@Third Person PoV
Tasya, gadis itu kini sedang menunggu kedua sahabatnya yang tak lain dan tak salah lagi ialah Nur dan Saldin. Mereka sekitar satu jam yang lalu mengajaknya untuk makan siang bersama di kantin umum Universitas ini. Tasya sudah merelakan jalan jauh dari fakultasnya menuju kantin umum sesegera mungkin agar kedua sahabatnya tidak menunggu terlalu lama. Tapi nyatanya sudah 20 menit ia menunggu mereka belum juga datang dan menampakan batang hidung masing masing, membuat Tasya kesal sendiri.
------------
Bestfriend much~~ Chat Room
(blablabla)
~Nyan : Nur, Saldin kalian dimana?
5 minute ago
~Nyan : Ya elah kalian dimana? Keburu bulukan gue diem disini
10 minute ago
~Nyan : oy,, kamvret kalian. Notice kek.
2 minute ago
Saldin_ : ia sabar, ini lagi otw
NurA : Tasya kesel niye~~~
~Nyan : just hurry up.
----------------
Dengan membalas terakhir itu di grub chatting mereka, Tasya mendengus kesal. Oh ayolah,, dia sudah tahu sahabatnya ini kadang ngaret tapi kalau mereka berhadapan dengan orang ngaret gak mau. Tasya sih biasa aja kalau dia nunggu ada temennya, kalau sendirian dia sudah bawel kayak tadi di Grub Chat.
"sahabat menyebalkan" hingga pada akhirnya ia hanya menggerutu memaki kedua sahabatnya itu.
@Tasya PoV
"sahabat menyebalkan" gerutuku kepalang kesal, kutaruh daguku di atas meja yang hanya terisi oleh aku seorang, belum memesan apapun bahkan perutku sudah berkonser minta diisi.
TAP!
"minum? Kulihat dari tadi kamu duduk diam tak memesan apapun" suara kaleng sprite yang ditaruh di atas meja serta ucapan dari seorang lelaki dengan suara bass mau tak mau mengalihkan pandanganku pada asal suara. Kulihat laki laki yang sepertinya tidak asing menurutku tapi tidak tahu siapa?
"hun?" hanya itu kata yang terucap tanda aku bingung dengan aksinya. Untuk saat ini aku menahan diriku untuk tidak mendelik Karena sikap SKSDnya seperti yang biasa Diva lakukan.
"untukmu. Bolehkah aku ikut duduk?" pintanya yang langsung duduk saat meminta ijin. Tipe anak seenaknya, kemungkinan anak bungsu orang kaya -hipotesa sementara-.
"terima kasih, silahkan duduk. Ini bukan meja pribadi" jawabku sekedarnya, tersenyum simpul untuk tata krama. Samar samar aku dapat mendengar suara bisik bisik hingga dapat aku rasakan perhatian beberapa berpusat pada meja ini, pada lelaki asing di depanku ini. Aku coba acuhkan sambil menunggu datangnya Nur dan Saldin yang sialnya sudah terlampau lama.
"err,, kalau mau tahu ada perlu apa? Sepertinya mereka tak menyukaimu duduk denganku?" tanyaku sambil menahan emosi yang siap meledak, memikirkan kembali etika walau tak bisa menahan diri Karena bisik bisik mereka.
"hanya ingin duduk, kau tak masalahkan?" jawaban yang sangat simple tapi tidak cukup untuk menjawab semua pertanyaanku, ia bukan anggota mafia jadi santai saja. Kurasa hari ini aku ingin mengajak Gladis tanding tembak lagi, terimakasih berkat lelaki asing di depanku ini yang sukses membuat moodku yang sudah jelek menjadi makin jelek. Bukan salahnya sih, jika bukan Karena bisik bisik mereka aku tak akan menyalahkannya.
"hm~~, tak apa. Tapi aku sedang menunggu sahabatku" imbuhku memberikan maksud untuk dia segera menjauh, namun sayangnya ia terlalu tidak peka dengan perkataanku.
YOU ARE READING
Eve's Koss
Science FictionTasya, gadis 19 tahun yang pergi merantau ke Jakarta, untuk melanjutkan pendidikannya sebagai mahasiswa juga mencari hal baru. Tapi apa yang didapatkannya? Bertemu dengan teman lama, membuatnya tak bisa terlepas dari bayang bayang masalalu yang ingi...
Part 16 'WHO IS HE?'
Start from the beginning
