Unexpected Plot

160 24 23
                                        



"Tinggal masukkan saja melalui celah dan semua beres. Aku harus segera pergi, kalau tidak para senior akan memarahiku. Kau tahu kan bagaimana galaknya ketua klub paduan suaraku. Anak-anak klub baseball sebentar lagi selesai latihan jadi kau harus ke sana sekarang kalau tidak mau ketahuan. Tolong ya !? Aku mengandalkanmu, sahabatku !"

Sahabatku pantatmu ! umpatku dalam hati.

Kwon Nana, gadis itu baru saja memperdayaku dengan bujuk rayu agar aku bersedia membantunya dalam urusan asmara. Dan aku dengan bodohnya berkata 'serahkan padaku!' penuh percaya diri sampai diujung monolognya, Nana menyerahkan sesuatu kepadaku sebelum ia melesat pergi.

Sepucuk surat.

Dari warnanya yang mencolok bisa kupastikan itu adalah surat cinta. Saat itulah baru kusadari kalau Nana ingin aku melakukan perbuatan tercela dengan menyelundup ke dalam ruang ganti anak laki-laki untuk menyelipkan surat cinta ke dalam loker pria yang dia taksir.

Nana tidak bisa lebih gila dari ini.

Yang benar saja ! Menyelundup ? Mana mungkin aku bisa ? kalau ketahuan aku bisa saja dituduh sebagai pencuri meskipun aku justru menaruh sesuatu. Yang lebih parah dari itu, tempat yang Nana maksud adalah ruang ganti anak laki-laki ! dituduh mencuri pun nampaknya lebih mendingan daripada dituding gadis mesum. Mau kutaruh di mana mukaku ?

Tapi penolakan-penolakan dalam otakku tidak ada apa-apanya dibanding iming-iming novel best seller yang Nana janjikan. Aku dengan kenekatan sekuku akhirnya bergerak dari tempatku mematung. Namun diluar sangkaanku, rupanya menyelinap ke dalam ruang ganti klub baseball sama mudahnya dengan memasuki toilet wanita. Tak ada yang menyadariku melewati lapangan tempat mereka berlatih. Pintunya pun tidak terkunci sehingga aku bisa langsung masuk tanpa perlu mencongkel lubang kunci atau mencopet duplikat kunci di ruang pengawas.

Jadi di sinilah aku. Di tengah ruangan sederhana dengan satu ventilasi seadanya. Sepintas ruangan ini seperti ruang ganti pada umumnya. Tetapi begitu melangkah masuk aku langsung merasakan hasrat ingin keluar secepatnya. Parfum ruangan yang lumayan menyengat tidak mampu menyembunyikan bau keringat dari baju-baju seragam bekas pakai yang menumpuk di keranjang pakaian. Dan sepatu-sepatu olahraga yang dibiarkan tak beraturan di rak sepatu menambah kesan negatif untuk dipandang.

Tak mau kehabisan udara segar di sini, aku segera menyisir satu per satu loker. Beruntung loker  Park Chanyeol kutemukan dengan cepat. Kuaduk isi tasku, mencari si tipis pinky yang kuselip entah dibuku mana. Setelah menemukannya, buru-buru kumasukkan ke dalam loker melalui celah seperti mengisi celengan.

Selesai.

Sambil menarik resleting tas dan menyampirkan tali yang bebas ke pundak kanan aku menuju pintu keluar. Tanganku baru menyentuh handle pintu ketika terdengar kegaduhan bervokal rendah dari luar.

Gawat. Mereka kembali !

Aku sempat membeku di tempat. Merasakan jantungku yang tembus ke dasar perut. Suara mereka semakin dekat, mungkin sekitar sepuluh kaki lagi. Hal itu spontan membuatku melompat mundur, gelagapan.

Mereka tidak boleh mendapatiku di sini jika aku tidak ingin dicap sebagai gadis stalker mesum selama sisa masa sekolahku ! Kutolehkan kepala ke kanan-kiri seperti menikmati musik disco. Hanya saja yang kudengar saat ini terlalu menyeramkan untuk kuibaratkan berada di lantai dansa. Loker terlalu kecil untuk memuat tubuhku dan jangan berpikir aku akan menyemplung ke dalam keranjang pakaian kotor meskipun benda itu lumayan besar.

"Lemparanmu tadi terlalu lemah, Jongdae !"

Celaka !! Aku sudah diambang kematian ! Baiklah, itu berlebihan.

Fatal ErrorWhere stories live. Discover now