A date with Sakura Koji 5

659 7 2
  • Dedicated to Dhian Prasetyo
                                    

Siang itu dihabiskan keduanya dengan melanjutkan permainan mereka di wahana-wahana di taman bermain tersebut. Sakurakoji berhasil memaksa Maya untuk menaiki permainan-permainan yang memacu adrenalin, seperti jet coaster, perahu ayun, dan arung jeram, yang diakhiri Maya dengan mengomel panjang-pendek karena jantungnya serasa mau copot. Sementara Sakurakoji tertawa-tawa puas melihat reaksi Maya.

Saat sore menjelang, keduanya sedang duduk beristirahat di bangku taman sambil meminum jus.

"Haduuuuh.... Kakiku pegal sekaliii." Keluh Maya. "Dari tadi pagi jalan kaki terus kesana kemari."

Sakurakoji tersenyum mendengarnya, sementara Maya sedang memijit-mijit kakinya sendiri sekenanya.

"Maaf Maya, aku membuatmu kecapekan ya..." Suara Sakurakoji penuh sesal.

"Eh tidak, tidak, bukan begitu Koji!" Maya merasa tidak enak hati sudah mengeluh. "Capek memang, tapi menyenangkan sekali kok. Apa lagi bersamamu." Maya melanjutkan kalimatnya.

'Apalagi bersamamu...' Sakurakoji merasa di awang-awang mendengar kata-kata itu dari Maya. Sejenak ia bernostalgia, berharap waktu bisa kembali lagi. Kembali ke saat-saat dirinya dan Maya masih bersama. Saat mereka sering bercengkerama, bercerita dan bercanda. Saat ia merasa Maya masih akan menjadi miliknya, gadis cinta pertamanya. Sekarang hal itu tak mungkin lagi ia harapkan...

Ia tersadar Maya masih menatapnya dengan ekspresi tak enak hati.

"Ahahaha.... Tenang Maya..." Tawanya lepas lagi, "Aku hanya bercanda kok. Reaksimu persis seperti yang kuperkirakan."

"Yuu Sakurakojiiii....." Geram Maya. Dicubitnya lengan Sakurakoji gemas.

"Hahahaa... aduh aduh Maya, sakit." Ujar Koji sambil mengusap-usap lengannya yang dicubit Maya. Namun tiba-tiba Maya melihat ke arah lain, matanya memandang sekeliling seperti mencari seseorang.

"Kenapa Maya?" Tanya Sakurakoji, mengikuti arah pandangannya.

"Tidak. Itu.... lagi-lagi aku merasa ada yang mengawasi kita."

Sakurakoji menyipitkan mata, berharap melihat sesuatu yang entah dia tidak tahu. Maya tersenyum melihatnya. "Ayo Koji, satu wahana lagi, lalu antarkan aku pulang."

Maya mengalungkan lengannya di lengan Sakurakoji, pemuda itu mengangguk dan menuruti Maya. Sejenak Maya menoleh ke belakang, ke arah seseorang di kejauhan, tersenyum mengejek pada orang tersebut, lalu berbalik dan melenggang bersama Sakurakoji.

Kali ini mereka sepakat memilih wahana yang santai sebagai penutup kencan mereka. Sakurakoji memperlambat langkahnya saat tiba di tepian kolam mendekati deretan perahu kecil yang sudah menunggu di dermaga. Pria muda itu melihat seputaran kolam, ada beberapa perahu lain yang sedang digunakan, oleh pasangan kekasih, seorang bapak dan anak lelakinya yg begitu bersemangat ingin menyentuh air, seorang wanita setengah baya yang sedang menikmati sebuah novel, dan seorang pemuda yang sedang memancing.

"Ayo Koji, itu perahu kita!" seruan Maya membuatnya menoleh.  

Dengan lincah, Sakurakoji menaiki perahu. Tubuhnya memang cukup terlatih karena beberapa kali pernah membintangi film laga. Berbeda dengan Maya yang menaiki perahu dengan pelan dan berhati-hati.

"Kubantu Maya." Kata Sakurakoji sambil mengulurkan tangannya. Maya menyambut bantuan itu.

"Terima kasih Koji." Senyum lebar menggaris di wajah Maya.

Tak lama mereka berdua sudah berada di tengah danau buatan itu. Maya tampak termenung melamunkan sesuatu.

"Maya?", tanya Sakurakoji, "Ada apa? Kau sepertinya memikirkan sesuatu."

Maya tertegun, dirasakan wajahnya menghangat. Pasti pipinya sudah bersemu, batin Maya malu.

"Itu... Aku barusan teringat Pak Masumi..."

Sakurakoji tercekat mendengar nama pria itu disebut. Pria yang berhasil merebut hati Maya, cinta Maya, yang sangat diharapkan berujung padanya.

"Dulu waktu sedang berlatih untuk peran Pack di 'Mimpi di malam musim panas', ia pernah mengajakku berperahu." Maya melanjutkan ceritanya tanpa diminta. 

"Mengajakmu berperahu? Pak Masumi?", potong Sakurakoji tak percaya.

Maya terkikik, "Bukan mengajak sih, lebih tepat memaksaku," Pipi Maya mulai bersemu merah jambu saat peristiwa itu kembali terkenang. "Waktu itu dia menggendongku ke atas perahu lalu langsung mendorong perahunya ke tengah danau."

Sakurakoji kembali terperangah, "Menggendongmu?"

Seorang Masumi Hayami? Direktur Daito yang dingin dan gila kerja?

Baru kali ini Sakurakoji mendengar kisah itu. Dia sungguh tak menyangka Masumi Hayami pernah melakukan hal semacam itu, seperti anak muda yang sedang kasmaran. Sama tak terduganya saat ia mengetahui ternyata Maya juga menaruh hati pada pria itu. Pria yang jauh lebih tua darinya! Apalagi ada kasus ibu Maya, yang dulu membuat Maya membenci Direktur Daito itu sampai ke sumsum tulang.

Sampai sekarang ia tak habis pikir, bagaimana bisa Maya berbalik 180 derajat jatuh cinta pada pria itu. Apalagi dulu Masumi Hayami pernah bertunangan dengan Shiori Takamiya, cucu pendiri Takamiya Group, yang diputuskan secara sepihak oleh si pihak wanita. Ia teringat pemberitaan yang luar biasa oleh media massa saat keluarga Takamiya mengumumkan kabar mengejutkan itu. Pihak Takamiya menumpahkan kesalahan pada Masumi Hayami yang dianggap tak pantas bersanding dengan putri kesayangan keluarga mereka.

Pihak Hayami tidak melakukan sanggahan atau membela diri. Saat itu hanya sekali ada konferensi pers langsung oleh direktur Daito. Untuk pertama kalinya masyarakat Jepang melihat Masumi Hayami membungkukkan badan, memohon maaf kepada keluarga besar Takamiya. Tanpa menyebutkan alasan putusnya pertunangan itu. Sehingga berkembang begitu banyak spekulasi mengenai latar belakang putusnya hubungan pertunangan antara dua sejoli yang begitu serasi itu. Namun berita itupun mereda seiring berjalannya waktu.

Sakurakoji ingat berita itu diluncurkan tak sampai setengah tahun setelah ia melihat Masumi Hayami dan Maya berpelukan setelah bermalam bersama di kapal pesiar Astoria. Mungkinkah itu yang mejadi alasan sebenarnya pertunangan itu batal?

Sakurakoji menghela nafas. Ia menyadari memang sudah sejak lama Masumi Hayami menaruh perhatian pada Maya. Mungkinkah karena Maya adalah murid Bu Mayuko yang notabene calon Bidadari Merah? Apakah Pak Masumi memang sudah memperkirakan bahwa Mayalah orang yang pantas untuk peran bergengsi Bidadari Merah?

Rupanya insting Pak Masumi memang tepat. Maya berhasil mendapatkan peran itu setelah bersaing ketat dengan aktris papan atas, Ayumi Himekawa.

Dan ia, Yuu Sakurakoji, berhasil mendapatkan peran sebagai Isshin, belahan jiwa Bidadari merah.

A date with Sakura KojiWhere stories live. Discover now