'BUGH'

Daniel meninju perut bawah Willis

'BUGH'

Sudut bibir Willis sudah memar, belum lagi rahangnya baru saja bertemu dengan tinju Daniel

'BUGH'

Daniel menendang kaki Willis kuat, Willis hamya bisa menggeram tersiksa karena tubuhnya benar - benar terkekang kali ini.

"Cukup Daniel, aku sudah puas"

Danielpun menghentikan aksinya lalu kembali lagi menahan tubuh Willis

"Kau tahu anak muda, tidak ada cara yang tidak kotor yang kita pakai dalam bisnis ini"

Pria itu menatap lamat mata Willis, mengambil pistol yang ada di balik celananya

"Inilah Epilog dari cerita hidupmu!"

'DORR'






Darah menyembur kemana - mana, menetes ke jalan, ataupun ikut memyiprat pada 5 orang yang masih sadar saat itu. Kejadian terjadi begitu cepat, persis seperti kata pemimpin dari orang - orang yang mengejar Willis tadi.

• Perfect Stranger •

Ah... Kepalaku terasa sakit, pusing sekali.

Pendar cahaya lampu terasa sangat menyilaukan saat aku mencoba membuka kelopak mataku.

"DOKTER!! PASIEN KAMAR 124 SUDAH SADAR! CEPAT SEGERA DATANG KEMARI!!"

Ah, itu suara Wonwoo aku ingat. Tapi ini dimana?

"Ahra!"

"Ahra!!"

Ah dia terus memanggil namaku, kenapa begini. Terus begini dari 9 tahun lalu. Dia selalu mengkhawatirkan keadaanku, menanyakan apakah aku sakit jika aku bicara sedikit, bertanya mengapa aku jarang sekali minum air putih, dan selalu marah jika aku tidur larut.

Wonwoo selalu peduli padaku, tapi sungguh ... ini benar - benar sulit bahkan hanya untuk membalas rasa pedulinya selama ini padaku.

Kenapa dia tidak pernah menyerah?

dan pertanyaan yang sama

Kenapa aku tidak pernah menyerah?

"A-aku dimana?"

Aku bertanya, aku bisa mendengar sendiri bahwa suaraku sedang serak saat ini

"Kau ada di rumah sakit, sudah kubilangkan jangan di kejar"

Matanya berkaca - kaca, dia mulai terisak, tangannya menggenggam tanganku hangat.

"Aku benar - benar tidak ingin kau terluka"

Wonwoo mencium tanganku yang ia genggam, menunduk lalu berusaha menutupu isakannya.

"Kau, kenapa selalu baik seperti ini padaku, aku tidak tahu cara membalasnya"

• Perfect Stranger •

Penglihatanku mengabur ketika aku berusaha membuka mata.

Berusaha mengerjapkan mataku beberapa kali, berusaha menyegarkan kembali pandanganku.

Kejadian barusan benar - benar masih terasa begitu cepat di benakku. Ketika tiba - tiba datang dua buah mobil yang di isi oleh pria - pria berjas hitam.

Persis sebelum pria yang mau berusaha membunuhku menarik pelatuk pistolnya, kepalanya tertembak oleh timah panas, drah menghambur kemana - mana.

"Kau sudah sadar nak?"

Sebentar, Ini bukanlah suara Liana kakakku sama sekali, setelah aku melihat sekitar aku tidak berada di kamarku, kamar ini benar - benar besar dengan rak buku yang memenuhi ⅛ ruangan. Arsitektur dan furniturnya juga tampak berkelas.

Aku segera melihat ke arah wanita paruh baya sekitaran usia 50an mungkin? Ia duduk di kursi samping tempat tidurku, ia mulai mengelus kepalaku lembut.

"Akhirnya kau kembali lagi pada ibu,









Jonathan ... "





To Be Continue

Perfect Stranger +osh [ Closer Sequel ]Where stories live. Discover now