Alceo tersenyum dan menopang sisi wajahnya. "Benarkah? Ada yang bisa membedakan?" Megan mengangguk yakin mendengar pertanyaan Alceo. "Kau belum bertemu dengan kembaranku berarti."

"Sudah," jawab Megan spontan.

Alceo mengernyit dan mengulang jawaban Megan dengan penuh rasa penasaran. "Sudah?"

Megan terdiam beberapa detik. Ia salah berbicara. "Ah maksudku... k-kalian cukup terkenal, jadi aku pernah melihatnya di majalah. Atau televisi? Atau selembaran? Entahlah," bohong Megan. Ia tidak bisa mengatakan kalau pagi tadi ia baru bertemu dengan kembaran laki-laki itu.

Akibat salah tingkah, ia langsung menyambar gelas di hadapannya, meneguknya hingga tandas dan meringis sambil mengernyit. "Pahit..."

Alceo menyerahkan potongan jeruk nipis yang langsung disambar Megan untuk menetralkan rasa tidak karuan di dalam mulutnya.

Begitu merasa lebih baik, Megan langsung menatap Alceo dengan kening berkerut. "Kenapa kau memesan minum seperti ini?" Protesnya.

Alceo terkekeh menanggapi protesan Megan. "Kenapa juga kau tidak memesan minuman lain?" Alceo balas bertanya.

Megan berdecak dan tidak lagi menjawab pertanyaan Alceo. Ia menggeser gelas kosong itu sejauh-jauhnya sambil sesekali ia bergidik membayangkan rasa minuman itu.

"Kau belum menjawab pertanyaanku. Apa yang kau lakukan disini?" Alceo mengulang pertanyaannya. Ia meneliti raut wajah Megan dari samping.

"Ini tempat umum," jawab Megan.

"I'm aware of that," gumam Alceo menahan senyumnya ketika melihat Megan bergerak gelisah mencari sebuah alasan. "Tapi kau pasti mengerti kalau aku bukan menanyakan alasan yang itu, kan?"

Megan meringis. Tentu saja ia tahu. Bahkan ia juga tidak mengerti kenapa ia memilih menghampiri Alceo ketimbang bersenang-senang dengan teman-temannya di lantai atas.

"Kau ingin bicara sesuatu denganku, Ms.Penelope? Sepertinya kau... terlihat ingin menyampaikan sesuatu padaku sejak berpapasan di lift pagi tadi," tebak Alceo. "Atau hanya perasaanku saja?"

"Hanya perasaanmu," jawab Megan dengan sangat cepat.

Reaksi spontan Megan barusan membuat Alceo menarik sudut bibirnya dan semakin memperhatikan Megan yang kini sudah menunduk seakan menyesali jawabannya.

Kenapa wanita acuh yang selalu melawan ucapannya dan membuatnya terus menerus mengelus dada, mampu membuatnya nyaman dan tenang disaat pikiran dan hatinya kacau?

Kehadiran Megan membuat Alceo menjadi suka berandai. Suatu hal yang sama sekali bukan mencerminkan dirinya yang selalu berpikir secara realistis.

Andai ia bertemu Megan lebih cepat. Andai ia tidak sebrengsek ini, apa Megan mungkin bisa menerimanya?

Pengandaian itu kembali membawa Alceo ke beberapa jam yang lalu di Apartemennya.

Perbincangan, atau lebih tepatnya Alceo katakan bisikan setan, yang hampir membuatnya pasrah dan menjadi laki-laki lemah yang terjadi di antara ia dan Barbara, kini membuatnya mengalami dilema yang besar.

"Temani aku..."

Alceo menghentikan gerak tangan Barbara tepat sebelum tangan itu menyentuh sesuatu yang telah menimbulkan masalah pelik sekarang ini.

Barbara menatap Alceo dengan tatapan menggoda dan senyuman manisnya. "Kenapa?"

"Semua ini salah, Barbara," gumam Alceo sambil melepaskan diri dari kuasa Barbara. "I can't, i'm sorry. Kau mungkin salah paham atas perlakuanku selama ini, tetapi, i never love you. I can't marry you and i..." mata Alceo turun mengarah ke perut Barbara. Ia meragu.

Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]Where stories live. Discover now