"Hah! Baiklah. Bersikap seperti biasa, Megan!" Putusnya. Ia melangkah sekali, lalu memutar tubuhnya dan melangkah menjauh 10 langkah lalu membuka tas dan mengecek pantulan dirinya di depan cermin. "Ah sial, lipstikku terlalu pucat. Aku akan terlihat seperti hantu di CCTV nanti," gerutu Megan sambil mengeluarkan Lipstik warna lain dari dalam tas.

Semenjak Auryn memberitahunya mengenai keberadaan kamera tersembunyi itu, Megan jadi berhati-hati dalam melakukan apapun. Tidak tertawa terlalu lebar, tidak menggaruk kaki yang gatal, tidak membuka heelsnya sembarangan, tidak menguap, bahkan ketika ia tidak sengaja mengusap maskaranya, ia tidak mau terlihat panik dan segera menuju ke kamar mandi untuk membenarkan make upnya.

Jika dipikirkan sekarang, ia benar-benar bodoh.

Meski begitu, tetap saja Megan masih mencoba memperlihatkan penampilan terbaiknya. Alceo bisa saja sedang memperhatikanku. Itu yang Megan percayai.

"Megan, is that you?" Suara nyaring seseorang yang diingat Megan membuat wanita itu terkejut.

Megan segera membalik tubuhnya, menyembunyikan kaca juga lisptik yang belum sempat ia kenakan di balik tubuhnya dan kemudian suara benda yang terjatuh terdengar.

Lipstik Chanel ku!!!! Megan membatin sambil memejamkan kedua matanya. Ingin menangis saat sadar kalau benda yang jatuh barusan adalah lisptik kesayangannya yang ia beli dengan harga mahal.

"Apa yang kau lakukan disana?" Tanya Wanita cantik berambut cokelat dengan wajah ramah kepada Megan yang masih sibuk mengutuk kecerobohannya.

Megan membuka mata dan melihat Auryn juga Alceo berdiri di hadapannya dengan wajah kebingungan. Alceo sempat melirik kearah Lipstik Megan yang terjatuh sebelum Megan meraih benda itu dengan sedikit meringis dan menjejalkannya ke dalam tas.

"Tidak ada," jawab Megan berusaha tenang disaat ia sudah ingin berteriak kalau baru saja nyawanya hancur. Berlebihan memang menyamakan nyawa dengan lisptik, tetapi mengingat harga dan biaya hidup yang harus ia korbankan selama ini, itu cukup masuk akal.

Mata Megan kemudian bertemu dengan Mata Alceo yang menatapnya datar. Wajahnya kembali merona mengingat apa yang terjadi kemarin malam. Megan segera menunduk untuk menghindari tatapan matanya dengan Alceo, lalu bergumam, "Mister dan Miss Tyler, saya hampir terlambat. Permisi."

"Memalukan!" Gerutu Megan yang sudah berlalu sedikit menjauh dari kedua orang itu. Benar-benar memalukan memang. Untuk apa ia harus salah tingkah seperti itu? Dan untuk apa jantungnya harus bertingkah seperti baru saja lari marathon 500 meter?

Tubuh Megan mendadak menegang ketika ada seseorang yang merangkulnya dari belakang. Disusul kemudian, wangi musk dan tubuh tegap seseorang yang dikenalnya, berdiri di sisi Megan tanpa ragu. "Kenapa tidak keatas bersama-sama?" Tanya Alceo.

Jantung Megan hampir copot mendapat rangkulan tiba-tiba seperti itu. Terlebih, di depan orang-orang yang sedang sibuk mengejar waktu di dalam lobby perusahaan. Semua mata jadi tertuju pada mereka.

Megan dengan cepat berhenti melangkah dan menepis tangan Alceo, lalu menatapnya tajam.

"Ada apa? Ada yang salah?" Tanya Alceo bingung.

Megan menggigit bibir dalamnya, menatap ke kanan dan ke kiri. Mata-mata itu masih menatap kearahnya ingin tahu.

Kalau ia menendang Alceo disana, tentu ia akan langsung menjadi musuh terbesar di perusahaan itu. Megan bisa membayangkan poster wajahnya terpampang di depan pintu masuk dengan tanda silang merah yang besar.

Tapi hati tatapan mata biru itu, sepertinya ada yang aneh.

Alceo masih menatap Megan dan baru akan berbicara sebelum seorang wanita tiba-tiba datang dan merangkul Megan, mengintrupsi keduanya.

"Kenapa melamun?" Tanya Claire. Ia menoleh mengikuti arah pandangan Megan dan tergagap. "A-ah, Selamat pagi, Mr.Tyler," sapa Megan.

Alceo memandang datar kearah Claire dan Megan bergantian. Ia lalu tersenyum dan mengangguk. "Selamat pagi."

Ketiga orang itu terdiam sampai Claire memutuskan untuk kembali berbicara, "apa kau masih mau berdiam disini, atau..."

Megan mengerjap kemudian menoleh kearah Claire. "Ah, tidak. Ayo, keatas." Megan menatap Alceo sejenak. Kemudian ia mengangguk kecil pada Alceo sebelum ia berlalu diikuti oleh Claire.

Megan sempat mendengar ponsel Alceo berbunyi sebelum ia masuk kedalam lift. Begitu mereka tiba di lantai 11, Megan tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya.

"Hei, apa menurutmu ada yang aneh pada Mr.Tyler?"

Claire yang merasa di ajak bicara kemudian menoleh dan mengangguk. "Iya, aneh!" Serunya pasti.

Megan baru akan bernapas lega karena bukan hanya ia yang merasa aneh dengan Alceo yang baru ia temui, sebelum Claire tiba-tiba melanjutkan ucapannya, "ketampanannya selalu berada pada batas maksimal setiap harinya. Aneh, apa yang menjadi rahasianya, ya?"

Megan tercengang mendengar ucapan Claire. Ia seketika berhenti melangkah, melihat punggung sahabatnya tidak percaya.

"Ada apa?" Claire berbalik dengan mimik wajah tidak bersalah.

"Aku rasa, kau yang aneh!" Gerutu Megan sedikit kesal. Ia lalu melanjutkan langkahnya dengan sedikit menghentak meninggalkan Claire yang kebingungan.

Megan tidak mengerti, tapi ia merasakan hal berbeda dengan Alceo yang ia temui tadi. Debaran itu memang masih terasa, tapi entah kenapa ia merasa hampa melihat laki-laki itu. Tidak seperti biasanya.

Atau sebenarnya, ia yang aneh?

***

Tbc

Semoga sukaaa 🙏

Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن