1. Tetangga

150 13 3
                                    

Ting
Tong

"Sayang. Bukain pintunya ya! Mama lagi repot di dapur," teriak Diana, mama dari gadis bernama Clara. Clara yang mendengar teriakan mamanya mendengus kesal. Dengan enggan ia segera menuju pintu depan.
"Ya?" tanya Clara ketika pintu telah terbuka sempurna. Seketika ia bungkam melihat pria super tampan di depanya. Pria itu menunjukkan senyum malaikat.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Clara lagi agak gugup.

"Gue mau kasih ini," jawab pria itu menodongkan sebuah kotak lumayan besar berisi kue coklat.

Clara tak langsung menerimanya. Bukannya sombong. Tapi ia bahkan tak mengenal pria tampan di hadapannya ini.

"Oh ya. Kenalkan gue Dimas. Tetangga baru. Tepat disebelah rumah lo," ujarnya menjelaskan, seolah tahu pikiran Clara.

Clara hanya ber 'oh' ria dan menerima kue dari Dimas.

"Makasih ya. Ayo masuk dulu!"tawar Clara sopan.

"Maaf lain kali aja. Gue harus bantuin nyokap beresin rumah. Gue pulang dulu ya," pamit Dimas tak kalah sopan.

Setelah Dimas benar-benar memasuki rumah disebelahnya, Clara baru menutup pintu rumahnya. Ia segera menuju dapur.

"Ma, ini kue dari tetangga baru," ucap Clara menaruh kue dari Dimas ke meja makan. Diana yang sibuk memasak segera menoleh ke anaknya ketika mendengar kata 'tetangga baru'.

"Lhohh, tetangga baru udah datang? Udah kamu suruh masuk?" tanya Diana.

"Dia udah pulang,"

"Kok pulang sih?"

"Mau beres-beres rumah katanya,"

"Oh kalo gitu nanti malam kamu harus temani mama main ke sana ya. Mama mau masak buat mereka,"

"Hmm,"

Selalu begitu. Setiap ada tetangga baru Diana selalu berkunjung dan membawa makanan. Aneh memang. Ketika kebanyakan orang komplek perumahan elite individual, tidak dengan Diana. Dia justru sangat ramah dan peduli. Itu juga yang membuat Clara agak tak suka. Bukan karena sombong , tapi karena Ia harus menemani mamanya berkunjung dan mendengar percakapan membosankan.

"Kenapa juga akhir-akhir ini banyak tetangga baru," decak Clara sembari merebahkan tubuhnya di kasur empuknya.

"Tapii, pria itu boleh juga."

"Hihhh, apaan sih Clara. Lo nggak boleh jatuh cinta. Semua cowok itu sama. Semua Berengsek," ucapnya mulai ngawur.

Karen bosan harus melakukan apa, akhirnya Clara memilih menelepon sahabatnya.

"Halo, San. Lagi ngapain lo?"

"Gue abis teleponan sama cowok gue. Terus lo telepon,"

"Ohh. Ngomong-ngomong soal cowok. Gue baru aja ketemu someone yang ganteng banget. Senyumnya tuh kaya malaikat, San,"

"Bagus dong, jadi bentar lagi lo nggak jomblo,"

"Iya percaya yang udah punya cowok. Eh, San. Kapan lo kenalin cowok lo itu ke gue. Jahat banget sih di umpetin mulu dari gue. Gue nggak akan nikung lo kok,"

"Dia tuh masih ada di Batam. Gue aja jarang ketemu, gimana mau ketemuin sama lo. Kalo dia udah balik ke Jakarta deh nanti gue ajak ke Bandung buat ke rumah lo."

"Oke. Gue tunggu ya, inget jangan boongin gue. Lo kok bisa tahan sih LDR an sama dia. Udah hampir setahun lhoo, San. Dan gue belum pernah liat mukanya cowok lo ituu,"

"Namanya juga cinta, Ra. Gue mau liatin wajah cowok gue langsung nggak dari foto. Biar lo tahu betapa tampannya dia."

"Dasar sombong. Iya deh cowok lo ganteng.

someoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang