First Snow

86 10 4
                                    

"Ya Tuhan, lambat sekali mereka berjalan," kataku tidak sabaran melihat dua pemuda-pemudi yang berangkulan di hadapanku.

Apa mereka tidak lihat aku yang tengah kesusahan dengan 2 plastik besar di tanganku ini?

Aku tidak peduli lagi. Aku langsung saja menerobos mereka berdua hingga memisahkan keduanya. Aku melirik mereka sekilas. Mereka menatapku kesal sekaligus bingung. Aku membuang wajahku dan lanjut berjalan.

"Ada apa dengan gadis itu?" Tanya sang lelaki pada kekasihnya.

"Entahlah. Dia gila sepertinya. Lihat saja dari penampilannya, semuanya berantakan."

Aku mendengarnya dan mendengus kesal. Ya, memang aku berantakan seperti mereka katakan. Aku ini mahasiswa semester akhir. Itulah alasan mengapa aku sudah tidak mempedulikan penampilanku lagi.

"Salju turun! Wah, aku harus mengabadikannya."

Aku mendengar perkataan orang-orang yang kini menghentikan aktivitasnya dan mulai memfoto salju yang turun untuk pertama kalinya.

Norak sekali. Seperti tidak pernah melihat salju saja.

Aku mengabaikannya dan lanjut berjalan menuju apartemenku. Aku berjalan cepat karena tidak sanggup menahan beratnya 2 kantung plastik yang kubawa ini.

Saat sampai di gerbang, aku menyempatkan diri untuk menyapa penjaga gerbang dan memberinya 1 gelas kopi yang barusan kubeli. Aku tidak tega membiarkan paman yang sudah tua sepertinya berjaga di cuaca dingin seperti ini. Hei, aku ini memang baik asal kau tahu.

"Ini untukmu, Pak. Kau pasti lelah bekerja seharian dan ditambah cuaca yang dingin," kataku sambil menyodorkan gelas kopi untuknya.

"Oh, terimakasih. Kau memang baik sekali, nak. Memang cuaca saat ini sedang dingin, tapi lihatlah salju yang turun. Bukankah cantik?"

Aku menghadap ke atas untuk melihat salju yang turun. Perlahan bulir-bulir salju itu menyentuh permukaan wajahku.

Memang. Memang cantik.

"Apa kau sudah punya pacar?" Tanya si paman penjaga.

Aku menatapnya aneh dan bergidik ngeri.

Apa dia pedofil?

"Eh jangan salah sangka. Maksudku, apa kau tidak memiliki kekasih untuk diajak berkencan saat ini? Aku memperhatikan semua anak muda sedang keluar untuk menghabiskan waktu dengan orang yang mereka kasihi."

Aku menggelengkan kepalaku, "Kurasa aku tidak punya waktu untuk hal-hal seperti itu. Aku ingin cepat lulus dan segera bekerja."

"Oh begitu. Baiklah sukses untuk kuliahmu, nak!"

Aku mengangguk dan pamit padanya. Ucapan paman tadi tanpa sadar terngiang-ngiang di pikiranku. Tapi di detik berikutnya, aku segera membuang jauh-jauh pikiran untuk memiliki kekasih.

❄️

Aku membuka lampu kamar apartemenku.

Cklek.

Lampu menyala dan aku menemukan apartemenku yang tampak seperti kapal pecah. Kutaruh dulu 2 kantung plastik yang berada di tanganku di meja dapur. Aku mengambil trash bag di salah satu laci di dapurku.

"Apa separah itu saat aku mabuk?" Tanyaku keheranan melihat sampah yang berserakan.

Aku langsung memunguti sampah-sampah yang berserakan dalam ruang TV. Aku juga mengepel bagian yang terkena tumpahan Soju*.

FeelsWhere stories live. Discover now