Wajah Megan merona karena tertangkap basah memperhatikan wajah Austin dari tadi. Ia menoleh dengan cepat sambil membulatkan bola matanya.

"Kenapa? Tebakanku benar?" Canda Austin sambil terkekeh.

"Jangan menjijikan. Atau aku akan lompat keluar dari mobil?" Ancam Megan kembali membuat Austin terkekeh.

"Baiklah. Kau tidak memperhatikanku," ralat Austin mengalah.

Namun itu sama sekali tidak membuat Megan puas. Ia terlanjur basah tertangkap tangan sedang memperhatikannya tadi.

Megan menghela nafasnya lalu bertanya, "kau mau membawaku kemana?"

"Bar," Jawab Austin ringan membuat Megan kembali membulatkan matanya tidak percaya. "Aku ingin bertemu teman lamaku, kau tidak perlu berpikiran yang iya-iya," sambung Austin seakan bisa menebak isi pikiran Megan.

"Aku tidak berpikiran seperti itu!" Kilah Megan.

"Seperti itu bagaimana?" Tanya Austin sengaja memancing Megan.

"Iya-iya!"

"Iya-iya yang bagaimana? Kenapa wajahmu memerah?" Austin terkekeh ketika ia menangkap semburat kemerahan di wajah Megan.

"Apa aku perlu menjelaskan?!" Tanya Megan galak.

"Aku rasa iya. Karena sepertinya, kau dan aku memiliki pemikiran berbeda mengenai 'iya-iya'," ujar Austin sambil mengutip kata terakhirnya dengan kedua tangan.

Wajah Megan semakin terasa panas. Megan memang sadar kalau laki-laki di sampingnya itu sangat menyebalkan dan juga mesum. Ia hanya tidak menyangka kalau laki-laki itu juga akan sangat blak-blakan.

"Sepertinya kau benar-benar memiliki ide berbeda mengenai hal 'iya-iya' yang aku maksudkan, Ms.Penelope." Mobil yang dikendarai Austin berhenti di parkiran sebuah Bar yang merupakan milik keluarga besatnya. Ia menoleh menatap Megan yang sudah memasang posisi siaga ketika Austin berputar menghadapnya.

Austin hampir tertawa melihat dua kepalan tangan yang sudah mengerat di depan tubuh wanita itu dan juga melihay keseriusan di wajahnya.

"Hal 'iya-iya' yang kubicarakan adalah lomba minum bir denganmu, Megan. Memangnya apa yang kau pikirkan?" Dengan senyum ramahnya, Austin mencoba mencairkan ketegangan atas sikap defensif Megan. Ia terkekeh lalu begitu melihat kepalan tangan Megan mengendur, ia memberanikan diri mengusap kepala wanita itu. "Kau menarik sekali."

"Lom-lomb-Tentu saja aku juga memikirkan hal itu!!! Lomba minum! Hah! Memang apa lagi? Aku bukan hidung belang sepertimu yang memikirkan hal aneh-aneh!" Tergagap, Megan membalas ucapan Austin sambil melepas sabuk pengamannya. "Kau kira aku takut?! Kau lupa aku pernah mengalahkanmu dulu?!"

"Aku?" Ulang Austin tidak mengerti, namun ia baru sadar kalau Megan masih mengira ia adalah Alceo. Marvel kalah adu minum dengan Megan? Ia membatin. "Baik," ucap Austin mengejutkan Megan yang hendak membuka pintu mobil di sampingnya. "Kita lihat siapa yang akan menang kali ini." Austin menarik sudut bibirnya dan mendahului Megan keluar dari mobil.

Megan terpaku di tempat selama beberapa saat begitu mendengar kepercayaan diri Austin. Ia menghela nafas dan memorinya ketika 'Alceo' mabuk terkapar dan menyusahkannya kembali. Today gonna be a loooooooong day. Megan menghela nafas dan ikut keluar mengekori Austin.

***

"LAGIIII!!!!" Teriak Megan memerintah Gary untuk kembali menuangkan cairan bening kedalam gelasnya.

Austin kembali menaruh kagum pada kekuatan tubuh wanita itu menoleransi alkohol meski ia sudah menegak gelas untuk ke 10 kalinya.

"Sudahlah, Meg," larang Austin ngeri sendiri dengan kenekatan Megan.

Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]Where stories live. Discover now