P-05

1.8K 124 11
                                    

Sepulang kerja, karna sepeda motorku ngadat lagi, akhirnya aku -yang sudah bertekad nyamperin Sioni di warungnya- memilih pulang bareng Tao dari pada Kak Lay sebab kami memiliki satu tujuan yang sama.

Mau memelet pria idaman.

"Ini?!" tanya Tao setelah sempurna menghentikan laju mobilnya di depan sebuah kedai dengan banner besar bertuliskan WARKOP JANGRIK BOSS BU SUR.

Aku mengangguk.

Tao memasang kacamata hitam berframe besar yang dia keluarkan dari saku kemejanya.

Baru saja kami masuk dan duduk, Septi -adik perempuan Sioni- langsung menghampiri, "Sebenernya warung udah mau aku tutup. Tapi berhubung Kak Uni ini kakaknya Bang Kai, so mau pesan apa?"

Hng!? Apa hubungannya warung buka tutup sama aku kakaknya Kai?

"Emang ada apa aja?" tanyaku.

"Gorengan, mie instan, rokok, kopi segala macam jenis ada." terangnya.

Aku mengalihkan tatapanku sebentar pada Tao yang tampak tak peduli dan lebih memilih memperhatikan setiap sudut warung ini.

"Kopi susu aja deh, Sep! Dua."

Mulut Septi meng-oke-kan ucapanku, tapi matanya masih bertengger mengagumi Tao yang terlihat cool dan maskulin.

"Kak Uni tumben ngopi disini? Ngajak pacarnya lagi." serunya, mengedipkan sebelah matanya, lalu mengulurkan sebelah tangan pada Tao. "Kenalin aku Septi."

Dasar! Masih SMP juga.

"Siapa yang pacaran, hah! Hati-hati yah kalo ngomong! Sembarangan! Aike masih doyan laki tau!" Septi beringsut, mukanya berubah pias. Kaget mungkin.

Jelas saja dia mendadak kena heart attack gitu, lah kan yang barusan ngomong bukan aku, tapi Tao.

"Ya, maaf Bang." timpal Septi maklum bahwa tak selamanya cowok itu brengsek, kan masih ada opsi yang kedua- yakni homo.

Mata Tao makin melotot, "BANG! BANG! ENAK AJA! EMANG AIKE COWOK? HAH?!" bentakan suara bariton Tao menggelegar, "Panggil Kak Tao. T.A.O, ngerti?!"

"Iya, Kak Tao." cicitnya takut-takut. Tao tersenyum puas dengan tangan menyedekap manja depan dada.

"Udah gih sana, cepetan! Aike udah haus banget, nih." gerutunya memerintah.

Septi mengangguk patuh. Aku cuma bisa geleng-geleng kepala.

"Oh iya Sep. Tolong bilangin Sioni. Suruh dia kemari, kakak dan temanku ini ada perlu sama dia." Pesanku padanya sebelum ia berlalu.

"Pokoknya aike duluan loh yang tanya." ingat Tao sarkas, yang ku balas dengan gedikan bahu.

Tak sampai 1 menit berselang. Dari pintu dapur warung keluar seorang cewek yang memakai tanktop merah dengan celana pendek sebatas pangkal paha. Dia melangkahkan kedua kakinya yang tengah mengenakan high heels dior menuju ke arah kami.

Bibirnya mengerucutkan merah darah akibat gincu yang dipakai terlalu banyak. Dagunya terangkat arogan menunjukkan wajahnya yang terpoles bedak begitu tebal. Eyeliner kebanyakan menjadikan ukuran kelopak matanya jauh lebih besar. Dan lesung pipit dipipinya menambah kesan imut versi mimi peri kebanyakan diet.

Cahaya dari lampu sorot utama- yang entah dari mana asalnya- tiba-tiba menyorot terang, memberi efek kilau pada sosok jelmaan itu. Angin pun ikut andil memainkan anak rambutnya yang terkuncir tinggi. Namun sedetik kemudian ia tarik kuncir itu, membiarkan rambut smoothingannya terpental, terurai mengelombang tak tentu arah.

Uni-ah!Where stories live. Discover now