14. Break

1.9K 130 14
                                    

Aku menangis meratapi takdir
Merasakan seakan dunia ini tak berarti lagi
Hanya kesedihan dan kekecewaan yang setia menemaniku
Sungguh aku tidak mengerti hati ini
Diam dalam keheningan
Awalnya kamu sempurna dimataku
Hingga aku terlena dengan ini semua
Tapi sekian lama kita bersama
Semua itu sirna..
Kamu menghancurkan segalanya
Mungkin ini takdir kita
Bahwa kita tidak akan pernah bersatu
Biarkanlah ini menjadi kenangan termanis seumur hidupku. Sendiri.

"What's up man?" Kata seorang pria yang baru saja memasuki mansion William, "hai mich, sudah lama tidak bertemu!" Sapa pria itu pada mereka.
"Hai, rick!" Michellyn menyapa balik dengan sangat ramah.
"Ck! Kenapa kau bisa masuk? Seenaknya saja!" Ucap William dengan nada ketus.
"Calm down, bro." Kata Ricky , "i've surprise for you. And i believe kau bakal terkejut."
William menatap Ricky,lalu menatap Michellyn "babe, aku ke ruanganku dulu." Ucap dia seraya mengecup singkat bibir Michellyn. "Oke babe" balas Michellyn.

"What?" Tanya William dengan malas. "Jadi gini, Wil. Aku berharap kau tidak akan terkejut dan meradang aku ya-" belum sempat Ricky selesai berbicara, sudah dipotong oleh William, "Ck! Jangan basa-basi! Intinya saja!" Ucapnya dengan jengkel.
"Okay. Jadi, Michellyn selingkuh. Selesai." William langsung mematung dan menatap Ricky tidak percaya. "Tidak percaya? Ini buktinya!" Kata Ricky sambil melempar sebuah amplop coklat besar. Dan benar saja, saat William membukanya, terlihat Michellyn sedang bercinta dengan seorang pria dan di foto lain, Michellyn mengecup bibir pria itu dengan panas di salah satu Cafe Prancis.
"Sudah! Se-le-sai!" Kata nya sambil membuat gaya end pada lehernya. "By the way aku ingin bertemu dengan Grace. Dimana dia?" Tanya Ricky yang tidak di gubris sama sekali oleh William yang masih mematung melihat foto tersebut, "yasudah! Akan ku cari sendiri! I hope you enjoy it my bro!" Ucap Ricky sambil terkekeh lalu meninggalkan William sendirian di ruangannya.

"Dimana ya dia" gumam Ricky saat mencari Grace tetapi tidak kunjung dapat.
Ricky pergi ke arah dapur untuk mencarinya, tanpa sengaja, dia mendengar seorang menangis dari arah belakang dapur. Rasa ingin tahu yang amat tingginya itu datang, langsung saja dia melihat apa yang sedang terjadi.
"Grace?" Ucap Ricky saat dia mendapati Grace sedang menangis di pundak Sella.
"Kau kenapa?" Tanya Ricky, "oh! Hi sella!" Lanjut Ricky yang di balas senyuman oleh Sella. "Ricky?" Ucap Grace saat tangisnya berhenti ketika pria tersebut datang dihadapannya. "Sudah lama sekali kita tidak berjumpa" kata Ricky sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal, mengingat masa lalu membuat dirinya dan Grace merasa canggung. Ricky merasa dia sangat jahat dulu kepada Grace sampai-sampai ia kehilangan ayahnya, secara tidak langsung. "Oh, hai" dia masih mampu berkata saat hatinya sedang remuk, lalu ia  tersenyum hambar ke Ricky.
"Kenapa kau?" Tanya Ricky sekali lagi. "Nothing, i'm fine." Ucap Grace sembari tersenyum.
"Karena William?" Tanya Ricky dengan menaikkan satu alisnya.
Entah mengapa, mendengar nama William, bawaanya ingin menangis. Tangisan yang baru saja terhenti, terulang lagi.
"Apa dia melukaimu? Katakanlah!" Desak Ricky yang membuat tangisan Grace menjadi-jadi. "Oh god! Dia berbuat apa kepadamu sampai kau begini? Sel, tell me or i'll kick his ass now!"ancam Ricky yang membuat Sella kebingungan.
Paksaan demi paksaan, akhirnya Sella menceritakan semuanya kepada Ricky. Grace tidak sanggup bercerita karena sudah terlalu lelah menangis. "Sabarlah, Grace. Look! Later i'll kick his ass. Damn it!"umpat Ricky yang daritadi tidak berhenti. "Sekarang, kamu bereskan semua barangmu. Pindahlah ke apartku, aku tidak akan macam-macam dengamu. Tenang saja. Mungkin itu akan bisa menenangkan jiwamu." Lanjutnya dan kata tu berhasil membuat Grace melongo tak percaya.
Seorang Ricky? Sahabat William membantunya?
Awalnya ia hendak menolak, tapi jika dipikir-pikir, mau dibawa kemana saja Grace sudah pasrah, asalkan tidak di mansion ini. Melihat wajah William saja dia sudah hancur dalam hitungan detik. Akhirnya dia menggangukkan kepalanya tanda setuju.

Disisi lain, tangan William mengepal melihat foto tersebut. Itu bukanlah hasil photoshop ataupun edit. Wajahnya memerah menandakan akan segera meledak jika Ricky tidak masuk kembali ke ruangannya dengan membanting pintu ruangannya.
"Damn you! Kau melukai hati Grace? Fuck you! Kau sangat tidak memiliki perasaan, bisakah kau sedikit saja memperhatikan keadaan Grace? Dia membuatmu apa sehingga kau menghancurkan hatinya dengan begitu kejam? Sudah cukup kau membunuh ayahnya! Dan sekarang ku ingin membunuhnya? Tidakkah satu jiwa sudah cukup untukmu? Kau sungguh tidak berperasaan! Hanya karena perempuan jalang itu kau melukai hatinya? HAHA! Makanlah cintamu dengan jalang itu sampai kau puas. And now, i'll take Grace." Bentak Ricky pada William, lalu William menatap Ricky dengan wajah menyesalnya karena telah berbuat kasar pada Grace. "Jangan kau menyentuh Grace." Kata William dengan mengepalkan tangannya.
"Haha! Aku hanya membantu dia bebas dari penderitaannya yang selama ini kau ciptakan" ucap Ricky yang membuat emosi William semakin memuncak.
"APA KAU BILANG?" teriak William sangat keras sampai membuat Michellyn masuk tergesa-gesa. Saat Michellyn masuk ke dalam ruangan tersebut, matanya membelak tak percaya jika William sudah mengetahuinya, dia menegang dan tidak tahu harus berbuat bagaimana.
Sedangkan Grace yang daritadi sudah menunggu Ricky dan mendengar obrolan mereka itu, dia menegang. William membunuh papa?
"Okay. Terserah apa katamu. Aku tetap akan membawa Grace pergi dari neraka ini."ucap Ricky tak mau kalah, "sudah siap?"tanyanya pada Grace lalu di balas anggukan oleh Grace. Ricky memegang tangan Grace yang dingin bagai es lalu menariknya keluar dari ruangan tersebut.

Tiba-tiba, Bahu Ricky dicengkram oleh William kuat sehingga dia menghadap William. Langsung, sebuah tonjokkan mendarat pada wajah Ricky "sudah kubilang, jangan bawa dia atau kau akan mati sekarang!"ucap William santai tetapi bernada membunuh. "Mau aku mati sekalipun, tidak apa-apa. Asalkan Grace bisa terbebas dari sini." Kata itu mampu membuat beberapa pukulan mendarat pada wajahnya kembali.
Tidak tahan dengan itu, Grace langsung berteriak, "BERHENTI KAU! SUDAH CUKUP KAU MELUKAIKU!." Lalu ia melembutkan suaranya, "dan, ternyata kamu orang yang telah membunuh papa? Seorang CEO terhormat membunuh saingannya? And now aku sudah tau semuanya. Kita selesai. Uang 5juta dollar yang kau keluarkan untuk menarikku keluar dari club, akan ku usahan secepatnya. Terimakasih." sambungnya sambil mengeluarkan air mata lalu membantu Ricky untuk bangkit dan pergi.

"Tidak seperti yang kamu dengarkan, Grace" ucap William lirih sambil memegang pergelangan tangan Grace. Tanpa rasa kasihan, Grace langsung menepisnya kasar, "jangan pernah kau menemuiku lagi!" Kata Grace lalu meninggalkannya.
Saat itu juga, mata William serasa penuh oleh air. Tidak pernah ia merasakan hatinya terluka amat dalam seperti ini. Seseorang yang ia cintai pergi karena keegoisannya. Memilih seorang penghianat dibandingkan seorang yang tulus mencintainya. Itu salah besar.

Sebuah tangan mengelus pundak William dari belakang, tangan tersebut langsung di cengkram kasar oleh William. Lalu ia membalikkan tubuhnya dan mengepalkan tangannya, "and for you, kita selesai. Ini adalah akhir dari hubungan kita. Mengerikan bukan? Iya" kata William dengan lesu lalu pergi meninggalkan Michellyn yang menangis sambil memanggil nama William yang tidak dia gubris.




Happy reading❤️😘
  Vote and comment nya dong ☺️

Our PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang