maybe

205 33 9
                                    

"Jihoon-ah ?? Jihoon-ah ??"

Jihoon menolehkan kepalanya ke arah sahabatnya yang terlihat kebingungan dengan sikap Jihoon.

"Park Jihoon, kau tidak mendengar panggilan saya ?"

Lalu ia mengalihkan pandangannya ke arah Kang Saem yang sedang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Ah-ah ne saem, maafkan saya." Jihoon membungkukkan sedikit kepalanya.

"Kalau begitu, silakan kerjakan soal nomer dua di depan."

Mata Jihoon membulat. Itu artinya ia akan bersebelahan dengan Jinyoung yabg sedang mengerjakan soal di depan sana.

Dengan langkah perlahan, Jihoon melangkahkan kakinya ke depan. Ia memandang Kang Saem sebentar lalu mengambil spidol dan berdiri di samping Jinyoung.

Ia kembali menatap Jinyoung terlebih dahulu sebelum ia menatap soal yang berada di depannya ini.

Beberapa saat setelah itu, ia mulai mencorat-coret papan yang kosong untuk menjawab soal di depannya.

Tetapi bukannya melanjutkan pekerjaannya, Jihoon malah terdiam karena ia sedang berusaha menetralkan detakan jantungnya yang berdetak dengan sangat cepat saat ini.

'Apakah benar dia Bae Jinyoung ? Jinyoung-ie ?' batin Jihoon, lagi-lagi ia melihat Jinyoung yang sedang serius mengerjakan soal di sampingnya.

Dan untuk Jinyoung sendiri, ia merasa seperti diperhatikan oleh seseorang yang berada di sampingnya ini dan itu membuat dirinya merasa tak nyaman dan berpikir 'apa dia baik-baik saja ? Dia sehat kan ?'.

Setelah itu, karena ia sudah tidak tahan lagi diperhatikan seperti itu, akhirnya Jinyoung menatap seseorang yang memperhatikannya itu.

Jinyoung menatap mata itu, mata yang sudah tergenangi oleh air mata dan Jinyoung menyadari itu. Dan di saat ia menatap kedua mata itu, ia merasa seperti masuk ke dalamnya dan jantungnya berdegup tidak normal, tetapi dengan cepat ia mengindahkan perasaan itu.

"Ada apa kau memandangiku ? Ada yang salah denganku ?" Tanya Jinyoung.

"A-ani.. aniya." Jihoon mengalihkan pandangannya ke arah papan dan berusaha fokus ke soalnya. Ia berusaha untuk tidak menangis karena jika satu kedipan saja, ia yakin air matanya akan jatuh dan itu akan membuat semua orang dikelasnya akan bingung.

Tapi semakin Jihoon mencoba untuk menahannya, semakin kuat juga air mata itu mengalir. Dan akhirnya Jihoon keluar dari kelas dengan air mata yang bercucuran. Semua orang di kelas itu tak terkecuali Jinyoung pun heran dan penasaran akan kepergian Jihoon yang mendadak.
.
.
.
"Hiks.. hiks.."

Jihoon sedang menangis di taman belakang sekolah tanpa ditemani siapapun karena sekarang waktunya untuk pelajaran, tapi ia tidak peduli itu.

" Hiks.. apa yang sedang kau rencanakan Tuhan ? Hiks.. apa hiks.. apa benar dia Jinyoung ? Hiks.. "

Sungguh dia tidak mengerti dengan ini semua. Tiba-tiba ia melihat Jinyoung di kelasnya dan berbicara dengannya. Padahal ia melihat secara langsung dan dengan kedua mata hidungnya sendiri kejadian kecelakaan dan pemakaman Jinyoung.

Apakah ia sedang dipermainkan ?

Itulah yang ada dipikirannya saat ini.

Jihoon masih menangis disana sampai sebuah sapu tangan berada di hadapannya.

"Ini."

Jihoon menatap seseorang yang memberinya sapu tangan ini dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Ini, pakailah. Tenang saja sapu tangan ini tidak bau."

Jihoon melihat sapu tangan itu dan akhirnya ia menerima pemberian sapu tangan dari seseorang yang sekarang duduk di sampingnya.

Sequel : Time spent walking through memories [END]Where stories live. Discover now