Pertama

33.9K 1.9K 177
                                    

Sebuah cerita khayalan makhluk biasa, yang tak jarang menganggap dirinya istimewa. Hanya dirinya.

-HAYP-

Sebuah rasa yang sudah lama terlupakan, dibuang ke dasar terdalam. Berharap hanya sesaat.

-----

Dalam keadaan remang-remang, Paras menyusuri jalan becek berlubang kala itu. Diujung gang,lampu kuning itu bertengger di bambu tua dengan ikatan bekas ban disekelilingnya.

Tak perlu berjalan lama dari tempatnya berada, nampak rumah dengan pagar hitam. Tampak lampu dari dalam rumah sudah mati, mungkin penghuninya sudah terlelap.
Tak bersuara.

Hanya lampu dapur menyala. Seseorang turun dari atas, dengan daster andalannya.

"Baru pulang kamu?" tanyanya dengan mulut yang menguap.

"Iya mbak, berisik ya?" jawab Paras dengan cengiran khasnya.

"Engga ko, haus aja tadi"

Yang mendengar hanya ber-oh ria.

"Tadi ibu nungguin kamu loh, sampe-sampe ketiduran" Hanum memulai pembicaraan dengan gelas di tangannya.

"Loh, tumben banget mbak. Ada apa ya?" tanya Paras

"Mana mbak tau" jawab Hanum dengan hendikan bahu. Lalu berjalan meninggalkan Paras di dapur.

***

Beberapa menit yang lalu sebenarnya Paras sudah terbangun. Cuma rasanya dia enggan beranjak dari kasurnya. Ingin bermanja-manja kembali, mengingat aktivitas Paras yang tiada habisnya. Sebelum makhluk terkutuk mengganggunya.

Bayangkan saja!

Mulai dari bulu kemoceng yang masuk kedalam hidungnya, atau rasa asin yang berada diatas mulutnya. Lebih parah lagi, suatu pagi Paras tidak bisa bangun dari kasurnya.

Karna apa?!

Baju tidur yang dipakainya menyatu dengan spray tempat tidur. Mana ada sih orang yang punya kerjaan pagi-pagi dengan rajinnya menjahit baju terlebih sama orang-orangnya? Di kasur pula, kan sayang spray-nya jadi rusak. Hiks.. Hiks..

Apa Paras saking pulasnya tidur? Sampai tidak terasa sedikitpun.

Yaa harus di akui, Paras memang paling berbahaya saat tidur. Gempa sekalipun tidak mengefek baginya.

Makhluk satu ini seperti tidak ada habisnya mengerjai Paras, ingin rasanya ia membalasnya tapi apa daya, Paras selalu kalah dalam hal bangun tidur.

Paras mengerutkan dahinya, tampak tak suka dengan kehadiran sosok makhluk di depannya.

"Bangun keless.. Subuh jam berapee ini?" dengan tangannya yang mengacak-acak muka Paras.

"Ishh.. apaan sih, udah bangun dari tadi tau." sambil menghentikan tangan orang di depannya.

"Udah bangun sih, tapi mata sama pikiran masih di alam mimpi." ejek orang di depannya itu.

"Udah sana-sana, ga punya kerjaan apa? Bisanya gangguin orang aja." usir Paras ketus.

"Ya Allah, singa sesungguhnya sudah bangun rupanya. Kaborrr.." sosok di depannya menghilang dengan cepat.

***

Memang benar, hidup di kota-kota besar membuat semua orang malas beraktivitas. Belum lagi jika harus berhadapan dengan jalanan yang macet. Semua orang dibuat pusing olehnya.

Dan seharusnya pula, saat ini Paras sudah ada di meja kasirnya tepat setengah jam lalu. Apa boleh buat, pagi ini jalanan sudah padat seperti tak berkutik.

"Huft.." Paras membuang napasnya kasar.

"Kenapa sih bep, masih pagi muka udah lecek gitu?" kata Sela melihat Paras yang baru saja tiba di toko Bunda Bakery.

Sela menghampiri Paras sambil menyenggol tangan temannya itu. "Semangat dong.." sambil menunjukan senyum lebarnya.

"Kurang piknik nih, hehehe" jawab Paras asal.

"Sabar beb, sebentar lagi tanggal tua akan segera berakhir, so keep smiling for that." Sela menarik bibirnya ke sudut pipinya.

"Ngobrol teruss.. Kapan kerjanya nona-nona?" sela Marco yang baru saja tiba.

"hellow.. Lo sendiri apa kabar? Berangkat kerja siang mulu, sekalian aja gausah." jawab Sela tak kalah sewot.

"Kalo ga kerja, nanti neng Sela kangen lagi sama abang ganteng ini." goda Marco

"Ada-ada aja lo berdua." kekeh Paras melihat tingkah keduanya.

Hari semakin terik, terlihat antrian panjang di depan kasir, toko roti tempat Paras bekerja memang tak pernah sepi dari pelanggan. Terutama jam-jam sibuk seperti ini, tak ada istirahat baginya.

Pria bersetelan kemeja dongker berjalan ke arah meja kasir tempat Paras berdiri.

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" sapa Paras ramah.

Pria di depannya menyodorkan barang belanjaannya. Seperti tak mau menjawab. Lalu pria dihadapannya mengeluarkan telpon pintarnya. Apa boleh buat, Paras sudah terbiasa akan hal tersebut.

"Semuanya total 76.500 rupiah."

Pria didepannya mengeluarkan selembar uang seratusan. Belum sempat Paras mengembalikan kembalian pria tersebut, sosok pria dihadapannya menghilang begitu saja.

Loh, kemana perginya? Batinnya.

Paras mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencari pria berbaju dongker dihadapannya tadi. Matanya menangkap sosok tersebut, Paras segera berlari mengejar pria tersebut.

Dari arah yang berbeda nampak sebuah mobil sedan putih melaju kencang kearahnya. Paras yang tidak menyadari hal itu diam terpaku saat sebelum tangan kekar menarik tubuhnya ke pinggir jalan.

Deru nafasnya tak beraturan, maniknya berkaca, kejadian itu hampir terulang. Untung saja ada yg meraihnya.

"Mba-nya engga papa?" pria disampingnya bersuara.

***

Thank you for your vomen 💕
-HAYP-

BOSS-AN PAK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang