitarnya aja yang nyanyi sendiri.

Namanya Nadine, dia bisa bermain gitar dengan teknik apa saja. Fingerstyle, dan lainnya dia sangat ahli.

Nadine ini suka malas buat nampilin bakatnya di depan banyak orang secara langsung. Tetapi, dia rajin upload video-videonya di instagram. Sudah punya bakat keren, wajahnya pun tak kalah cantiknya dari permainan gitarnya. Apalagi angka followers instagramnya yang lumayan fantastis lah, sekitar enampuluh enam koma enam ribu.

Nadine menghentikan permainan gitarnya dan membuka fingerpick dari jari-jarinya. Dia bosan.

Sudah tujuh hari masa libur panjang di semester pertama di kelas awal Nadine di Tingkat Menengah Atas ini. Dua bulan lalu, Papanya berjanji untuk liburan bersamanya ke luar negeri, ke luar kota atau kemanapun asal mereka liburan. Karena selama ini Papanya tidak punya waktu untuk menghabiskan waktu bersama Nadine. Papanya sibuk bekerja. Dan sampai sekarang, Nadine belum diasih kabar juga dari Papanya.

Suara dering telepon membuat Nadine berdiri dan berjalan menuju meja telepon dengan malas.

"Halo, dengan keluarga Bapak Arasta Ahmad, dan Nadine Araina. Ada yang perlu saya bantu?" Nadine mengucapkan salam yang sudah jadi peraturan di rumah ini jika ada telepon yang masuk. Siapapun itu.

"Nadine, ini Papa." Suara orang di seberang sana langsung membuat hati Nadine riang. Akhirnya setelah menunggu dikabarin ....

"Ah, iya, Pa? Ada apa?"

"Maaf, ya, sayang. Papa gak bisa ngajak kamu liburan. Papa lagi gak bisa banget. Maaf, ya, sayang."

Seperti East Taiheng Glasswalk di China, hati Nadine retak-retak tiga dimensi.

"Yaah, Papa nyebelin!" Nadine mengerucutkan bibirnya.

"Maaf, ya, sayang. Liburan kamu Papa ganti, tapi terserah kamu ya, kamu pilih sendiri di antara dua ini, ya. Yang pertama, liburan sendiri, ajak teman juga gak papa, nanti Papa yang bayar semuanya,"

Semangat Nadine luntur, dia kan ... gak ada teman. "Nadine maunya sama Papa!"

"Yang kedua, kamu liburan ke rumah Tante kamu, Tante Rani, di Jakarta. Mau, gak? Di sana juga ada sepupu kamu, tuh, si Alzi sama Mila."

"Alzi yang mana, ya, Pa? Aku lupa, kan udah lamaaa banget aku gak komunikasi sama sepupu-sepupu aku, Pa. Jadinya lupa, hehe."

Nadine menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Pokoknya, kamu sama Alzi tuh, dulu waktu masih kecil akrab banget. Udah, ya, kalau kamu mau tau sama si Alzi. Besok Papa kirimin tiket pesawat buat ke Jakarta. Kamu pikir-pikir aja dulu, nanti konfir ke Papa gantengmu ini, ya, biar misalnya jadi ke rumah Alzi, nanti bisa Papa kasih tau mereka. Dadah, Papa mau kerja. I love you, sayang."

"Oke, Pa. I love you too." Lalu telepon diputuskan dari seberang.

Nadine sebenarnya sedih, sih, karena ia tidak jadi liburan bersama Papa-nya. Orangtua satu-satunya yang dia miliki saat ini. Tapi mau bagaimana? Dia tidak bisa memaksa.

Baiklah, waktunya berpikir mau ke mana. []

°°°

Hulaa! Gege datang dengan cerita yang udah lama dipendam.

Dibuat pertama kali: Kamis, 28 Desember 2017.
Dipublish pertama kali: Sabtu, 16 juni 2018.

Cerita tentang NadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang