FLOOR NEW YEAR SPECIAL: College AU

Comenzar desde el principio
                                    

Lapangan yang biasanya menjadi tempat parkir disulap menjadi berjajarnya stand-stand makanan. Meski hitungannya masih pagi, sudah ada saja mahasiswa yang mengantre. Nova tengah membaca pamflet yang diberikan dan tak sadar bahwa Keiran menjadi lebih diam ketika Aidan pergi meninggalkan mereka berdua. Meskipun begitu ia sadar banyak orang yang memerhatikannya. Rambut burgundinya terlalu mencolok untuk dilewatkan.

Beberapa kali sampai di telinganya bisikan orang yang menduga-duga apakah dia seorang maba dari jurusan seni. Ya, Nova memang masuk jurusan itu, tetapi dinilai dari penampilannya saja sedikit tidak menyenangkan. Di satu sisi, Keiran yang juga satu jurusan dengannya tampak tidak jadi bahan omongan.

"Rambutku memangnya semencolok itu ya?" tanya Nova ketika mereka membeli satu botol minuman segar.

"Ya, dilihat-lihat sih kayaknya enggak ada tuh maba yang udah berani mengecat rambutnya dengan merah."

"Ini burgundi," koreksi Nova sembari menyipitkan mata, "Katanya anak SR, masa' enggak bisa bedain warna."

"Ya ampun," Keiran terdengar gemas, meskipun begitu Nova yang terkikik membuatnya senang bukan kepalang.

Untuk mengumpulkan stiker sebetulnya mudah, setiap maba tinggal perlu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh unit-unit yang ada, dan tentu saja jawabannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Satu jalan besar tempat lalu-lalang kendaraan kali ini pun disulap menjadi deretan stand-stand unit yang didekorasi sedemikian rupa untuk menarik para mahasiswa baru. Keiran tampak bersemangat untuk mengumpulkan stiker, sementara Nova baru pada tahap mencari unit apa yang kiranya akan ia masuki.

Jajaran unit kajian, sosial, dan humaniora menyambut mereka. Orang-orang di satu sisi tampak asik sendiri namun ada pula yang memanggil kedua maba yang baru lewat itu. "Kamu, ya! Kamu!" seru seseorang dari salah satu stand.

Dekorasinya didominasi dengan warna hitam namun banyak tulisan serta buku yang dijajarkan. Kakak tingkat yang barusan memanggilnya sekali lagi meyakinkannya sembari mengacungkan jari telunjuk. "Iya kamu yang rambutnya dicat!" serunya.

Keiran tersenyum simpul, mengedikkan dagu pada Nova untuk pergi ke stand itu. Dengan enggan, gadis itu mendekati pemuda yang memanggilnya. Rambutnya juga dicat namun berwarna abu-abu. Senyumannya begitu lebar dan sedikit mengerikan. Lebih mengerikan lagi ketika dia menebak-nebak jurusan Nova, "Kau anak SR kan? Pasti anak SRlah, mana ada yang rambutnya warna-warni gini bukan anak SR."

Sebal, Nova lalu menutupi kepalanya dengan tudung. Belum sempat ia membuka mulut, pemuda itu malah tampak semakin bercanda, "Lho, kok ditutup sih. Rambutnya bagus lho. Itu emangnya ga kering? Omong-omong kalau anak SR mesti masuk unit kita. Lu bakal makin pinter kalau belajar filsafat."

"Kei!" tegur seorang perempuan berambut panjang dan hitam dari unit yang sama. Wajahnya begitu putih dan cerah dan kakinya begitu ramping. Ia menggeleng geram, "Lu tuh udah alumni ngapain masih di sini sih? Cari kerja sana!"

"Lah, anak-anak kali yang minta. Lu juga bukannya lagi TA, Celene? Ngapain juga lu ke sini pagi-pagi?"

"Setidaknya gua masih ada predikat mahasiswa. Enggak kaya lu!"

Mengabaikan pertengkaran layaknya pasangan suami-itri itu, Nova melihat sebuah akuarium kosong berisikan potongan-potongan stiker. Mencoba meraihnya, tangan Nova tiba-tiba saja ditepis oleh alumni bernama Kei itu. "Kalau mau dapet stiker, kamu harus jawab pertanyaan dulu."

"Aku mau," sahut Keiran di samping Nova terlihat percaya diri.

Kei menyeringai, terasa senang karena antusiasmenya. Ia mengajukan pertanyaan, "Nama unit ini apa? Dan kita biasanya ngapain selama kegiatan unit?"

Down There Is What You Called Floor [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora