4. curhat

9.6K 1.2K 231
                                    

Aku sebenarnya bingung mau manggil dirimu apa To, manggil mas apa manggil abang, tapi dirimu belum sembuh, manggil mba, manggil neng, entar bikin dirimu makin terpuruk sama kebelokan dirimu, manggil kakak aja kali yahhh, mari masuk kakakkkk, di coba dulu bolehhhh kakakkkk, gak beli juga gak pa2 kakakkkk 😂😂😂
Nb: mata birumu mengalihkan duniaku, eaaaaa

This chap dedicated for LanySofia yg hari ini ultah, happy birthday ya cynnn cipok basah dari Manto WYATB 😘😘😘
Dan buat mak SilviIko yg hari ini pura2 birthday juga wkwkwwk

Manto POV

Sudah 3 hari berlalu sejak kedatangan Dita kembali bersamaku.

Dirinya sudah berada di kamarnya sendiri yang terletak di lantai bawah.

Akhirnya Dita memutuskan untuk tidak berbagi kamar denganku, alasannya ya karena kita bukan mahram, padahal aku menganggap Dita sebagai saudara beda orang tua, ya jelaslah beda orang tua.

Lagian aku juga gak kepengen sih punya bapak macam Pak Erwin yang galaknya mengingatkanku dengan penjaga gerbang sekolah yang setiap lihat anak terlambat masuk sekolah langsung nyari-nyari pentungan buat menghukum.

Hahaha maaf ya Dita, tapi memang seseram itulah gambaran bapak elu di mata gue.

Sekarang kami sedang berada di kamarnya, aku jadi lebih sering menghabiskan waktu dengannya, melupakan jadwal kegiatan latihan tariku.

Biarin, lupain aja dulu untuk sementara waktu, toh belum ada jadwal artis manggung yang menyewa jasa kami dalam waktu dekat ini, lagian ntar ketemunya juga sama si edun Putra yang makin hari makin jadi tingkat kegilaannya akan obsesinya menjadi pere sejati.

Sebenarnya yang bikin aku betah menghabiskan waktu di kamarnya sih, karena Dita mempunyai stock makanan yang tidak pernah ada habisnya.

Perempuan mungil itu sangat doyan makan.

Dan kalau aku perhatikan, tiap 2 jam sekali dirinya makan.

Sepertinya masalah yang sekarang di hadapi dirinya sangat rumit, sampai-sampai Dita mencari pelampiasan dengan makanan.

Aku melihat dirinya yang sekarang sedang mengunyah biskuit berlapiskan double coklat. Tanpa merasa takut gemuk atau tumbuh jerawat, Dita menghabiskan hampir sebungkus biskuit coklat itu sendirian.

Apa gue tanya aja ya kenapa dia melarikan diri? Ngeliat gelagatnya yang gak mau mulai bercerita kenapa dirinya sekarang berada di sini.

Tapi ntar di bilang kepo.

Duh, puspita kepelong eike.

*Duh, pusing kepala gue

"To" Panggilan Dita membuatku menoleh ke samping, posisi kami tidur telentang bersisian dengan kaki kami yang terangkat menempel di dinding.

"Yesss" Jawabku singkat, lalu memposisikan tubuhku menyamping ke arahnya.

"Lu pernah gak sih suka sama orang?" Tanyanya sambil menjilati jarinya yang berlumuran coklat.

Aku mengerutkan keningku. Lalu kembali memposisikan tubuhku ke arah depan.

"Suka samosir organ ya?" Aku mengulang pertanyaannya.

*Suka sama orang ya?

"Bahasa lu ya To, gue mohon obrolan kita kali ini pake bahasa bumi, jangan pake bahasa bences Rusia elu itu" Kata Dita mengingatkanku.

my transformerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang