"Itu hanya perasaanmu. Tidak terjadi apa-apa di antara kami selain masalah pekerjaan," bantah Megan. Ia menggeser duduknya menjauh dari Austin.

Austin menghela nafas melihat ketegasan Megan. "Kalian sama-sama keras kepala," sindirnya.

"Aku?" Ulang Megan menunjuk dirinya sendiri. "Aku hanya bersikap rasional!"

"Dengan membohongi dirimu sendiri?" Tanya Austin membalas tatapan kesal Megan.

Megan menggigit bibir dalamnya. Sejuta kata umpatan hampir keluar dari bibirnya kalau ia tidak ingat sedang berhadapa dengan siapa. Maka ia lebih memilih mengucapkan kata-kata yang tidak akan menimbulkan masalah nantinya. "Dengar, Austin. Kau mungkin saja tahu apa yang sedang terjadi dan mengira semua akan selesai mudah hanya karena kau berada di pihak yang sama dengan Alceo. Tapi, coba posisikan dirimu di tempatku, baru setelah itu, kau boleh memutuskan apa aku keras kepala, atau rasional!" Seru Megan berapi-api. Ia menatap Austin semakin tajam, kemudian ia berdiri sambil meneguk habis Whiskey di gelasnya. "Aku permisi!"

"Megan," panggil Austin menatap punggung Megan yang menjauh. "Megan!!!" Teriaknya namun tidak kunjung diindahkan oleh wanita itu. Ia kemudian meringis sambil memijat pelipisnya. "Kenapa kau harus berurusan dengan masalah ini, Austin? Fuck my life!" Umpatnya.

***

Megan terus berjalan menerobos lautan manusia yang sedang menari-nari. Saat ia baru akan melewati rombongan rekan kerjanya, lengannya di cekal secara tiba-tiba.

"Kau mau kemana?" Tanya Ed. "Astaga, kau menangis?" Tangan Ed spontan hendak menangkup wajah Megan, namun Megan dengan cepat menepis tangan itu.

"Tidak apa-apa. Aku hanya mengantuk. Aku ingin pulang," bohong Megan. Sudah berapa kali ia berbohong hari ini?

"Aku mengantarmu-"

"Tidak perlu, Ed. Aku-"

"Aku dan Megan berencana menginap dirumah sahabat kami untuk merayakan selesainya hari magang kami, Ed. Aku dan Megan akan pulang bersama," Claire menyela dengan cepat. "Apa David dan Tania sudah di depan?"

"A-ap-"

"Ah baiklah, let's go! Jangan buat mereka menunggu," seru Claire mengabaikan kebingungan Megan. Ia berbalik menatap Ed yang sama bingungnya kemudian berpamitan, "kami duluan, Ed. Terima kasih atas pesta perpisahan ini. Kami sangat menghargainya," ucap Claire mewakili Megan.

Tanpa menunggu Ed dan Megan berkata-kata, Claire lebih dulu mendorong Megan menjauh dari hingar bingar bar yang semakin samar terdengar.

"Really, Claire? Aku kira David dan Tania sedang bersenang-senang di Las Vegas sejak kemarin?" Sindir Megan begitu mereka sampai di depan.

"Kalau kau memiliki ide lebih baik untuk lepas dari Ed, aku bersedia mendengarkan dan menarikmu kembali kedalam untuk mempraktekkannya," sahut Claire. Ia berhenti mendorong Megan dan berdiri di hadapannya untuk menatap bekas air mata di wajah Megan. "Masih tidak mau bercerita padaku?" Tanya Claire lembut.

Mendapat perhatian itu dari sahabatnya yang seakan tahu ia sudah memendam banyak masalah selama ini, semakin membuat Megan tidak dapat menahan rasa tersensitif dirinya yang tersentil. Airmatanya kembali mengalir tanpa bisa ia cegah. Memeluk Claire mungkin adalah hal terbaik untuk mendapatkan ketenangan sesaat sebelum menceritakan segala hal yang ia sembunyikan dari sahabatnya.

***

"Megan, kau tidak makan lagi, honey?"

Megan mengalihkan tatapannya dari buku yang ia pangkuannya kearah pintu, dimana ibunya sedang berdiri dengan apron biru muda melekat di tubuhnya.

Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]Where stories live. Discover now