3. Mirai no Sora

46 12 12
                                    

Tokyo, 12 Juni 2016
         
Hari masih pagi. Tapi Kanna sudah bangun. Walau gelap gulita masih dirasakannya. Sejenak, ia termenung, namun langsung menegakkan badan begitu mendengar suara pintu terbuka.
         
“Lho? Anda sudah bangun, rupanya. Ohayou gozaimasu Hashimoto-san!” seorang perawat masuk, dan dari suaranya, Kanna tahu ia menuju jendela. Sebagai balasan, Kanna hanya mengangguk dan bergumam tak jelas.
         
“Kenapa anda tampak murung begitu? Seharusnya anda bersemangat, kan? Karena hari ini sudah ada seorang pendonor yang bersedia mendonorkan matanya untuk anda,”
         
“Eh??? Se-secepat itukah? Aku akan dapat mata baru!? Kau ... jangan bercanda ya!” Kanna terkejut. Kalau dipikir-pikir mana mungkin ia mendapat donor secepat ini? Dari siapa???
         
Iie, aku tidak bercanda. Dan sesuai permintaan, operasi transplantasinya juga akan dilaksanakan hari ini. Mungkin sore nanti. Nah, kalau begitu aku permisi dulu ya,” perawat itu keluar dari ruangan.

Tapi Kanna tak habis pikir. Sungguh, ini tak dapat dipercaya. Mustahil ada orang yang ingin mendonor pada saat yang begitu tepat. Dan yang membuat Kanna lebih bingung, siapakah orang itu??

***

“Kamu siap?” tanya sang dokter. Kanna menganggguk. Baru dua jam lalu, ia terlepas dan sadar sepenuhnya dari pengaruh obat bius sehabis operasi. Dengan perlahan, dokter itu membuka perban.
         
“Nah, sekarang, coba buka matamu. Pelan pelan ya,” Kanna menurut. Ia mengangkat kelopak matanya sedikit demi sedikit. Silau. Tapi kemudian, mata barunya cepat beradaptasi. Ia mulai bisa melihat lagi dengan jelas. Di ruangan tempat ia biasa diopname. Ada Hiroe, beberapa perawat, dan dokter yang biasa menanganinya.
         
Nii-san! Sensei! Aku bisa melihat! Aku bisa melihat lagi!” girang Kanna ketika ia sudah mengenali kembali orang-orang di sekelilingnya. Semua yang ada di sana pun, ikut tersenyum.
         
“Kasumi-chan? Nii-san, dimana Kasumi-chan? Aku ingin segera bertemu dengannya!” seketika semua terdiam. Kanna sempat bingung, namun, dengan segera, Hiroe tersenyum dan menjawabnya.
         
“Ia sedang menunggumu di belakang rumah sakit. Mau kuantar?” Kanna mengangguk senang.
         
Kanna segera diantar Hiroe ke taman belakang rumah sakit. Ia sangat senang sehingga seperti orang yang tidak pernah sakit sebelumnya. Sampai di sana, benar saja, ia melihat sosok Kasumi duduk membelakanginya di sebuah kursi. Kanna segera menghampirinya dengan begitu kegirangan. Sementara, Hiroe menunggu di tempat yang agak jauh dari mereka.
         
“Kasumi-chan!”
        
“Akhirnya kau datang juga,”
         
“Aku sangat merindu- ... “ ucapan Kanna terhenti begitu ia melihat Kasumi di depannya. Kasumi duduk dengan tenang di salah satu kursi taman di sana. Begitu tahu Kanna menghampirinya, ia tersenyum. Senyum yang rasanya sudah lama sekali tak dilihat Kanna. Tersenyum sangat tenang dan seikat perban yang melilit menutupi kedua matanya membuat sekujur tubuh Kanna bergetar.
         
“Ka- Ka- Kasumi-chan, kau ... “ Kasumi tersenyum. Menunggu respon Kanna selanjutnya. Benar saja dugannya, Kanna Hashimoto seketika menangis di depan lututnya. “Ke- kenapa? Kenapa k- kau...” suara Kanna tercekat di tenggorokan. “Kenapa, kenapa kau yang ... “ isaknya terdengar semakin jelas. “Aaaargh! Kenapa, kenapa harus kau!!”
        
“Sssttt ... “ Kasumi mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah Kanna. “Diam. Aku tak mau mendengar tangisan ... “ Telunjuk Kasumi tiba-tiba bergerak mengarah ke atas. “Apa yang kamu lihat di atas sana? Kanna-chan?”
         
