Part 20b:Say Yes

8.8K 1.2K 176
                                    

Nafas Dimitri dan Reefa masih menderu dan tubuh mereka berdua lembab oleh keringat setelah cumbuan panas yang dilakukan mereka tadi. Reefa mendengarkan jantung Dimitri yang berdetak kencang berangsur melambat.

"Mengapa tidak kamu lakukan, Dimka? Aku rela menyerahkan semuanya padamu." tanya Reefa lembut, sambil membelai dada laki-laki itu.

Dimitri terkekeh, "Tidak. Jangan goda aku untuk melakukannya. Aku bersumpah pada diriku dan aku pernah berjanji pada ayahmu untuk menjagamu."

"Maksudmu?" Reefa setengah bangkit dari posisinya, tangannya masih bertumpu pada dada laki-laki itu. Ia menatap mata Dimitri bingung.

"Kamu tahu, Reefa. Ayahmu pernah memintaku untuk menjagamu tetapi aku tidak melakukannya, aku hanya..." Dimitri sejenak terdiam, ia ragu meneruskan kata-katanya kembali.

"Aku tahu, Dimka. Aku tahu kamu yang mengirimkan uang pada kami tiap bulan." Reefa tersenyum tipis dan hal itu sangat mengejutkan Dimitri. Tapi saat ini ia tidak ingin bertanya darimana Reefa mengetahuinya.

Dimitri menarik nafasnya, membelai lengan telanjang Reefa. Reefa terlihat sangat seksi, dengan rambut acak-acakan dan mata yang terlihat mengantuk. Lalu laki-laki itu menyadari rona kemerahan yang menyebar di kulit halus gadis itu. Bukan rona karena hisapannya, memang ada bercak merah kehitaman yang dilakukan Dimitri tadi. Tapi rona ini adalah ciri khas kulit Reefa, tanda ia mulai malu atau merasa bergairah.

"My Scarlett Honey..." bisik Dimitri, mengagumi rona kemerahan itu. Ia menelusuri kulit Reefa kembali dan benar saja rona itu muncul seiring dengan belaian jemarinya.

Reefa tersadar, bahwa Dimitri sedang menggodanya.

"Kamu memujiku atau menginginkanku lagi, Dimka?" Reefa menahan senyumnya, lalu kembali merebahkan kepalanya di dada Dimitri.

"Tentu saja memujimu. Aku tidak berani lagi untuk menggodamu. Mungkin besok kita harus cepat-cepat memanggil penghulu." Dimitri terkekeh, ia mencium puncak kepala Reefa.

Reefa memejamkan matanya, ia merasa sangat lelah dan tak lama terdengar dengkuran halus dari gadis itu. Tawa kecil keluar dari bibir Dimitri, lalu pelan-pelan ia melepaskan belitan tangan dan kaki Reefa pada tubuhnya. Ia tak berani menjamin diri sendiri untuk dapat menahan diri.

Laki-laki itu segera menyelimuti tubuh Reefa lalu ia duduk di pinggir ranjang, memandang wajah damai Reefa yang tertidur. Dimitri tahu ia sanggup melakukan apa saja untuk Reefa termasuk menahan hasratnya malam ini. Dan laki-laki itu ingat dia harus menanyakan darimana Reefa tahu kalau dirinya yang mentransfer sejumlah uang semenjak kematian ayah gadis itu.

***

Reefa terbangun, menyadari bahwa ia tidak mengenakan pakaian sama sekali dibalik selimut yang membungkus tubuhnya. Tersenyum mengingat apa yang terjadi antara dirinya dan Dimitri tadi malam, lalu ia menggigit bibirnya malu melihat bercak merah kehitaman bertaburan di kulitnya yang jernih. Reefa mendengar suara seseorang yang sibuk di dapur dan menebak itu pasti Dimitri. Reefa kembali tersenyum dan menebak sarapan apa yang dipersiapkan Dimitri untuknya.

Reefa segera turun dari tempat tidur, mengenakan kimono milik Dimitri yang sangat terlihat sangat besar di badannya yang kecil. Lalu ia menyelinap diam-diam tanpa suara menuju dapur. Dimitri sedang membelakanginya, seperti biasa sedang memasak.

"Mmm... masak apa, Dimka?" Reefa memeluk Dimka dari belakang dan membuat laki-laki itu sedikit terkejut.

"Ya ampun, hati-hati Reefa... kamu bisa terluka kalau mengagetkanku seperti ini." Dimitri segera meletakkan wajan dan mengecup hidung Reefa. Dimitri melihat Reefa dengan tatapan gemas, gadis itu terlihat imut dalam kimono miliknya.

A Perfect LieΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα