Aku tertunduk menahan air mataku.

"Apa maksudnya?" Mama mengeryit belum paham.

"Mama tahu Ayana Jayanti? Penyanyi terkenal itu? Mama ingat perusahaan tante Vina pernah ngundang dia nyanyi waktu acara ulangtahun perusahaannya? Nah perempuan itu. Dia punya fans jutaan, Ma dan sekarang semua orang udah tahu kenapa pacarnya mutusin dia. Itu semua karena...." Aldo menahan kata-katanya sambil memandangku.

"Itu nggak benar Bang! Media-media murahan itu yang suka memasang foto orang sembarangan. Seharusnya kita bisa tuntut mereka!" Tania tiba-tiba meradang.

"Kamu belain dia?"

"Tapi memang itu nggak benar. Laki-laki itu namanya Rama! Mama ingat tante Nia dan Om Reno? Tetangga kita di Tebet. Rama itu ponakannya. Dia mengenal baik Ava sejak belasan tahun lalu. Dan..."

"Cukup!" Teriakan Mama langusng memutus penjelasan Tania. Mama kemudian mengarahkan pandangannya ke arahku. "Kamu pacaran dengan dia?"

Aku menggeleng.

"Mereka nggak pacaran Ma. Rama yang menyukai Ava!" Tania mencoba membelaku namun sepertinya Tania salah langkah karena kata-kata itu justru membuat wajah Mama menegang.

"Saya seperti familiar dengan cerita ini." Suara Mama terdengar berat. "Nggak mungkin foto itu menyebar kalau...."Mama berhenti sejenak.

"Mama lihat sendiri foto-foto ini." Aldo mendekati Mama dan menunjukkan sesuatu di ponselnya. Aku sendiri tidak tahu foto seperti apa yang sedang mereka lihat. Seingatku peretemuan kami tadi hanya sekejap dan tidak ada interaksi berarti.

Beberapa detik kemudian. Mama memandangku kembali dengan tatapan yang tajam dan penuh kemarahan. Ia tidak berkata apa-apa namun langsung berjalan masuk ke kamarnya.

"Kamu lihat sendiri kan? Kamu sudah membangkitkan trauma Mama. Kamu masih mau tinggal di sini?" Aldo berkata sinis penuh kemenangan. Tania berjalan ke arahnya dan menyambar ponsel di tangannya. Ia menatap layar itu cukup lama dan memandangku. Aku tidak tahu apa arti tatapan Tania namun aku memilih berlari ke kamarku.

Aku mencari ponselku dan mulai mencari-cari foto-foto yang dimaksud. Dan setelah melihatnya, aku memejamkan mataku dan membiarkan genangan air yang menggantung di sana perlahan menetes keluar. Aku tidak pernah tahu Rama memandangku seperti di foto ini. Ini hanya momen beberapa detik yang kemudian dengan tepat ditangkap oleh kamera. Dan ternyata tidak hanya foto saat kejadian kemarin namun media-media itu mulai mngorek dokumen lama meraka dan mereka menemukan sosok yang sama yang tertangkap kamera mereka beberapa waktu lalu saat mereka pertama kali menemui Rama untuk konfirmasi. Ya, saat itu aku bahkan menghindar secara diam-diam namun aku salah aku masih tertangkap oleh mereka. Dan kejadian kemarin seperti potongan terakhir dari puzzle skandal cinta Ayana dan Rama. Aku adalah jawabannya. Mereka tentu saja dengan mudah mengambil kesimpulan. Aku adalah orang ketiganya. AKU! Dan tinggal tunggu waktu saja mereka akan mengorek pertemuanku dengan Rama.

"Ava." Tania muncul di ambang pintu kamarku.

"Mama kembali membenciku."

"Jangan bilang seperti itu." Tania mendekatiku dengan membawa kotak obat. "Gue obati dulu luka di bibir lo. Keterlaluan banget emang si Aldo..." Tania mendesah kesal.

"Aku....sebaiknya memang aku nggak kembali ke rumah." Kataku sedikit menyesal.

"Ngomong apa sih?"

"Aku harus pergi, Kak. Mama diam berarti Mama marah. Dan aku nggak bisa..." aku kemudian turun dari ranjang, menarik tas ranselku dari balik lemari kemudan memasukan baju-baju yang bisa kubawa. Aku tidak tahu aku akan pergi kemana saat ini. Namun untuk sekarang aku perlu pergi dari rumah, menghindar dari pandangan Mama.

SAUDADE (Fly Me High) -  BACA LENGKAP DI STORIAL.COWhere stories live. Discover now