Aku berencana untuk pergi ke kafe yang menjual makanan di dekat sini. Tidak membutuhkan waktu lama sekitar 10 menitan, akhirnya kami sampai. Aku memang sudah biasa untuk makan di kafe ini. Kamipun menyegerakan untuk masuk ke dalam kafe tersebut.

"Hei Ruu, kenapa kita ke sini? Bukankah sebaiknya kita ke warung makan saja."

"Tenang saja. Disini makanannya enak enak kok, dijamin."

Dia kemudian mengangguk mendengar penjelasanku. Kami pun duduk dan memesan makanan saja. Tak lama kemudian , datanglah seorang pelayan menghampiri kami.

"Silahkan mas, ini menunya. Silahkan dipilih mas."

Aku kemudian membolak balik menu sambil melihat menu apa saja yang sepertinya enak untuk dimakan.

"Yang ini mbak, saya pesan mi kuah spesialnya sama jus jeruknya saja. Kalau kamu taka mau pesan apa?."

Dia kelihatan masih berfikir dan masih bingung ingin memesan apa. Aku berniat untuk memesankannya saja tapi dia tidak mau.

"Baiklah, aku pesan nasi goreng dengan the manisnya saja."

Kemudian pelayan itu mencatat pesanan kami dan pergi. Akupun mengambil handphone ku dan mengecek pesan masuk yang ada. Sekilas aku melihat apa yang sedang Taka lakukan. Namun saat beberapa kali aku memergokinya sedang merasa gelisah. Akupun berniat menanyakan keadaannya.

"Hei, kenapa kau terlihat begitu gelisah."

"Ah, itu anu.... Aku merasa takut."

"Takut? Kenapa kau takut. Apakah ada orang yang mengganggumu?."

"Ah bukan... bukan seperti itu tapi hanya saja aku... aku merasa takut menghadapi UN nanti."

"Kenapa kau harus takut akan hal seperti itu?."

"Aku takut jika nanti ada kesalahan di saat aku mengerjakan soal nanti atau aku tidak tahu menjawab soal yang ada."

Aku kemudian mengambil tangannya dan menggenggamnya. Aku menatap matanya dengan pandangan penyemangat untuknya.

"Untuk apa kau takut akan hal seperti itu. Bukankah kau ini sangatlah pintar dan bisa menjawab soal yang ada. Kenapa kau harus takut tentang hal ini? Kau adalah kau Taka dan bukan orang lain. Kau hanya harus percaya pada dirimu saja, kemampuanmu dan otakmu itu."

Dia kemudian membalas genggamanku dan membuat matanya sedikit berkaca kaca.

"Ruu, terima kasih."

Aku tersenyum kepadanya dan memberinya terus semangat.

"Eh... ekhem. Permisi mas, ini pesanannya."

Aku langsung melepasklan tanganku saat pelayan datang menghampiri kami. Aku langsung mengambil pesanan dan menyimpannya di atas meja. Setelah pelayan itu pergi, aku pun berniat untuk mulai untuk makan.

"Baiklah, selamat makan."

Akupun segera melahap makananku. Kami berdua makan dengan tenang dan tanpa adanya pembicaraan. Namun kelihatan sekali bahwa Taka sangat kelaparan dan makan dengan sangat lahap. Lihatlah, dia makan dengan berantakan sampai di mulutnya banyak nasi yang menempel. Aku berinisiatif untuk membersihkan nasi yang ada pada bibirnya itu. Aku mengulurkan tanganku dan mulai membersihkan nasi pada bibirnya. Seketika aku tersadar bahwa aku sedang berada di tempat umum dan banyak orang yang melihat. Akupun menghentikan kegiatanku dan menarik tanganku kembali.

"Ma-Maaf, tadi hanya saja ada nasi di sana. Makanya! Kalau makan yang bersih sedikit dan jangan sampai blepotan seperti itu. Kau tahu itu tidak baik."

"Ba-Baiklah. Aku minta maaf dan akan makan dengan perlahan."

Kami pun kembali melanjutkan makan kami. Aku harus terlihat biasa biasa saja dan jangan sampai terlihat gugup di depannya. Bisa bisa wibawa aku di depannya berkurang karena aku gugup. Tidak! Itu tidak boleh sampai terjadi.

Side Story

" Eh, kau lihat tidak pelanggan disana? Mereka romantis banget."

"Maksud kamu dua laki laki itu? Kamu gila yah, mana mungkin sesama laki laki itu menjadi pasangan."

"Dasar goblok yah kamu. Ya iyalah bisa tau, dasar kudet."

"Dasar cewek aneh, bukannya cowok sama cewek ini malah suka lihat cowok sama cowok. Dasar wanita edan."


Update Minna......
Yaps... tinggal satu chapter lagi hingga akhirnya cerita ini tamat
Huhu... pastinya kangen sama kelakuan mereka berdua.

Baiklah semua, mohon bantuannya yah......
Okay.


-Gee-

Be A Cool Boy : The BeginningWhere stories live. Discover now