Bincang Ubin Vol. 2

Start from the beginning
                                    

Luke : Maksudnya, gua? Kurang ajar.

Cyrus : Ya siapa lagi coba yang sedang tampak mengasuh. Omong-omong, aku sebenarnya heran dengan komposisi bintang tamu hari ini. Kalau Nova dan si author ya jelas-jelas pasti akan ada obrolan yang dibahas, tapi kenapa ada Luke dan Ravi juga?

Ravi : Aku diundang makanya aku datang. Kau tahu, terkadang datang ke Armadillo bisa melepas beban kerja...yha, sejenak.

Luke : Aku sebenarnya cuma mau minum, tapi dia menarikku untuk bincang-bincang. *Luke menunjuk atk*

Atk : *menyeringai pasrah* Rasanya bosan kalau mengundang orang itu-itu lagi 'kan? Berhubung belakangan lagi mengupas seluk beluk Nova, rasanya sayang kalau mereka enggak diundang.

Raka : Berhubung seluk beluk, apa sih yang membuat lu menulis cerita tentang gua dan dunia yang enggak puguh ini, Tik? Maksud gua kenapa Floor, kenapa gua, kenapa Nova?

Atk : Wah apa ya, kalau dibilang pengen pasti jadinya garing banget. Tapi sejujur-jujurnya saya emang pengen bikin cerita yang pengen saya baca sih. Kebayang kan waktu dulu baca novel, komik atau nonton film endingnya atau plotnya bikin lu gemes? Nah, saya sih sejatinya ingin memuaskan diri sendiri dulu. FYI, saya bikin cerita ini dari tahun 2013 dan dirombak abis-abisan setelah dipikir-pikir bahwa kamu, Ka, ternyata kalo enggak ada kamu di cerita itu, main plot-nya masih tetap berjalan. Terus, karena merasa bersalah, tahun 2016 dibuat ulang, kepotong Tugas Akhir, update sebisanya, lalu jadilah hingga sekarang: sedikit enggak keurus haha.

Raka : Anjir, gua enggak penting.

Atk : Hahahaha.

Raka : Meski awalnya enggak penting, tapi gua tokoh yang memorable. Terus pada akhirnya kenapa lu membuat gua, sebagai Raka, dengan kepribadian yang seperti ini? Apa ada seseorang di baliknya?

Cyrus : Tunggu, Hiraka! Kau enggak boleh bertanya mengenai dirimu dulu!

Raka : Lha, kenapa?

Cyrus : Yang diundang tuh mereka bertiga, kau ini jadi pembawa acara. Mana ada pembawa acara bertanya tentang dirinya sendiri?! Dasar Otak Kerbau, lebih baik aku saja yang—

Nova : *menghela napas* Aku capek liat mereka berantem terus kalau lagi Bincang Ubin. Tapi, benar, kamu belum menjawab kenapa namanya Floor.

Raka : Ah ya, benar, itu juga penting. Waktu itu pun ada yang pernah memberi komentar bahwa ceritamu membawa nuansa yang sama dengan Neverwhere Neil Gaiman.

Atk : Neil Gaiman! Itu penulis favorit saya! Kalaupun dibilang baca, sejujurnya saya belum pernah baca Neverwhere, tapi suatu waktu saya sempat mendengar drama radio nya di BBC4 dan baca grafik novelnya. Memang sedikit banyak saya terinspirasi dari situ, tapi ada juga yang membentuk keanehan dari Bumiapara adalah waktu saya membaca manga berjudul Dorohedoro.

 Memang sedikit banyak saya terinspirasi dari situ, tapi ada juga yang membentuk keanehan dari Bumiapara adalah waktu saya membaca manga berjudul Dorohedoro

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Atk : Selera saya sedikit aneh sih, jadi mungkin wajar aja kalau kamu enggak tahu. To put it in brief, Dorohedoro juga cerita tentang dua dunia, negeri penyihir dan tempat bernama Hole. Nah Hole itu yang ngebuat saya merasa amaze dengan pemilihan namanya 'oh bisa ya pake nama macem begini'. Lobang. Bayangin 'Lobang' gitu. Proses pengendapannya sih lama sampe akhirnya saya mikir apa ya benda atau tempat yang sering dilupakan sama orang. Entah kenapa terbesit lantai. Karena selalu diinjak dan ada di mana-mana rasanya si lantai ini ada, enggak ada pun, orang-orang bisa ga peduli.

Down There Is What You Called Floor [END]Where stories live. Discover now