Sebelas: Ali Pulang

5.6K 438 2
                                    


Didedikasikan khusus untuk para Cat Lovers, terutama yang suka rescue/feeding/rawat stray cat. Baik yang tergabung dalam komunitas atau tidak.

"Suaranya mampu mengalahkan efek morfin dosis tertinggi sekalipun."

——————————


Raska beranjak dari duduknya dan bergegas menyusul Maira. Pintu lift belum terbuka, sampai Raska berhenti dengan napas memburu di belakang Maira. Ia mengatur napasnya yang tersengal, sambil memerhatikan Maira dari belakang.

"Maaf—" Raska mengambil napasnya, "—aku boleh berbicara sebentar?"

"Maaf, saya boleh segera pergi?"

"Aku hanya ingin tahu alasan kamu memanggilku ... Ali."

Pintu lift terbuka, membuat Maira tersenyum kemudian masuk. Raska masih tercengang dengan kepergian Maira. Ia diabaikan oleh seorang perempuan, lalu menunggu lift untuk menjemputnya lagi. Sampai di lobi, Raska segera menyusul Maira yang belum pergi jauh dari kantor. Raska melihatnya berjongkok di trotoar, ia khawatir dan segera berlari menghampiri Maira.

Raska melihat kucing di depan Maira yang tengah asyik menyuapi sosis ke mulut kucing itu. Ia tersenyum melihat Maira, sesekali ia melihat perempuan itu terkekeh kecil. Kucing itu mengeong kecil dengan suara serak, tubuh bergetar, wajah penuh luka, dan bulu yang kotor. Raska memandangnya jijik. Namun, hatinya terenyuh saat mendengar isakan kecil Maira. 

Ia masih sama baiknya, batinnya.

"Maaf, cmiw. Aku hanya bisa memberi kamu makanan ini. Aku harus pulang. Semoga ada manusia yang berbaik hati merawat kamu." Maira masih terisak sembari mengelus dagu kucing kecil itu. Kemudian, ia berdiri dan merasakan ada seseorang yang tengah terisak di belakangnya. Maira menolehkan kepalanya ke belakang.

"Tuan, baik–baik saja?"

"Ah! Aku baik–baik saja." Raska menghapus air mata yang telah meleleh di pipi chubby-nya.

"Tuan, saya akan pulang. Bolehkah saya meminta tolong?" Raska mengangguk dengan senyuman lebarnya, yang entah ia tanggalkan di mana selama ini.

"Bisakah Tuan merawat kucing ini? Setidaknya sampai ia sehat dan kuat untuk hidup." Tanpa sadar Raska meneteskan air matanya kembali. Maira bingung oleh Raska yang menangis tiba-tiba.

"Akan aku rawat—" Ia sibuk menghapus air matanya, "—tapi, aku ingin mengajukan satu permintaan pula." Maira mengerutkan keningnya di balik niqob.

"Apa itu?"

"Bisakah kamu ikut denganku ke rumah? Mamaku pasti senang, jika mengenalmu." Maira terdiam mendengar permintaan Raska. Ia bingung harus menjawab dengan kalimat penolakan seperti apa.

"Kumohon. Aku tahu, kamu sedang terburu-buru. Tapi, tolonglah. Mamaku sedang sangat terluka." Maira tak mampu menolak permintaan pria di hadapannya ini karena kalimat terakhir yang dilontarkan Raska. Ia hanya menghela napas tertahan.

"Aku akan mengajak temanku agar kita tidak berdua dalam mobilku. Kumohon, hmm?"

"Baiklah. Tapi selepas Ashar, saya harus pergi." Raska mengangguk dengan senyuman lebar dan mata berbinar.

"Aku akan ambil mobilku, tunggulah. Dan, bawa kucing kecil itu untuk dirawat di rumahku." Raska segera beranjak mengambil mobilnya. Meninggalkan Maira, kembali menyuapi kucing kecil yang sejak tadi memutar di kakinya.

Buku #1 | My Beloved Niqobi [TAMAT]Where stories live. Discover now