[Re:incarnation]

Prolog

"Oh ayolah cepat! Kau ini lamban sekali." seorang gadis dengan rambut berwarna orange berteriak sambil berlari naik ke puncak bukit.

Pemuda yang ada di belakangnya membalas dengan suara yang dicampur tawa kecil "Iya-iya. Tidak sabaran sekali sih kamu. Gak usah lari juga bisa kan? Jalan aja gitu." Rambut putihnya tertiup angin sepoi-sepoi di atas bukit.

Sepasang kekasih itu terlihat sangat gembira berlarian kesana-kemari dan tertawa bersamaan dengan kicauan burung yang menghiasi langit yang mulai kemerahan.

Lalu sepasang kekasih itu duduk dan mengobrol, bercanda, sambil sesekali tertawa. Melihat matahari yang sinarnya mulai melembut.

Gadis itu menunjuk ke arah cakrawala sambil mengatakan sesuatu. Lalu menatap pria disampingnya raut muka gembira dan tersenyum.

Pria disampingnya membalas perkataan sang gadis dengan lembut dan tersenyum.

"Oi Radit... Radiiiit... Bangun Dit.. Bangun!" Seseorang berbisik dengan tangan yang ia tempelkan di mulutnya kepada seorang laki-laki disebelahnya yang sedang tertidur.

Siswa yang dipanggil Radit itu terhentak dari tidurnya, dengan mata yang masih berat menatap ke sekeliling, "RADIT!" Terdengar suara orang tua dari depan kelas.

Radit langsung mengambil posisi duduk siap dengan kedua tangannya yang dia luruskan di sisi badannya, lalu menjawab dengan mantap, "Siap Pak." Matanya berkedip-kedip tandanya masih belum sadar sepenuhnya.

Pria tua berpakaian rapi dengan warna coklat, berkacamata, yang sedang berdiri di depan kelas berteriak emosi, "Radit! Kamu ya di kelas tidur terus. Kalo ada guru yang lagi jelasin dengerin!" Pak Guru yang sedang memegang buku di tangan kirinya membuat nada tinggi, dengan telunjuk kanannya yang ia acung-acungkan.

"Sekarang kamu ke depan sini. Jelaskan mengenai sejarah kerajaan Majapahit." Pak Guru itu yang sepertinya seorang guru sejarah, menunjuk bagian tengah depan kelas dengan alisnya yang masih terangkat.

Radit tidak dapat mengelak, dia merasa kalau dirinya melawan pasti hukumannya tambah berat. Radit berjalan ke depan kelas sambil melihat ke sekeliling, siswa yang lain terlihat tertawa karena tingkah laku Radit ini.

"Ayo. Jelaskan tentang kerajaan Majapahit!" Pak Guru kembali mengangkat suaranya. Setelah itu ia duduk dan membenarkan posisi kacamatanya.

Radit terlihat pasrah, namun mengingat-ingat bacaannya. Tadi malam dia sempat membaca buku sejarah yang tebalnya minta ampun, walau sebentar karena bosan menghafal untuk ulangan biologi, "Untung aja tadi malam sempet baca dikit. Oke oke." Kata Radit dalam hatinya. Lalu dia menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya.

Radit mulai berbicara di depan teman sekelasnya yang wajah-wajah mereka menunjukan ekspresi tertawa, "Jadi dahulu, sebelum Indonesia bersatu, ada salah satu kerajaan yang sudah bertekad untuk menyatukan seluruh nusantara. Yaitu kerajaan Majapahit, dimana kerajaan itu kekuasaannya semakin meluas karena pasukannya yang tangguh dengan armada laut yang kuat dan seorang patihnya yang gagah berani, Gajah Mada." Disini dia berhenti sejenak, lalu matanya terbuka lebar.

"Gajah Mada, salah seorang Patih kerajaan Majapahit yang terkenal dengan sumpah Palapanya, bertekad untuk menyatukan nusantara. Hampir seluruh wilayah nusantara berhasil dikuasai oleh kerajaan Majapahit karena kepemimpinan Patihnya yang sangat kuat...."

Pak Guru menyela sedikit, "Baiklah Radit, kamu bo-" Namun Radit terus saja melanjutkan bicaranya.

"Berbagai pertempuran telah dimenangkan oleh Patih Gajah Mada. Bersama pasukannya, sang Patih terus berusaha menyatukan seluruh Nusantara bahkan sampai ke asia timur. Hingga suatu saat, Patih Gajah Mada menemui ajalnya karena..." Mulutnya menganga, namun tak mengeluarkan suara sedikitpun. Matanya terbelalak dan pandangannya tampak kosong