6

3.8K 242 2
                                    

"Fiona maunya sama ayah.." Fiona mendekat ke Iqbaal dan memeluk Iqbaal.

Hal yang sama dilakukan oleh Flora, "Sama bunda juga."

Iqbaal berdiri lalu menggendong Fiona, "Cup cup cup.. Anak Ayah Iqbaal gak boleh nangis." Iqbaal mengelus puncak kepala Fiona. Sementara (namakamu) mengerutkan keningnya.

"Ayah Iqbaal?" (Namakamu) terheran.

"Sst! Bisa diam gak sih lo? Entar nangis lagi gimana?" Iqbaal melototi (namakamu) tajam. (Namakamu) hanya mendengus sebal. Matanya menelusuri Flora yang masih ada dipelukannya.

Beberapa menit kemudian..

Iqbaal merasa Fiona semakin berat. Napasnya teratur--tak seperti tadi yang sedang terisak. Iqbaal memberi kode kepada (namakamu) agar pindah posisi dari tempat tidur itu.

"Gue juga gak bisa gerak," (namakamu) berucap pelan. "Flora kayaknya juga tidur."

Iqbaal makin khawatir melihat Flora yang tidur dengan posisi itu. Terduduk dan membenamkan kepalanya didada (namakamu).

(Namakamu) mendorong dengan perlahan kepala Flora dari pelukannya. Menidurkan kepalanya di bantal yang empuk.

Begitupun Iqbaal. Ia menidurkan Fiona disebelah Flora.

Tidur mereka sangat nyenyak. Napasnya teratur.

"Tidurlah dengan damai." Gumam Iqbaal. (Namakamu) lagi-lagi mengernyit. Sejak kapan dia jadi begini? Suka sama anak kecil? Pikir (namakamu).

"Trus kita gimana?"

(Namakamu) dan Iqbaal kini sedang duduk dimeja makan. Mereka duduk berseblahan. Ditangan mereka masing-masing menggenggam sebuah minuman bersoda.

"Ini gara-gara elo!" Iqbaal terperanjat mendengar bentakan (namakamu).

"Gara-gara gue?"

"Iya! Lo waktu itu pengen anak kembar. Ngomongin pengen punya anak," jelas (namakamu) mencoba men-flashback waktu itu. "Sentuhan sama elo aja ogah."

"Jangan salahin gue." Celetuk Iqbaal.

"Yang salah elo! Setiap perkataan itu do'a. Bagi lo beruntung, Tuhan ngabulin permintaan lo. Bagi gue enggak!"

"Jadi lo gak suka sama mereka?" Dagu Iqbaal menunjuk sekilas arah kamaar.

"Gue suka sama mereka, tapi gue gak suka sama elo!"

"Kan gue udah bilang. Pake cara 'itu' aja dapetin anak. Jangan cara otomatis," Iqbaal terkekeh. Otak mesumnya mulai bekerja.

(Namakamu) mendengus sebal, "Demi toge se-erwe! Gue gak mau! Dan gak bakalan mau."

"Yang gue pikirin, kita nitip mereka dimana kalau kita lagi kerja?" Sambung (namakamu). Iqbaal terhenyak sebentar.

"Bawa aja ketempat kerja," singkat Iqbaal. Mulutnya berkata seperti bak membalik telapak tangan.

"Ngomong seenak jidat." Ketus (namakamu) memutar bola matanya.

"Jadi gini. Hari pertama lo bawa Fiona, gue Flora. Hari kedua, gue bawa Fiona, dan lo Flora. Hari ketiga, gue bawa Fiona dan Flora, lo libur untuk bawa mereka. Dan hari kelima, giliran lo yang bawa mereka berdua. Begitu seterusnya. Gimana?" Jelas Iqbaal. (Namakamu) hanya cengo melihatnya.

Pletak!
Satu jitakan Iqbaal mendarat dikening (namakamu). Yang dijitak hanya meringis.

"Gue ngerti." Singkat (namakamu).

"Trus kita tidurnya dimana?"

"Lo bisa sana-sana dikit gak?" (Namakamu) mendorong punggung Iqbaal yang membelakanginya.

Discovery +idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang