Dua Klaim

9.7K 1K 174
                                    

Tersadar akan apa yang terjadi, Inuyasha menggeser kepalanya. Menyudahi ciuman dari sang kakak. "Apa maumu?!" geram InuHanyou, menekan ketakutan akan sentuhan Sesshomaru.

InuDaiyokai memandang rendah pasangannya. Tangan mengetat pada pergelangan si hanyou. Ia tak menjawab, meneliti saksama sang adik dengan manik emas.

"Menyingkir, berengsek!" Inuyasha memang tak bergerak, namun kelamaan ia merasa makin tertekan. Bayangan persetubuhan mereka mulai muncul.

Sesshomaru melepaskan cengkeramannya. Wajah pucat Inuyasha membuat ia mengerutkan dahi. Ia membiarkan sang adik berbaring di atas ranjang. "Ada apa denganmu, Inuyasha?"

Sang Hanyou terhenyak sesaat, jarang sekali Sesshomaru menyebut namanya. "Aku punya hak untuk bicara! Jika kau hanya menginginkan anak, pergi dan tiduri siluman lain."

Daiyokai barat terdiam. Duduk di ranjang sembari menatap Inuyasha yang menatap benci ke arahnya. Energi yokai sang adik bergejolak dan perlahan mulai berkurang.

"Aku ingin pergi dari sini." Inuyasha memundurkan diri. Kedua manik berbeda warna saling beradu pandang. Hanyou muda tak gentar, menantang agar kakaknya memutuskan saat ini juga.

Dalam hati pun Inuyasha merasa khawatir. Sesshomaru dapat saja membunuhnya dengan mudah. Ia tak memiliki banyak pilihan, namun bukan berarti ia akan berhenti berusaha.

Sesshomaru menarik tubuh Inuyasha. Mengabaikan rontaan yang muncul. Ia melirik sesaat pada perut yang menggembung di balik kain merah. Perasaan tatkala menyentuh anak mereka terbayang kembali. InuDaiyokai barat pun mengangkat tubuh sang adik dengan menaruh tangan kanan pada pinggangnya.

"Sesshomaru!"

"Kita akan mengunjungi Rin," ucap Daiyokai barat.

Inuyasha mendesis marah. Kedua tangan menarik moko-moko berharap tindakan ini dapat melukai kakaknya. Energi yokai sang hanyou mulai berkurang kembali, sehingga kekuatan yang digunakan pun melemah.

Langkah Sesshomaru nyaris terhenti, ia pun merasakan perubahan pada tubuh Inuyasha. Sang raja dataran barat menimbang keputusan yang akan diambil selanjutnya. Tanpa pikir panjang ia memutar perjalanan menuju ranjang kembali.

Inuyasha membelalak, mengetahui ke mana mereka akan bergerak. "Jangan harap!"

Dalam usaha melarikan diri, Inuyasha menggigit leher kakaknya. Sesshomaru terhenti, tekanan energi yokai sang raja dataran barat tak terkendali. Seolah meledak di dalam ruangan tersebut. Rupanya yokai dalam tubuh sang InuDaiyokai mengakui dan terpancing dengan sikap Inuyasha tadi.

Manik emas makin berkilat. Sesshomaru menggigit balik leher Inuyasha. Tekanan energi yokai keduanya saling bertubrukan. Dua aliran yang kemudian saling membelit. Membentuk satu kesatuan yang baru dan terserap ke dalam tubuh Inuyasha.

Seperti anak kecil yang baru mendapatkan hadiah. Inuyasha menjadi begitu senang. Ia berganti mencengkeram pundak kakaknya. Menggigit kuat pada sisi leher sang Daiyokai.

Posisi mereka layaknya sepasang kekasih yang tengah berpelukan. Kedua tangan Sesshomaru mengitari dada Inuyasha. Wajah tenggelam pada leher yang digigit.

Keduanya masih terbawa suasana. Energi mereka bersatu dan terserap.

Inuyasha terlebih dahulu melepaskan gigitannya. Bibir bercorak merah karena darah sang kakak. Sedangkan Sesshomaru masih memeluk adiknya dekat dan menghisap-hisap kulit sang hanyou.

Inuyasha dapat merasakan energi yokai dalam tubuhnya bertambah drastis. Kepuasan yang diterima membuat Hanyou yang tengah hamil ini tersenyum. Bahkan tak peduli tatkala bibir sang kakak masih menempel di lehernya.

Benih [Mpreg Sudah Dibukukan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang