PROLOG

2.8K 74 5
                                    


Tentang diriku. Tentang sebuah hati yang diharuskan memilih pendamping hidup untuk seterusnya. Ditakdirkan bertemu dengan dua orang laki-laki hebat sekaligus. Dilema, itu pasti.

"Kamu sudah duapuluh satu tahun. Abi rasa kamu sudah waktunya untuk berkeluarga," Aku tersedak. Aku meraih gelas berisi air putih di hadapanku. Pasalnya kini kami sedang makan malam bersama.

"Apa? Tapi, aku belum–?"

"Teman abi ingin bertemu denganmu. Beliau mempunyai anak laki-laki yang juga seusiamu." Ungkap ayahku.

"Abi ingin menjodohkanku dengan anak teman abi?" Tanyaku untuk meyakinkan perkataan ayahku.

"Abi tidak memaksamu, tidak ada salahnya jika kalian berta'aruf terlebih dulu." Jelas ayahku. Aku menyudahi makanku, dan pergi dari meja makan terlebih dulu.

Laki-laki pertama, seorang laki-laki yang mengenalku lewat keluargaku. Laki-laki dengan kebaikan hati yang melebihi kadarnya, laki-laki dengan masa depan yang bisa dikatakan cukup menjanjikan jika aku menjadi istrinya. Namun, laki-laki itu memiliki sifat yang sama keras kepalanya sepertiku. Ya! Keluarga kami sengaja memperkenalkan kami berdua. Tidak dipaksa agar bisa menyatu, tapi melalui ta'aruf itu, dia berhasil membuatku sedikit terbawa oleh perasaan lain selain rasa 'persahabatan'. Aku tak bisa menerimanya, namun aku juga tak bisa menolaknya. Jika aku menolak, maka tentu saja kedua orang tuaku akan kecewa. Tapi, jika aku menerima, aku juga masih harus membiasakan hatiku agar bisa nyaman saat bersamanya.

◾◾◾◾

Laki-laki itu terus saja memerhatikanku. Meskipun aku menundukkan pandanganku, namun tetap saja aku bisa melihatnya.

"Bisakah kamu mengulang kata-katamu yang terakhir?" Dialah orang pertama yang mengajukan sebuah pertanyaan saat aku selesai menyampaikan isi presentasiku di ruang rapat.

"Kata-kata yang mana?" Aku berbalik tanya terhadapnya.

"Sebelum penutupan." Jawabnya.

Aku mungalangi beberapa kalimat terakhir sebelum penutupan. "Apa sudah faham?" Tanyaku. Lalu terlihat ia menganggukkan kepalanya pelan, sembari tersenyum ke arahku.

Dan, laki-laki kedua. Laki-laki yang sama hebatnya dengan laki-laki pertama. Aku ditakdirkan bertemu dengannya tanpa sengaja. Belum pernah terfikirkan sedikit pun olehku sebelumnya. Dia datang ke Desaku. Untuk tugas KKN bersama beberapa teman dari kampusnya. Laki-laki yang menyimpan perasaan diam-diam terhadapku. Sering kali terpergok olehku saat ia memerhatikanku. Pura-pura menunduk malu. Tapi itu sangat lucu. Pertemuan pertama dengannya berawal saat acara penyambutan kedatangan anggota KKN di Balai Desa. Laki-laki yang juga memiliki kadar kebaikan melebihi batasnya, Laki-laki yang berani mengagumiku sejak pertama bertemu, laki-laki yang selalu mengalah atas sifat keras kepalaku. Dia seperti air yang perlahan mampu meluluhkan kerasnya batu. Meskipun bukan berasal dari keluarga yang cukup berada, tapi ia adalah tipe laki-laki pekerja keras.

Apa yang harus aku lakukan? siapa kah yang sebenarnya pantas mendampingiku? menjadi imam untuk keluarga kecilku? Allah, bantu lah aku untuk memilih salah satu di antara mereka. Perihal diriku? aku bukan lah perempuan yang sempurna, bahkan masih jauh jika harus dinobatkan sebagai perempuan Shaliha. Tentu lah masih sangat banyak yang harus ku perbaiki.

🍭🍭🍭
.
.
.

*Hai, aku bawa cerita baru nih. Bagaimana menurut kalian? Semoga suka yaa😄 Jangan lupa vote dan komennya😘 and Happy new year 2018 reads🎉*

2 Khitbah 1 Istiqarah [On Hold]Where stories live. Discover now