“Kau ... mau mengembalikan perkataanku waktu itu?” kata Kanna di sela-sela tangisnya.
         
Kasumi menggeleng. “Bukankah waktu itu aku berjanji, akan selalu membantumu mewujudkan impianmu? Kau juga. Kau juga berjanji kau akan melihat pemandangan ini lagi kala kau sukses kelak? Ya, kan kau berjanji begitu?” Kanna hanya mengangguk. “Janji adalah hutang, bukan?” Kanna tertegun, Kasumi melanjutkan, “Jadi, aku hanya berusaha supaya hutang kita terbayar kok,”
         
Kanna tersenyum, perlahan ia mulai mengerti maksud Kasumi.
         
“Sekarang, impianmu sudah terlaksana. Jadi sekarang, berjanjilah bahwa kamu akan mewujudkan cita-citamu itu pada kami.”
         
“Kami?”
         
“Aku, langit, dan ribuan bintang di atas sana.”
         
Kanna tersenyum. Ia mengerti. Ia mengerti makna Kasumi melakukan ini semua. Sekali lagi, ia menengadah ke atas. Kembali melihat langit malam Tokyo yang damai. Percaya bahwa ribuan bintang itu tengah menatapnya, menjadi penyaksi bisu terhadap apa yang ia lakukan berikutnya.
         
“Aku berjanji. Di masa depan, aku akan kembali melihat langit Tokyo yang jauh lebih damai daripada sekarang. Aku akan kembali melihat langit malam Tokyo ketika aku jauh lebih hebat daripada sekarang. Aku akan menceritakan hal-hal ini untuk menghibur pasien-pasienku kelak. Dan aku akan kembali melihat langit malam Tokyo bersama Kasumi-chan yang jauh lebih berharga bagiku.” Perlahan-lahan tangis Kanna sudah berubah menjadi senyum kebanggaan. “Langit masa depan, dan bintang-bintang yang memenuhinya, dan Kasumi-chan,” Kanna menarik napas dalam-dalam. “Sudilah kalian menjadi penyaksi hidupku.”
         
Kanna mengucapkannya dengan begitu ringan. Seolah tanpa beban. Mata barunya nampak sama bersinarnya dengan objek yang ia lihat di langit kini. Wajahnya bahkan tak teralihkan dari pemandangan ajaib yang membuat matanya tak berkedip. Hanya Kasumi yang diam-diam menahan haru yang menyeruak batinnya. Ia tak tahan lagi, dalam sekali gerakan, ia memeluk Kanna dari samping. Dengan suara yang amat pelan, nyaris tak terdengar, Kasumi membisikkan sesuatu ke telinga Kanna.
         
“Terimakasih karena telah bersedia melanjutkan cita-citaku.” Kanna bingung sebentar, tapi bagai tak peduli, Kasumi tetap melanjutkan, “Mirai no Sora dan aku, tentu saja yang akan jadi penyaksimu. Kapanpun kau butuh maupun tak butuh, kami akan selalu ada di sampingmu”

-THE END-

Uuuuhhh, akhirnya selesai juga!!
Gimana, baper gak? Baper gak?
Baper dong ah, ayo dong biar author seneng, trus semangat bikin cerita lagi deh, hehehe><
Nah, kalian kan udah selesai baca fanfict ini, sekarang, author mau nagih utang kelian para readersku^^
[Readers : hah? Utang apa gue sama author gila ini?]
[Author:  heh lo, dasar reader gak tau diuntung, udah baca cerita gue, segala pake ngehina gue lagi-_ emang wattpad punya moyanglo?]

Oke. Cukup. Abaikan saja ya, percakapan super penting kita tadi:v nah sekarang gue mau nagih janji kalian,
Yaps, apalagi kalo bukan vote and comment,
Ayo dong ah, ini part terakhir loh, masa gak ada yang komen apa-apa?
coment ya, coment pliiis, walaupun sedikit, tetep bakal author baca kok setiap kata demi kata yang kalian curahkan demi karya ini dan demi kemajuan author yang satu ini
[Readers:  ceilah bahasa lu thor,:v]
Hahaha. Oke. Kayaknya cukup sekian ajalah ya, salam penutup dari author. Doain semoga author bisa melahirkan karya-karya yang lebih berfaedah lagi. Amiin.
Nah udah ya, sampai jumpa kalian para readers yang hebat-hebat di karyaku yang berikutnya^^

Keep reading guys, ja ne~
Love, reading, and gaul

Author tsam~

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 09, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mirai No SoraWhere stories live. Discover now