Kerutan di kening Auryn semakin terlihat jelas ketika melihat deretan kalimat di layar laptop Alceo.

Prosedur melakulan test DNA dalam kandungan, akurasi, dan beragam resikonya.

Auryn menganga. Apa Marvel bermaksud melakukan test DNA? Tapi kenapa? Auryn membatin bingung. Tangannya tidak jadi meraih kertas tadi, dan beralih meraih kursor untuk membuka tautan lain di laman internet yang masih aktif itu.

Lagi-lagi Auryn hanya bisa terdiam ketika tangannya membuka tautan berupa link kamera pengintai yang memperlihatkan kondisi ruang kerja penuh kubikel dan sebagian lampunya sudah dimatikan.

Hanya ada 3 meja yang lampunya masih menyala dan salah satunya adalah tepat berada dalam sorotan kamera pengawas yang seakan memang kamera itu ditujukan memang untuk mengintai pemilik meja itu.

Waktu memang masih menunjukan pukul 8 malam, jadi mungkin ada beberapa karyawan yang lembur. Tapi sepertinya itu bukan alasan yang masuk akal untuk Alceo memiliki tautan kamera pengawas dan mengawasinya secara pribadi dari sana.

Tidak lama kemudian, pertanyaan-pertanyaan di benak Auryn mulai terjawab ketika pemilik meja itu kembali membawa segelas cairan dan meletakan di atas meja lalu kembali fokus pada layar komputernya.

Meski hitam putih dan posisi wanita itu menyamping, Auryn sangat yakin kalau wanita itu adalah alasan yang masuk akal atas semua tingkah laku kakak kembarnya sekarang ini.

***

Megan menguap lebar-lebar dan baru berusaha menutup mulutnya begitu kuapannya berakhir.

Karena perbincangannya dengan Alceo di Pantry yang berakhir dengan Megan melempar dirinya sendiri ke jurang nestapa melalui ucapannya, Megan akhirnya tidak bisa fokus bekerja sehingga terpaksa lembur hingga pukul 11 malam untuk menyelesaikan laporannya.

Dan akibatnya sekarang? Ia berharap waktu berhenti tepat sebelum alarmnya berbunyi sehingga ia bisa lebih lama memejamkan mata di atas kasur nyamannya.

"Kau pagi hari ini, Meg," sapa Claire yang tiba-tiba muncul di samping Megan. "Atau jangan-jangan kau tidak pulang semalam?" Goda Claire sambil terkekeh.

"Aku bahkan tidak tahu apa aku sempat tertidur atau tidak. Setelah aku sadar, aku sudah berada di dalam bus dan berjalan ke perusahaan terkutuk ini. Sebulan lagi sebelum Magang berakhir, ya?" Suara Megan terdengar tidak bersemangat.

Claire diam-diam memperhatikan raut wajah Megan. Kemudian ia menepuk bahu Megan dan sedikit meremasnya. "Semangatlah. Aku berjanji tidak akan menyerahkan makananmu pada Mr.Tyler maupun memberi kesempatan pada Mr.Tyler untuk menghancurkan moodmu lagi," janjinya bersungguh-sungguh.

"Apa Mr.Tyler semenyebalkan itu?" Sebuah suara yang terdengar halus itu mengintrupsi dan membuat langkah kaki Megan juga Claire terhenti. Mereka menoleh ke belakang, kearah wanita berkaca mata hitam dan berambut coklat bergelombang yang barusan mereka lewati.

"Tidak bagiku, tapi bagi sahabatku ini, laki-laki itu sangat menyebalkan," sambar Claire dengan mulut embernya.

"Ah..."

Megan berdecak dan mencubiti lengan Claire. Barulah Claire sadar dimana dan siapa yang baru ia bicarakan.

"Tapi laki-laki itu terlihat baik. Aku ragu kalau ada wanita yang menganggapnya menyebalkan," gumam wanita itu sambil bersedekap. "Bahkan sepertinya, seluruh kaum hawa di dunia ini bersedia mendampinginya karena... apa lagi yang kurang dari Mr.Tyler? Dia kaya, tampan, muda, sukses, and he's a beast on the bed."

Megan memicingkan matanya. Ia mengenali sosok perempuan di depannya, sepertinya. Mungkin salah satu kekasih Alceo? Ya, mungkin... Tapi mendengar bagaimana wanita itu menggambarkan sosok Alceo di hadapannya, membuat Megan tidak nyaman. Ada rasa tidak suka dan tidak setuju atas pernyataan yang memang sulit diakuinya, kalau 100% wanita yang bertemu Alceo pasti memiliki pemikiran yang sama.

Tapi tidak dengan Megan.

"Begini, nona." Megan berdeham. "Tidak semua bisa dinilai dari penampilan luar dan apa yang terlihat. Laki-laki itu mungkin saja terlihat baik, lembut, dan menyayangi ribuan perempuan, tapi di dalamnya ia hanya laki-laki biasa yang-" kesepian? Apa itu kalimat yang tepat? Hanya karena Alceo pernah menceritakan mengenai keluarganya, dan memperlihatkan kekacauan tak kasat mata beberapa hari ini, membuat Megan merasa ia telah sok tahu mengenai Alceo.

"Laki-laki biasa yang...? Yang apa?" Desak wanita itu sambil menyunggingkan senyumnya.

Megan tergagap dan menggeleng. "Pokoknya, teori anda mengenai bahwa seluruh wanita akan bersedia mendampingi Mr.Tyler hanya karena apa yang terlihat diluar, anda salah. Karena ada wanita yang sedikit lebih waras untuk tidak terjatuh kedalam pesona palsu itu," jawab Megan mengakhiri perdebatannya.

Ia meringis dan merutuki dirinya dalam hati. Kenapa juga aku harus mengatakan itu semua? Semoga saja wanita ini tidak menganggap aku aneh dengan jawaban yang tidak nyambung itu.

Tanpa Megan duga, wanita di hadapannya tertawa dengan nyaring sambil memegangi perutnya.

Megan dan Claire saling bertatapan penuh kebingungan.

"Apa aku salah bicara?" Bisik Megan.

"Aku rasa, ketidak nyambunganmu atas pertanyaan dia yang membuatnya merasa bodoh sudah menanggapimu," balas Claire.

Megan kembali meringis.

"Jadi maksudmu, wanita-wanita yang jatuh cinta pada Mr.Tyler itu, tidak waras?" Tanya wanita itu begitu tawanya sedikit mereda. "Aku rasa aku mengerti sekarang," tambahnya sambil melepas kacamata hitam yang menyembunyikan mata Hijau bening di baliknya. "Apa kau punya waktu pagi ini? Aku ingin berbincang lebih jauh dengamu."

Megan dan Claire sedikit tercengang melihat wajah cantik wanita di hadapan mereka dengan sisa tawa yang nampaknya belum selesai.

"Ah, maaf aku belum memperkenalkan diri." Wanita itu tersenyum ke arah Megan sambil menjulurkan tangannya. "Namaku Auryn Marvella Tyler. Aku saudara kembar dari laki-laki menyebalkan yang baru kita bicarakan tadi."

Bola mata Megan membesar. Ia tambah tercengang dan ia bersumpah kalau ia ingin pura-pura pingsan detik itu juga.

***

Tbc

Semoga suka 🙏🙏🙏

Jangan lupa vote dan commentnya ya! Hihihi

Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]Where stories live. Discover now