one

65 7 4
                                    

Deasy menghentak-hentakkan kakinya yang berada di bawah meja dengan cemas. Lalu beberapa detik kemudian ia tahu, ia melakukan sesuatu yang salah, berusaha kabur dari beberapa kakak kelas laki-laki yang sepertinya hendak menghampirinya.

Baru saja dua langkah Deasy hendak kabur, tangannya sudah di cekal oleh seseorang. Deasy menggigit bibir bawahnya dengan jantung yang berdebar.

"Neng, ini nasi gorengnya gak mau di bawa?"

Deasy menghadap belakang dengan wajah yang lega. Saking takutnya ia sampai lupa mengambil nasi goreng yang sebenarnya ia tunggu-tunggu dari tadi untuk ia bawa dan dimakan di dalam kelas.

Deasy mengambil nasi goreng yang tadi ia lupakan lalu kembali berbalik.

"Heh lo yang pake kacamata, tunggu!"

Dengan malas Deasy berbalik lagi. Tanpa aba-aba laki-laki di depannya mendorong tubuhnya hingga terhuyung ke belakang yang mungkin saja dapat membuat tubuh Deasy jatuh bila Deasy tidak buru-buru menyeimbangkan dirinya.

"Oh, Jadi ini yang sok pinter?" Tawa Reno dan teman-temannya di belakang menggema setelah Reno mengatakan hal itu.

Jelas saja Deasy bingung. Nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba orang tidak jelas di hadapannya ini bertanya hal yang sama sekali Deasy tidak mengerti.

"Sok pinter gimana ya, kak?" Deasy yakin seratus persen ia tidak melakukan kesalahan apapun.

"Bisa-bisanya lo nggak jawab saat cewek gue nanya jawaban ke lo, sok pinter atau gimana sih lo?" Ah. Kalau masalah ini Deasy tahu apa penyebabnya kakak kelas berwajah arab ini marah kepadanya

Tadi saat ulangan matematika, perempuan yang duduk di sebelah Deasy yang ternyata merupakan pacar dari Reno menanyakan jawaban ulangan kepada Deasy.

"Lagian kalau ulangan itu nggak boleh nanya orang, 'kan?" Kali ini Deasy membalas, dari nadanya terlihat santai tapi sebenarnya dalam hati ia sangat gugup.

"Kenapa lo pake ngelunjak sih? Kalau cewek gue nilainya jelek terus nggak naik kelas gimana?" Nada bicara Reno semakin tinggi.

"Makanya suruh belajar dong," Deasy berusaha santai, tapi begitu melihat wajah Reno semakin menunjukan raut tidak suka pada Deasy, nyali Deasy semakin ciut.

"Lo tuh emang--"

"Udah ah, Ren. Masalah kecil aja jadi ribet gini." Delon mendorong tubuh Reno menjauh lalu menarik tangan Deasy pergi.

Deasy hanya pergi mengikuti Delon dan bersorak dalam hati karena malas berurusan dengan Reno.

"Sana gih." Delon melepas genggaman tangannya pada lengan Deasy. "Reno emang gitu, gak usah di tanggepin."

"Makasih, kak." Jawab Deasy menunduk, lalu setelah mengatakan itu ia mendongak.

Delon sudah tidak ada lagi di hadapannya.

• • •

"Selamat, Deasy. Nilai kamu sangat baik di semester ini." Pak Dedi berbicara dengan nada senangnya, melihat murid pintar seperti Deasy duduk di hadapannya.

"Makasih, pak. Hmm.. beasiswa saya tetap berlanjut 'kan?" Tanya Deasy ragu-ragu, ia benar-benar berharap bisa membantu keuangan ibunya yang hanya seorang penjahit biasa, di tambah lagi ibunya memiliki beban kedua adiknya.

"Masih, selama nilai kamu stabil, beasiswa akan terus kami berikan ke kamu sampai kamu lulus kelas tiga nanti." Tidak ada lagi yang lebih senang selain mendengar bahwa beasiswanya tetap berjalan, apapun itu hal yang membuatnya senang, hal ini lah yang paling membuatnya bahagia.

"Sekali lagi, makasih pak, saya sangat senang menerima beasiswa ini. Dengan begitu ini akan menambah semangat saya untuk tetap belajar, agar dapat membanggakan nama sekolah." Sebagai ritual terakhir sebelum keluar dari ruang kepala sekolah, Deasy menjabat tangan pak Dedi lalu keluar dengan sopan.

Di luar sana, Bunga--temannya sudah menunggu. "Gimana hasilnya?"

"Beasiswa gue berlanjut, Nga!!!!" Jawab Deasy girang. Mendengar itu, Bunga ikut senang, ikut merasakan kebahagiaan Deasy. Ternyata, tidak sia-sia Deasy belajar meskipun tidak ada ulangan di esok hari, tidak sia-sia Bunga menemani Deasy belajar di saat ada ulangan sampai pukul dua pagi, semuanya terbayar begitu saja.

"Congrats, Deasy. You deserve it."

• • •

"Maksud lo apa tadi ngebela si cupu itu?" Reno mendorong bahu Delon ketika Delon datang ke kelasnya saat bel pulang sekolah berdering lima menit yang lalu.

"Gak bermaksud apa-apa." Delon mengangkat bahunya cuek, lalu menghampiri Reynald yang berdiri di belakang Reno. "Nih, Rey baju lo, thanks ya."

"Lon, jawab gue!" Reno menarik ujung jaket Delon sehingga Delon terhuyung ke belakang.

"Mau lo apa?!" Delon menghempas tangan Reno kasar. "Jangan mempersulit masalah yang gampang deh!"

"Mempersulit gimana maksud lo? Gue cuman pengen kasih pelajaran ke si cupu itu." Jawab Reno.

"Sekalian ngebelain cewek lo?" Tanya Delon, tepat sasaran. Kalau ibarat pistol, peluru yang keluar dari pistol itu tepat tertembak sasaran "Nggak gitu caranya, bro memperlakukan cewek." Delon menepuk bahu Reno.

"Kenapa?" Tanya Reno sewot. "Lo nggak suka aja sama cara gue?"

"Nggak kenapa-kenapa, gue emang nggak suka aja sama cara lo." Jawab Delon santai, lalu ia berjalan ke arah pintu, hendak keluar dari kelas sebelum perdebatan dirinya dengan Reno menjadi kekerasan fisik.

"Atau jangan-jangan, lo suka sama dia?"

• • • • •

Ada typo bilang ye

1/12/2017

BrittleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang