P-01

11.3K 373 12
                                    

"Ni."

"Uni."

"Uni-ah!"

Aku mengeram. Menahan nafsu untuk tidak mencekik si pemanggil sialan itu.

"Jangan cepet-cepet kalau jalan, Abang capek banget nih." gerutunya sembari menyamai langkahku yang berlanjut.

"Tau gak, Ni?"

Enggak!

"Kemarin Seno ulang tahun, loh."

Ih, Siapa, ?

"Nggak pengen tau apa yang terjadi kemarin?"

No, ra kepo.

"Abang nyesel banget kemarin lupa ngajak kamu ikut ke party dia, jadinya nggak ada yang ngingetin kalau kado buat dia ketinggalan dikamar lupa nggak ke bawa." curhatnya, "Kamu nggak kasihan?"

Ani, Itu derita kamu.

Yang pikun, kan kamu!

Ngapain bawa-bawa aku?

"Kamu masih marah soal baju wol kesayangan kamu yang Abang setrika jadi bolong gara-gara Abang keasyikan telpon-telponan sama Umin?"

"Uni, kamu denger Abang ngomong nggak sih!" bentaknya kesal, menyadari bahwa sedari tadi aku hanya diam saja.

Mang enak! Makan tuh kacang.

"Berisik! Aku nggak budek kali, Bang. Lagian aku nggak lagi marah soal kejadian itu. Aku udah maklum kok sama kepikunanmu yang udah kelewat batas kadarluarsa. Tapi..." ku gantungkan ucapanku, bersiap untuk meledak.

"UDAH DIBILANGIN, BIASAIN JANGAN MANGGIL AKU UNI KALAU DILUAR RUMAH APALAGI DIDEPAN TEMEN-TEMEN KAMU! HANYA DI RUMAH DIDEPAN PAPA SAMA MAMA AJA, ABANG YIXING!!!" cercaku.

Seperti biasa; dia hanya nyengir merasa berdosa, berlanjut mengaruk kepala yang ku yakin seratus persen gatal kebanyakan kutu, lalu berkata, "Oh, iya! Abang lupa. Maaf deh, Ni." dengan nada penuh penyesalan.

Sumpah! Kalau dia bukan kakak kandungku udah ku cemplungin dia ke segitiga bermuda.

"Terus Ni-Ni. Emang aku Nini-Nini apa?!"

"Loh, nama kamu kan memang Seruni. Otomatis Uni sama Ni, kan masuk jadi panggilan kamu. Dari pada aku dipanggilan Abang, kan nggak nyambung banget sama namaku." celotehnya serius.

Bener juga, Mama Papa emang nyeleneh banget kalau ngasih dan manggil nama anaknya.

Heol.

IQ jongkok Kak Lay keknya rada menunjukkan kenaikan rata-rata jadi bisa mikir realis begitu. Bagus deh, ada kemajuan. Kan sayang, ganteng-ganteng bloon.

"No, Abang. Just call me, Sessa."

"Hah! Apa?" respons Kak Lay agak terkejut. "Beneran kamu mau dipanggil kayak begitu?!"

Aku mengangguk mantap sembari mengembangkan senyum.

"Seruni aja napa? " protesnya.

Enggak! Kapok aku dipanggil Seruni. Entar malah-

Arghh.

"Tidak terima bantahan. Kalau Abang nggak mau, aku bakal marah!" putusku. "Gimana?"

Dasarnya Abangku ini berjiwa penyayang dan nggak tegaan, dia mengangguk patuh.

"Good boy. Oke. Sekarang, Please, call me baby! If you know my nickname." uji cobaku.

"Tapi—"

Mataku berkilat mendengar kata itu keluar dari mulutnya.

"Aku panggil 'dek' aja yah. Kamu kan tau Abang pelupa."

Uni-ah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang