BAB 1

51.2K 3.4K 67
                                    

                  

Ngejar kamu nggak sesulit ngejar dosen pembimbing.

Nathan

***

Sejak kejadian di mana Nathan mengaku pada Juni bahwa ia sedang dekat dengan Jihan, semuanya berubah. Termasuk hari-hari yang dilalui Jihan, semuanya terasa berat. Hari-harinya yang dulu biasa-biasa saja, kini berubah menjadi tidak biasa. Kehadiran Nathan, Juni dan masalah baru yang ditimbulkan cowok itu kepadanya. Mungkin memang itu hanya gertakan Nathan pada Juni agar cewek yang sudah menjadi mantan kekasihnya itu menjauh darinya. Tapi apakah Nathan pernah berpikir jauh, bagaimana nasib Jihan sesudahnya?

Sama halnya ketika Jihan memutuskan untuk pulang dari kampus Raisa waktu itu. Juni tiba-tiba mencegatnya, meminta penjelasan sedetail mungkin, hanya untuk menenangkan hatinya yang kesal, marah karena secepat itu Jihan menggantikan posisi Juni di hati Nathan.

"Aku nggak ada hubungan apa-apa sama Kak Nathan, Kak," ujar Jihan disertai desisan karena kesal Juni tak kunjung mempercayainya

"Mana buktinya?"

Jihan mengernyitkan jidat. "Bukti apa?"

"Bukti kalo lo beneran nggak ada hubungan apa-apa sama Nathan."

"Ya ampun, Kak. Kakak tuh udah jadi mantan. Jadi, nggak usahlah bersikap seolah-olah Kakak itu masih jadi pacarnya Kak Nathan."

Juni melotot kearahnya. "Mulut lo ya. Gue cuma minta bukti ke lo!"

"Aku nggak ada hubungan apa-apa sama Kak Nathan. Jadi, plis jangan tanya-tanya soal itu lagi ke aku. Tadi itu Kak Nathan cuma bercanda, biar Kak Juni nggak ganggu dia lagi."

Setelah mengucapkan serentetan kalimat yang cukup membuat Juni bungkam, akhirnya Jihan membawa motornya dengan kecepatan maksimal, hatinya benar-benar dibuat dongkol oleh Nathan dan mantan pacarnya itu. Dan selama di perjalanan, Jihan terus-terusan mengumpat tidak jelas karena telah dilibatkan dalam drama konyol di antara keduanya.

Setelah sampai dan memarkirkan motornya, Jihan melepas helm dan menarik kunci motor. Dengan cepat ia membuka pintu rumah karena entah mengapa tiba-tiba perutnya terasa lapar, penghuni di perutnya sudah rewel minta segera dinafkahi.

Jihan mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja dapur, menunggu mie yang ia masak segera matang. Satu-satunya makanan yang bisa mengisi bagian tengahnya dengan cepat hanyalah mie instan. Setelah beberapa menit ia menunggu, akhirnya mie yang dimasaknya telah matang, dengan telaten Jihan menaruhnya di atas mangkuk yang sudah disiapkan. Tidak lupa mengupas kulit telur yang tadinya sudah dimasak terlebih dahulu.

Sluurrrp...

"Nikmat Tuhan-mu yang manakah yang engkau dustakan," gumam Jihan seraya menutup kedua matanya menikmati.

Baru saja Jihan akan menyuapkan suapan ke dua, ponsel yang ia letakkan di atas meja makan tiba-tiba saja berbunyi.

"Nomor baru?"

Jihan mengernyit menatap layar ponsel yang menampilkan nomor baru. Karena penasaran akhirnya Jihan men-dial panggilan itu.

"Halo?"

"Assalamualaikum, benar ini dengan Jihan?"

"Waalaikumsalam. Umm, ya."

"Ini gue. Nathan."

Entah mengapa, mendengar nama laki-laki itu tiba-tiba saja membuat nafsu makan Jihan seketika menghilang. Cukup lama Jihan terdiam, membuat Nathan yang berada di seberang sana pun bertanya-tanya.

"Lo masih di situ kan?"

Jihan mengerjapkan kedua matanya ."Eh? I-iya, Kak. Ada apa ya, Kak?"

"Tadi gue denger dari temen gue, katanya lo dicegat sama Juni. Bener?"

My Future [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang