CHAPTER 02

7.6K 268 6
                                    

Syifa duduk di kursi ruangannya dan sudah sibuk berkutat dengan kerjaannya.

Ini sudah seminggu berlalu dari Syifa bertemu dengan bos besarnya di loby waktu itu.

Asyifa POV

Tek Tek Tek...

Bunyi high heel seseorang yang beradu dengan lantai. Aku menolehkan kepalaku untuk melihat orang itu.

Oh ternyata Linda Sekertarisnya Pak Fiqoh bosku. Mau apa dia kemari?
Hm entahlah...

"Maaf apakah kamu yang benama Asyifa?" Tanyanya.

"Ya Saya, maaf ada apa ya?" Jawabku.

"Pak Fiqoh memanggilmu ke ruangannya, beliau sedang menunggumu disana" lanjutnya.

Aku tercengang, ada apa?, mengapa aku sampai dipanggil bossku keruangannya?. Apakah aku membuat kesalahan?, kurasa tidak.

"Maaf beliau sedang menunggumu sekarang diruangannya, dan kau tahu sendiri bukan bahwa beliau sangat membenci yang namanya menunggu?, jadi kuharap kau segera kesana sekarang, agar kau tidak terkena masalah lebih besar tentunya" Katanya panjang lebar membuyarkan lamunanku.

Oh ya, aku baru ingat.

"Oh maaf aku melamun, iya baiklah aku akan segera kesana"kataku.

Aku mengikuti Linda dari belakang menuju keruangan bosku. Entahlah.
Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Buat apa bos es ku itu memanggilku sampai di samperin segitunya oleh sekertarisnya. "Ya Allah semoga aku tidak dipecat" do'aku dalam hati. Tapi tunggu..
Kalau mau dipecat mengapa menghadap bos besar bukannya kepala HRD??

Aduh aku mau diapain ya...

Ibuk ayah tolong Syifa...hiks.

Dan sekarang aku sudah berdiri didepan pintu ruangannya bosku.

"Syifa mending kamu masuk aja dulu, sapa tau penting"

"Tapi aku takut mbak"

"Gak apa-apa mungkin bos mau naikin jabatan kamu hhee" candanya.

"Ah mbak bisa aja cairin suasana, tapi gak mungkinlah mbak, saya mah apa atuh" kataku diakhiri kekehan.

"Ya udah aku masuk duluan ya mbak"lanjutku.

Sebelum aku masuk, aku mengetuk pintunya terlebih dahulu untuk kesopanan.

Kudorong pintunya dan menyapa bosku itu.

"Selamat siang pak, maaf apa bapak memanggil saya?" Tanyaku basa basi, yah walau aku sudah mengetahuinya.

"Ya"jawabnya singkat, padat, dan sangat jelas dengan suara baritonnya.

"Maaf pak, apakah saya melakukan suatu kesalahan?" Tanyaku dengan takut-takut.

Ya Allah, matanya kok tajam banget sih. Ibuk Syifa takut...

Dia memandangku intens. Bukan. Tapi lebih tepatnya mengintimidasi.

"Duduklah dulu" katanya.

Dengan gemetar takut, aku duduk dikursi depan meja kerjanya.

"Sudah berapa lama kamu kerja di Perusahaan ini?"

"Baa..ru..u..ti..i..ga..bu..la..a..n pa..kkk" jawabku terbata-bata gugup.

Sungguh badanku sudah panas dingin, bagaimana kalau aku dipecat Ya Allah..

"Mengapa gugup" tanyanya

"Aku tidak akan memakanmu, heh" lanjutnya di sertai kekehan.

"Maaf pak, apa ada yang ingin bapak katakan" tanyaku

"Yah, aku ingin mengatakan sesuatu" jawanya intens menatapku.

Aku hanya bisa terus menunduk.
Sungguh aku sangat takut.

"Syifa apakah aku sebegitu seramnya bagimu, sehingga kau hanya terus menunduk?" Tanyanya.

"Angkatlah aku tidak suka dengan hal itu" lanjutnya dengan tajam.

"Heh ..Ma...aaff ..paa..kk" jawabku gugup.

"Baiklah..." katanya menggantung.

"Aku hanya ingin kau pindah ruangan" katanya ambigu.

"Maa...kkk..sud..ba..aa..paakk..ap..aa..ya..a ?" Kataku terbata

"Yah kau pindah ruangan, disini!! Satu ruangan denganku,, dan kau bisa jadi asisten pribadiku.." katanya membuatku melongok.

"Kau akan mengikutiku kemana saja, baik itu rapat, bahkan keluar negeri sekalipun" lanjutnya.

"Tapi pak.."

"Tidak ada tapi-tapian, jika kau menolak, kupastikan kau kehilangan pekerjaanmu!!" Katanya tajam.

"Dan masalah gaji, gajimu akan lebih tinggi dari pada gaji yang kau terima sebagai staf" lanjutnya.

Aku melongo, sungguh aku tak ingin kehilangan pekerjaanku ini. Aku sangat membutuhkannya. Bagaimana ini. Apa aku terima saja ya. Mungkin tak apa. Baiklah aku coba dulu saja.

"Baiklah pak"kataku pasrah dari pada aku kehilangan pekerjaanku.

"Nah Bagus, kau boleh pindah mulai hari ini." Katanya

"Baiklah" kataku lagi pasrah.

"Oh dan satu lagi, mulai sekarang aku akan masuk ke kantor setiap hari" lanjutnya.

"Baiklah pak" hanya itu yang bisaku ucapkan untuk saat ini.

Entahlah...

Ini suatu keberuntungan atau sebaliknya. Disatu sisi aku memang sangat membutuhkan pekerjaan ini. Tapi disisi lain, apakah aku sanggup bekerja setiap hari dalam pengawasan pria es itu..

Ya Allah..

TBC

*********

BERSAMBUNG..

NEXT CHAPTER GUYS...

Jangan lupa vote ama komennya ya..

My Big BossWhere stories live. Discover now