Alceo mengikuti langkah Megan. Ia tidak tahu apa ia harus memanggil Megan sambil tersenyum ramah seperti biasa, atau berjalan melewati wanita itu sampai Megan menyadari kehadirannya, atau Alceo harus memeluknya?

Megan berjalan tergesa-gesa sambil menatap jam tangannya berulang kali. Ia lupa mengirimi Ed laporan marketing Minggu lalu yang harus Ed Evaluasi dan kirimkan ke atasan mereka besok. Meski Megan sudah memiliki atasan baru, dan Ed sudah berada di DC, tapi proyeknya tetap di pegang oleh Ed sampai proyek itu selesai.

Pekerjaan Megan terbengkalai karena ia kehilangan fokus setelah kunjungan terakhirnya ke lantai 30 minggu lalu. Sampai sekarang, bahkan Megan masih diam-diam mencari keberadaan laki-laki itu meski Megan tahu, kehadiran laki-laki itu tidak akan mengubah apapun.

Megan terlalu fokus pada jam tangan dan pikirannya hingga ia tidak menyadari kalau langkahnya diikuti, dan semua mata sedang menatap kearahnya. Atau lebih tepatnya lagi, ke arah seseorang di belakangnya.

Megan bermaksud menekan tombol lift ketika sebuah tangan yang terlihat kuat dan kokoh, terlebih dahulu terjulur menekan tombol kecil itu.

Sebuah wangi familiar yang sanggup membuat Megan menahan nafas sebelum spontan menoleh kearah pemilik tangan itu.

"Selamat pagi," sapa Alceo sambil tersenyum ramah.

Megan salah kalau mengira kehadiran laki-laki itu tidak akan mengubah apapun. Karena pada kenyataannya, laki-laki itu telah mengubah perasaan gusarnya menjadi lebih tenang begitu melihat wajah laki-laki itu. Dan juga, rasa rindu yang Megan rasakan semakin terasa membengkak dan menyesakkan.

Wanita itu beruntung sekali karena bisa merasakan langsung milik Mr.Tyler dan bahkan kini wanita itu bisa mengandung anak Mr.Tyler.

Ucapan karyawan di lantai 30 kembali menampar Megan bolak-balik. Bersamaan dengan itu, suara denting pintu Lift yang terbuka juga ikutan menendang bokongnya hingga ia terjerembab keluar dari angan-angannya ke kubangan kenyataan yang pahit.

Alceo mendahului Megan untuk masuk kedalam lift kosong. Tidak ada karyawan lainnya yang ikut masuk, termasuk Megan.

"Kau tidak masuk, Ms.Penelope?" Tanya Alceo.

Seperti robot, Megan refleks menggeleng untuk menjawab pertanyaan Alceo.

Namun Alceo tidak menerima penolakan sebagai jawaban, karena ia sudah cukup menahan dirinya untuk tidak memeluk Megan, dan menciumi wanita itu. Maka yang ia lakukan setelahnya adalah menarik lengan Megan hingga wanita itu masuk kedalam lift bersamanya, dan menutup pintu lift dengan cengiran lebar.

"SIR!" pekik Megan terkejut. Ia melepas cengkraman Alceo dan langsung bergerak menjauh, sejauh-jauhnya yang ia bisa.

"Ada apa? Aku kira kita sudah berbaikan semenjak kejadian di Los Angeles lalu, Ms.Penelope?" Tanya Alceo seraya mengernyit melihat wanita didepannya yang sama sekali tidak mau menatap kearahnya.

Megan tidak menjawab. Ia mengusap bekas jemari Alceo yang menggenggam lengannya tadi, kemudian ia bergerak untuk menekan tombol lift.

Alceo segera menghentikan gerak tangan Megan dengan menghadang tombol lift menggunakan tubuh besarnya sehingga jari telunjuk Megan menusuk dada Alceo.

Alceo mendesah kecil sambil menyentuh jemari Megan di dadanya lalu ia tersenyum menggoda. "Aku tidak tahu kalau kau bisa seagresif ini. Tapi disana bukan titik terlemahku. Tapi di-"

Megan segera menarik tangannya sebelum kehangatan tangan Alceo juga rasa rindunya pada laki-laki nakal satu itu membuat dirinya buta.

"Mr.Tyler, maaf dan permisi. Saya harus bekerja. Dan saya bisa sampai di lantai saya kalau anda menghalangi-"

Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]Where stories live. Discover now