Ketika 1

73 6 9
                                    


Di Ketika Itu

Tik tik tik ....

Bunyi itu menyeret tubuhku untuk menari ditengah hujan hingga hati gembira tak terkira. Berputar dan berlari bersama hujan. Ibu menegur anaknya supaya tidak bermain hujan-hujanan. Tapi, maaf Ibu, justru larangan Ibu seperti menyuruh untuk pergi ke tanah lapang sesuka hati. Itu semua terjadi pada saat kecil dahulu. Hujan bukan lagi hiburan semata untuk anak kecil. Hujan akan menghujani siapapun yang dihujaninya.

Hujan, Aku selalu iri padamu. Karena apa? Kau dapat jatuh dimanapun. Jatuh tepat di sisinya, di hadapannya. Sedang aku?! Sekedar jatuh hati pun tak boleh. Putra, aku merindukanmu." Rara, walau kita hanya teman dekat tapi aku sudah menganggapmu seperti adik sendiri. Percayalah padaku, semua lelaki itu tak ada bedanya. Mereka sama-sama hobi menyakiti perempuan. Lupakan dia Ra!" Kata Siska.

" Tidak, Putra tidak seperti itu," seharusnya siska menyemangati bukan mematikan mimpi. " Hahaha... Kau tertikam oleh ilusimu sendiri." Siska ketawa jahat. Aku sangat mengenal putra, dia beda dari yang lain. Tak sanggup untuk menceritakan segalanya. Pipi tembem telah basah, dibasahi tangisan hati. Aku yakin pasti ada alasan tersendiri putra meninggalkan aku serang diri.

Yang paling romantis dari hujan adalah ia masih mau turun. Meski tahu rasanya jatuh berkali-kali. Hujan, terima kasih kau sedikit menghibur. Jika kau kembali jatuh, ku mohon bawa aku jatuh pada hatinya. Jatuh persis dihadapannya.

Parangtritis menjulurkan lidah pantai. Hujan deras menitikkan kenangan di setiap gurat senyum manis pesisir. Sayang sekali kesemuanya di dunia ini semu, tak ada yang abadi. Kemanisan dari senyum si pesisir tiba-tiba terhempas lepas diseret paksa oleh ombak-ombak tak duga. Masih saja hujan walaupun ombak bersikeras menyapu tiap senyum yang diberikan hujan pada pesisir. Ombak, sudahlah. Biarkan keduanya saling bertegur sapa. Mereka sangat jarang dipertemukan. Janganlah kau ganggu! Sangat kekanak-kanakan.

"Siska, kau rindu hujan?" Tanyaku mematung bebisuan. Jika waktu itu kita tidak berkunjung kesini, pasti tidak akan sefatal ini. Sudah terlambat! Siska duduk di gubuk pengunjung. Aku lebih menikmati candaan kawan-kawanku. Hujan, pesisir, dan ombak. Hujan yang selalu mendatangi pesisir. Sekedar berucap salam. Tak lama kemudian, dia pergi. Kedatangan selanjutnya tak dapat dipastikan lagi karena hujan terlalu menyembunyikan rasa yang sukar dirasa hingga tak terasa. Sedangkan ombak, perjumpaannya dengan pesisir terlampau bahagia. Ombak usil menjaili pesisir, merayunya agar tetap tinggal. Sebab jika pesisir pergi bersama hujan. Banyak yang akan tersakiti. Bahkan ombak bilang tak akan dapat bertahan hidup jika tak bersama pesisir, tak akan ada lagi yang berapi-rapi menata dasi untuk mengajak sehidup-semati. Ombak selalu menggenggam pesisir sangat erat. Pesisir, aku tahu genggamannya membuatmu ingin lepas kan?

Pesisir, siapa yang akan kau jadikan kekasih dalam kisah. Aku harap bukan hujan atau ombak. Karena keduanya sama, sama-sama dingin. "Dikatakan ataupun tidak dikatakan. Semua ini benar-benar menyakitkan" Kekesalan pada putra yang pergi seperti angina. Imbasnya, Semua akun media sosial sudah tidak aktif. Sebab hanya jika diaktifkan hanya akan merobek luka lama yang belum kering, perih. Tampak bayangan payung dari belakang. Payung? Putra kembali. Pasti kali ini Putra akan memberinya kecupan, maksudnya kejutan. Segera putar badan, balik kanan.

"Putra." Ucapku di sela-sela tawa renyah hujan dan ombak. Seketika, raut wajah berubah datar-tak menyangka. Dia bukan Putra. "Rara, aku Surya," dia datang terlalu tiba tiba. Dia datang dari mana? Bagaimana dia tahu aku di pantai? Membingungkan sekali. "Ikut aku." Katanya. Aku mengelak. Dia memaksa. "Siskaaa!!!" Teriakku sekencang-kencangnya. Siska baru menyadari panggilanku setelah Surya berhasil membawa aku pergi dari pantai. Kasihan, Siska jadi sendirian. Pesisir teramat asyik menikmati peran tiap candanya dengan ombak, selagi datang hujan. Hingga mereka tak menyadari ada yang pergi.

Di Ketika ItuWhere stories live. Discover now