11| Mimpi Buruk Itu....

Start from the beginning
                                    

Foto aku dengan Mas Faris saat di Akmil dulu. Foto yang dia berikan saat kami berdua bertemu kembali. Membantu sekali. Aku menyimpan foto itu, aku rindu dia, aku masih butuh dia.

"Maksud lo apa ngatain pacar gue gitu? Don't judge a book by it's cover! Lo gak tahu apa arti tentara itu, yang lo tahu cuma games, anime." Ungkapku sedikit kesal, berdiri dan menggebrak meja putih minimalis ini,

"Mentang-mentang kulit lo putih, rambut ala-ala anime bisa apa lo? Coba lo pull up bisa gak? Ah mungkin baru gelantungan sudah nyerah! Jelas-jelas lebih kurus lo! Dan Mentang-mentang lo pintar dan cerdas bisa seenaknya ngomong gitu sama orang?" Kekesalan ku memuncak, aku tak bisa menahan.

Ku lihat ke samping kiri, Rina menanyakan apa yang terjadi, maksudnya masalah foto itu. Rina tahu jika aku sekarang memang anti dengan pacaran.

"Apa harus aku jadi tentara biar kamu mau jadi pacar aku?" Tegasnya menunjuk foto ke arah Mas Faris yang memakai pakaian dinas pesiar malamnya lengkap dengan ponyardnya itu.

"Gak usah mimpi jadi pacarnya si Ayna!"

"Ketinggian banget mimpi lo, ntar kalau jatuh sakit..."

"Kebanyakan micin nih orang. Generasi micin dasar, hahahaha."

Ku netralkan tubuhku lalu duduk di kursi. Semua orang bersorak kembali, sepertinya Karim sudah kehabisan akal. Diam tak berkutik.

Kami melanjutkan diskusi kami mengenai skripsi. Ku lihat Karim pergi keluar dari perpus, ah tak perduli juga sih. Sepertinya dia akan merenung.

"Lo pacaran?" Bisik Rina mendekatkan kursinya

Aku memalingkan wajahku ke arah Rina dan menggeleng, "Siapa juga yang pacaran."

"Terus itu?"

"Akal-akalan gue biar si culun gak ngejar-ngejar lagi, risih tahu gak." Kataku dan kembali terfokus pada layar yang sering membuatku lupa diri.

"Lo belum cerita soal foto ini." Rina memperlihatkan fotoku itu dan di simpan di atas papan ketik.

Berhenti mengetik dan mengambil foto. Baiklah, aku menceritakan asal mula foto itu. Aku menceritakan awal pertemuanku dengan Mas Faris hingga kami berpisah dan pertemuanku kembali saat kemarin.

Untungnya Rina memaklumiku, karena aku pernah berkata padanya aku sudah berkomitmen tidak mau pacaran.

"Terus kelanjutan lo dengan mantan lo ini gimana?" Tanya Rina seraya membaca buku.

Aku menghela napas sejenak, "Entahlah. Yang jelas waktu kemarin gue di Mabes dia ada. Dan lo tahu gak apa yang terjadi?"

Rina menggeleng dan menutup bukunya.

"Dia peluk gue dalam-dalam. Wajahnya penuh pengharapan dan kekhawatiran, kayak mau pergi jauh dan gak akan kembali."

"Emang dia mau kemana?"

Aku menunduk dan menutup kedua wajahku, "Berangkat tugas operasi. Rasanya gue berat banget buat ngelepasin dia berangkat tugas. Padahal kan gue bukan siapa-siapa nya dia." Mengusap wajah sedikit kasar,

"Parahnya lagi, tadi malam gue mimpi dia, dan mimpinya itu gak biasa. Dia nangis, terus minta gue jangan pergi gitu, mohon-mohon sama gue jangan ninggalin dia, bodohnya gue malah gak mau. Alhasil dia kena tembak di dada dan gugur waktu jalankan tugas."

"Mimpi? Lo malam gak gadang?" Tanya Rina heran mendengar kata mimpi, aku menggeleng, "Mimpi itu bunga tidur, Ay. Senantiasa lo berdoa buat dia. Semoga Allah lindungi dia, kembali dengan selamat. Bisa-bisa lo berdoa berjodoh lagi. Kan lumayan tuh, lo calon tentara dia tentara." Ucap Rina sedikit menghibur, aku menyenggol bahu Rina pelan.

"Ih apaan sih Rin." Ucapku sedikit malu-malu, "... udah udah, gue mau bimbingan dulu. Semoga saja gak ada revisi, jadi biar bisa sidang cepat."

Rina mengangguk dan menepuk pundakku, "Sukses sist, moga-moga gak ada coret-menyoret lagi nanti, harus goal kali ini!"

Aku mengulum senyum, menutup laptop dan beranjak dari kursi, pergi ke dosen pembimbing untuk bimbingan skripsiku. Ku berdoa semoga tak ada salah-salah lagi, ya tak apalah revisi atau koreksi sedikit. Asal tidak berlebihan seperti waktu itu.

Banyak sekali coretan di skripsiku yang sudah seperti buku itu, skripsi yang tadinya sudah siap untuk bahan sidang, malah siap untuk di revisi.

Dan kepada Mas Faris, aku akan menunggumu disini. Menunggu sebisaku, namun tidak sesuka hatiku. Hatiku masih tertuju untukmu. Ku berdoa selalu, Tuhan, jagalah jiwa dan raganya untukku dan untuk negara ini. Aku mohon, hanya dia yang mampu mengobati rasa rinduku saat ini.

Untuk mimpi itu, ku mohon itu hanyalah bunga tidur. Anggap saja aku tidak berdoa sebelum tidur. Aku takut jika mimpi itu terjadi, aku belum siap untuk kehilangan dirinya. Mas Faris, ku tunggu waktumu.

Mas Faris, berjanjilah padaku. Kembali untukku, aku akan menerima mu kembali dengan sepenuh hatiku.

****

Apa Faris kembali lagi sama Ayna gak ya?

Hai hai haiiiiii... gimana nih tentang cerita yg ini? Gak rame, ngebosenin dan annoying yaa?

Jangan sungkan buat komen atau saran atau kritik, i'll wait it with pleasure ;)

Di tunggu tanggapan tentang ceritanya yaa!!

Jangan lupa vomment.

Jangan lupa bahagia.

Happy reading.

Struggle Of Love [COMPLETED]Where stories live. Discover now