***

Megan sedikit terkejut begitu ia keluar dari kamar motel dan mendapati punggung bidang Alceo sedang membelakanginya sambil bersandar di kayu penyangga.

Alceo berbalik, membuat Megan semakin salah tingkah.

"P-p-pagi Mr.Tyler," sapa Megan. Sayangnya, sekuat apapun Megan, ia sepertinya tidak bisa melupakan perbincangannya yang semalam dengan Alceo.

Alceo menarik senyumnya dan mengangguk. "Pagi. Kau sudah siap? Kita bisa berangkat sekarang."

Megan melirik dan mendapati sebuah mobil sedan sudah terparkir di depan kamar mereka. Mobil yang berbeda dengan mobil semalam. Mungkin ini yang Alceo maksud dengan 'meminta bantuan'. Meminta mobil pengganti sementara mobilnya rusak. Hidup orang kaya memang semudah itu, kan?

Megan mengangguk kecil kemudian mengikuti Alceo yang sudah terlebih dahulu berjalan ke arah mobilnya.

Sepanjang perjalanan, Alceo dan Megan sama-sama terdiam. Namun keterdiaman Alceo terasa berbeda. Laki-laki itu nampak absen ketika Megan mencuri lirik kearahnya.

Alceo bahkan tidak berbicara apapun hingga Mereka sampai di hotel tempat anggota Tim Advertising Tyler menginap.

"Terima kasih, Mr.Tyler," ucap Megan seraya melepaskan sabuk pengamannya.

Alceo mengangguk dan mengulas senyumnya lagi. "Kau masuklah. Semua pasti khawatir dengan keadaanmu."

"Anda tidak turun?"

Alceo menggeleng. Ia menghadap kedepan lalu menghela nafas. Helaan nafasnya terdengar berat di telinga Megan. "Ada masalah yang harus aku selesaikan di Los Angeles," gumam Alceo datar.

"Masalahnya sangat berat, ya?" Tanya Megan tanpa bisa ia kendalikan.

"Kurasa..." Alceo menghela nafasnya untuk kesekian kalinya, lalu melirik Megan sambil mengulas senyum. "Kau mengkhawatirkanku sekarang?"

"T-tidak! Aku hanya-"

Alceo membungkam bibir Megan dengan kecupan. Kecupan kecil yang berubah menjadi lumatan dan dengan cepat Alceo menarik dirinya sebelum ia kembali membuat masalah dengan menarik Megan ke salah satu kamar di hotel ini.

"Maaf, tapi aku memerlukan itu," gumam Alceo pelan. "Untuk menyemangatiku melewati hari ini, dan juga esok," sambungnya sambil terkekeh kecil.

Tidak seperti Megan yang biasanya, Megan sedikit terbengong akibat kecupan dan lumatan yang akal sehatnya tidak bisa tolak. Megan seharusnya mendorong dan menampar Alceo sebagaimana mestinya. Tapi yang Megan lakukan adalah, ia menjulurkan tangannya, menepuk Bahu Alceo sambil bergumam, "semua akan baik-baik saja." Megan tersenyum.

Alceo menarik senyumnya. "Apa kau sudah jatuh cinta padaku?" Tanyanya.

Tangan Megan berhenti menepuk bahu Alceo dan senyumannya juga memudar dengan cepat. "In your dream! Seharusnya aku tidak perlu mengkhawatirkanmu dari tadi. Apa yang 'semua akan baik-baik saja'? Tidak akan ada yang baik-baik kalau itu menyangkut hidung belang sepertimu," gerutu Megan seraya berbenah diri keluar dari mobil Alceo dan di akhiri dengan suara pintu yang ditutup kencang oleh Megan.

Alceo terkekeh. Kaca jendelanya dibuka kemudian ia berteriak memanggil Megan yang sama sekali tidak menengok ke arahnya lagi.

Megan berbalik dengan wajah ketusnya. "Apa?!"

"Aku senang bisa mengenalmu," ucap Alceo. "Jangan jatuh cinta padaku, ok?"

"Dalam mimpipun tidak, Hidung belang!!" Pekik Megan tertahan. "Hati-hati dijalan, dan selamat jalan!" Ketus Megan lalu ia melanjutkan langkahnya.

Bad Boy CEO And I [#MFFS 3]Where stories live. Discover now